Ahli BPPT: Jawa Barat dan Banten Punya Potensi Tsunami Seperti Aceh

3 April 2018 18:59 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Tsunami. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tsunami. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Kepala Seksi Program dan Jasa Teknologi Balai Teknologi Infrastruktur dan Dinamika Pantai, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dr. Widjo Kongko mengatakan ada potensi tsunami di wilayah Jawa Barat dan Banten, terutama di bagian selatan.
ADVERTISEMENT
“Potensi memang ada karena sumber gempa besarnya ada,” kata Widjo dalam acara Seminar Ilmiah bertema Sumber-Sumber Gempabumi dan Potensi Tsunami di Jawa Bagian Barat, di Gedung Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta, Selasa (3/4).
“Di selatan gempa bisa mencapai 8,8 Magnitudo atau 9 Magnitudo. Kalau (gempa) di atas 7 Magnitudo dan terjadi di lautan dangkal sumbernya, maka potensi tsunami besar akan terjadi,” paparnya.
Widjo membuat beberapa rekayasa skenario kemungkinan terjadinya tsunami di Jawa Barat dan Banten. Dari rekayasa tersebut, ia mendapatkan beberapa kota di Jawa Barat dan Banten bisa terkena bencana tsunami. Kota-kota tersebut antara lain adalah Ciamis, Lebak, Cianjur, Garut dan Tasikmalaya.
Di antara kota-kota tersebut, bila benar-benar terjadi tsunami, Widjo menduga Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, akan menjadi wilayah dengan ancaman tsunami terbesar dengan ombak tertinggi, yaitu setinggi 57 meter dan sampai ke daratan dengan waktu setidaknya enam menit.
Dr. Widjo Kongko (tengah). (Foto: Zahrina Yustisia Noorputeri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dr. Widjo Kongko (tengah). (Foto: Zahrina Yustisia Noorputeri/kumparan)
“Karena daerah Pandeglang dan bagian selatan (Jawa bagian barat) yang paling dekat dengan sumber gempa bumi dan tsunami,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Widjo pun memperkirakan, tsunami seperti di Aceh bisa juga terjadi di selatan Jawa Barat dan Banten. “Bahkan kalau di hasil model bisa lebih besar. Karena di situ (selatan Jawa) kedalaman airnya kan lebih dalam secara umum dibandingkan di Aceh. Sehingga semakin dalam, volume air yang dipindahkan akan semakin banyak, tsunaminya juga lebih besar."
Melihat adanya potensi tsunami dan gempa besar di Jawa bagian barat, Widjo pun menyarankan, mitigasi bencana perlu disiapkan sejak awal untuk bersiap apabila sewaktu-waktu gempa besar dan tsunami terjadi.
“Mitigasi itu keniscayaan, harus dilakukan di sana, terkait gempa dan tsunami,” tutup Widjo.
Selama ini wilayah Pulau Jawa bagian barat seringkali dianggap lebih aman dari gempa, terutama gempa besar. Namun sejak adanya gempa yang mengguncang Lebak, Banten, pada 23 Januari 2018, yang terasa hingga ke Jakarta, kesadaran pun mulai muncul bahwa wilayah ini juga tidak aman dari gempa besar.
Dampak kerusakan akibat gempa banten di Bogor (Foto: dok. Tagana)
zoom-in-whitePerbesar
Dampak kerusakan akibat gempa banten di Bogor (Foto: dok. Tagana)
Sejarah pernah mencatat, sebenarnya cukup banyak gempa besar yang pernah terjadi di Pulau Jawa. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin suatu saat gempa besar terjadi lagi di Pulau Jawa, terutama di bagian barat.
ADVERTISEMENT
“Waktu tahun 2006 terjadi gempa (gempa Yogyakarta) kemudian orang-orang kaget mereasa di sini tidak pernah gempa. Sebenarnya bukan tidak pernah gempa, hanya saja orang tidak baca sejarah,” kata Dr. Danny Hilman Natawidjaja, peneliti utama dari Puslit Geoteknologi LIPI dalam acara yang sama.
Danny menjelaskan, Pulau Jawa sendiri dilewati oleh beberapa jalur sesar aktif yang melintasi kota-kota besar dan padat penduduk. Misalnya, jalur Sesar Kendeng yang melewati Surabaya dan Semarang, Sesar Lembang yang melewati Bandung, dan Sesar Baribis yang diduga melewati Jakarta.
Menurut Danny, sesar-sesar tersebut perlu dikaji lebih dalam lagi.