5 Fakta Baru Penyelamatan Buaya Berkalung Ban di Palu

18 Februari 2020 7:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seekor buaya liar yang terjerat ban sepeda motor saat muncul ke permukaan sungai. Foto: ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah
zoom-in-whitePerbesar
Seekor buaya liar yang terjerat ban sepeda motor saat muncul ke permukaan sungai. Foto: ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah
ADVERTISEMENT
Upaya penangkapan buaya berkalung ban yang berkeliaran di sungai Palu, Sulawesi Tengah, masih terus dilakukan. Kabar terakhir menyebut, pawang buaya asal Sulawesi Barat bernama Rusi (39) berencana akan menangkap buaya berkalung ban tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Matthew Nicolas Wright, ahli buaya dari Australia yang juga Presenter National Geographic Wild, turun tangan dalam proses penyelamatan buaya berkalung ban. Namun, ia gagal setelah beberapa hari beroperasi.
Bukan tanpa alasan kenapa warga bersikeras ingin menangkap buaya berkalung ban, ini tak lain karena ban yang terperangkap di leher buaya bisa mengancam keselamatannya.
Buaya sendiri diketahui sebagai hewan yang dilindungi karena populasinya yang semakin berkurang. Buaya adalah hewan karnivora, atau hewan pemakan daging. Mereka memiliki gigi tajam yang digunakan untuk mencabik dan menghancurkan mangsanya. Reptil besar ini hidup di daerah tropis Afrika, Asia, Amerika, dan Australia.
Ada 13 spesies buaya di dunia. Mulai dari yang terkecil berukuran panjang sekitar 1,7 meter dengan berat 6 hingga 7 kilogram, sampai yang terbesar dengan ukuran panjang 6,17 meter dan berat 907 kilogram.
Seekor buaya liar berkalung ban bekas berjemur di Sungai Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (15/1). Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Adapun buaya berkalung ban yang berkeliaran di Palu, setidaknya memiliki 5 fakta menarik ihwal keberadaannya selama ini. Apa saja fakta tersebut? Berikut 5 fakta buaya berkalung ban yang telah kumparan rangkum.
ADVERTISEMENT

Empat tahun berkalung ban

Buaya berkalung ban pertama kali ditemukan sekitar 4 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2016. Ia sering terlihat berjemur di jam-jam tertentu, muncul di Sungai Palu hingga Teluk Palu. Keberadaannya sering menjadi tontonan warga sekitar, termasuk ketika para ahli reptil berusaha menangkapnya.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Haruna, mengatakan kesulitan menangkap buaya berkalung ban karena banyak warga yang berkumpul dan bersorak ketika buaya itu akan ditangkap.

BKSDA gelar sayembara melepas ban di leher buaya

BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Sulawesi Tengah, sempat menggelar sayembara demi melepaskan ban di leher buaya. Bagi siapa saja yang berhasil melepaskan ban, mereka akan diberikan imbalan. Mereka beralasan, sayembara digelar karena pihaknya tidak memiliki cukup personel untuk menemukan dan mengevakuasi buaya berkalung ban.
ADVERTISEMENT
Namun, karena alasan sepi peminat, sayembara akhirnya dihentikan. Upaya pencarian pun sempat terkatung-katung.

Panji Petualang turun tangan

Upaya penyelamatan juga pernah dilakukan oleh Muhammad Panji alias Panji Petualang, ahli reptil yang kini sering tampil di televisi bersama ular king cobra bernama Garaga. Selain Panji Sang Penakluk, non-governmental organization (NGO) asal Australia juga pernah melakukan upaya yang sama.
Namun keduanya gagal. Baik Panji maupun NGO tidak berhasil menemukan dan menyelamatkan buaya tersebut.

Matt Wright gagal tangkap buaya berkalung ban

Ahli buaya dan presenter National Geographic Wild, Matthew Nicolas Wright atau Matt Wright, bersama rekannya Chris Wilson, ikut turun tangan dalam pencarian dan penyelamatan buaya berkalung ban.
Alih-alih mendapatkan buaya berkalung ban, ia justru menangkap buaya lain berukuran 4 meter di sekitar Jembatan I Sungai Palu dan kembali dilepaskannya.
ADVERTISEMENT
Delapan hari melakukan pencarian, ia gagal menangkap buaya tersebut. Matt Wright akhirnya pamit kembali ke negaranya pada Senin sore (17/2). Meski begitu, ia berencana kembali ke Palu pada Mei 2020 mendatang dengan misi yang sama jika buaya belum berhasil diselamatkan.

Pencarian dihentikan sementara

Pada 17 Februari 2020, pihak BKSDA Sulawesi Tengah menghentikan sementara pencarian buaya berkalung ban karena perilaku buaya yang berubah. Mereka khawatir buaya akan menjadi agresif dan menyerang masyarakat.
Meski begitu, telah ada beberapa pihak yang mendaftar untuk menangkap buaya tersebut. Namun, BKSDA belum memberi kesempatan karena mereka masih terbentur dengan perizinan. Salah satunya Rusi, pawang buaya asal Sulawesi Barat yang pernah menangkap buaya berukuran 5 meter di Sungai Budong-budong.
ADVERTISEMENT