5 Fakta Kanker Prostat, Penyakit Perenggut Nyawa Aktor Rudy Wowor

5 Oktober 2018 16:05 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rudy Wowor. (Foto: Instagram/@princeadinegoro)
zoom-in-whitePerbesar
Rudy Wowor. (Foto: Instagram/@princeadinegoro)
ADVERTISEMENT
Aktor senior Rudolf Canesius Soemolang Wowor alias Rudy Wowor meninggal dunia pada Jumat (5/10) pagi. Ia meninggal di usia 74 tahun diduga akibat kanker prostat, penyakit yang sudah coba dilawannya sejak 2010.
ADVERTISEMENT
"Almarhum menderita kanker prostat sejak tahun 2010, dan dalam waktu setahun belakangan memang kondisi almarhum memburuk, dikarenakan penyebaran kankernya sudah di taraf advance level. Almarhum berusaha berjuang terus, tetapi Allah berkata lain," ujar Siti Madinah, anak Rudy, kepada kumparan, Jumat (5/10).
Untuk bisa mewaspadai dan meningkatkan kesadaran atas penyakit ini, berikut lima hal yang perlu kita ketahui soal kanker prostat, sebagaimana dikutip dari Live Science.
1. Penyakit orang tua
Ilustrasi Orang Tua Berjalan (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Orang Tua Berjalan (Foto: Shutterstock)
Tidak heran bila Rudy Wowor yang sudah berusia lanjut diserang oleh kanker prostat. Sebab, penyakit ini memang sering ditemukan menyerang pria berusia di atas 65 tahun dan jarang menyerang pria berusia di bawah 40 tahun.
Kanker prostat merupakan jenis kanker kedua, setelah kanker kulit, yang paling sering menyerang pria, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan beberapa riset autopsi ditemukan bahwa 75 persen pria di atas usia 85 tahun memiliki kanker prostat saat mereka meninggal. Namun begitu, menurut United States Preventive Services Task Force, belum tentu penyakit inilah yang menyebabkan kematian mereka.
Pasalnya, kebanyakan kanker prostat tumbuh dengan lambat dan tidak akan berdampak pada kesehatan atau kehidupan seorang pria dengan usia lanjut. Hal ini dikarenakan biasanya pria tersebut meninggal oleh sebab lain sebelum kanker ini merenggut nyawa mereka.
2. Pemeriksaannya dianggap kontroversial
Kanker prostat. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kanker prostat. (Foto: Thinkstock)
Dokter bisa memeriksa keberadaan kanker prostat dengan menggunakan uji darah prostate-specific antigen (PSA). Namun penggunaan PSA pada pria sehat dianggap kontroversial.
Hal ini karena penggunaannya dianggap tidak efektif menyelamatkan nyawa penderita kanker prostat. Dalam riset yang mempelajari 76 ribu pria berusia 55 tahun hingga 74 tahun di AS, ditemukan bahwa kemungkinan kematian antara mereka yang rutin melakukan PSA dengan yang tidak itu sama saja.
ADVERTISEMENT
Namun ada sebuah riset yang dilakukan di Eropa yang menemukan bahwa pemeriksaan kanker prostat bisa membantu menyelamatkan nyawa si penderita. Tapi pemeriksaan harus dilakukan secara rutin selama 10 tahun agar terlihat manfaatnya.
Lembaga American Cancer Society merekomendasikan agar pria mendiskusikan pemeriksaan kanker prostat PSA dengan dokternya, dengan tujuan mendapatkan waktu terbaik melakukan pemeriksaan.
3. Masalah diagnosis berlebihan
Buang air kecil lebih sering. (Foto: Thinkstock )
zoom-in-whitePerbesar
Buang air kecil lebih sering. (Foto: Thinkstock )
Masalah lain dari PSA adalah ditemukannya kanker yang sebenarnya tidak akan menyebabkan masalah kesehatan yang signifikan pada pasien. Berdasarkan sebuah riset dari Eropa, sekitar setengah dari kanker yang dideteksi oleh PSA masuk ke dalam kategori tersebut.
Masalah dari diagnosis berlebihan ini adalah pria akan diminta melakukan tes atau pengobatan yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Mereka yang melakukan ini berpotensi terkena efek samping, seperti disfungsi ereksi dan kehilangan kemampuan mengontrol kencingnya.
ADVERTISEMENT
4. Strategi monitor sebelum mengobati
Ilustrasi penderita kanker prostat (Foto: lawankanker.org)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penderita kanker prostat (Foto: lawankanker.org)
Menurut laporan lembaga kesehatan AS, National Institutes of Health (NIH), sekitar 10 persen pria yang didiagnosis dengan kanker prostat memilih untuk menunda pengobatan. Sementara 90 persen sisanya melakukan pengobatan, seperti operasi atau terapi radiasi.
Namun di AS, ada sekitar 100 ribu pria yang memilih melakukan penundaan pengobatan dengan strategi disebut 'pengawasan aktif' atau active surveillance.
Jadi, pasien dengan risiko kanker prostat yang rendah akan melakukan uji rutin dan baru mulai diobati jika kanker sudah menjadi ganas. Banyak ahli mempercayai bahwa strategi tersebut bisa menjadi alternatif aman pemeriksaan kanker prostat.
5. Mengurangi risiko
Pria obesitas dari Meksiko. (Foto: AFP/Ulises Ruiz)
zoom-in-whitePerbesar
Pria obesitas dari Meksiko. (Foto: AFP/Ulises Ruiz)
Salah satu cara mengurangi risiko kanker prostat adalah dengan mengubah pola dan gaya makan seseorang. Menurut NIH, banyak riset menemukan bahwa pria vegetarian memiliki risiko kanker prostat yang lebih rendah dibanding pria pemakan daging.
ADVERTISEMENT
Selain itu, diketahui juga bahwa nutrisi lycopene yang banyak ditemukan di tomat juga dianggap bisa membantu menurunkan risiko kanker prostat. Ada juga bukti yang mengatakan bahwa vitamin D mungkin bisa menurunkan risiko pria mengalami jenis kanker prostat ganas yang mematikan.
Menjaga berat badan juga bisa membantu mengurangi risiko. Pria penderita obesitas disebut memiliki kemungkinan risiko tinggi diserang kanker prostat agresif.