Ahli Geologi: Jangan Lupakan Gempa Tsunami Aceh 2004

21 Desember 2019 14:37 WIB
comment
15
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penasehat Ikatan Ahli Geologi Indonesia Aceh, Faizal Adriansyah. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Penasehat Ikatan Ahli Geologi Indonesia Aceh, Faizal Adriansyah. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Gempa berkekuatan 9,1 - 9,3 skala Richter mengguncang Aceh pada 26 Desember 2004 silam. Dalam sekejap, Aceh porak poranda oleh gempa dan tsunami yang ditimbulkannya.
ADVERTISEMENT
Bencana alam ini menelan lebih dari 200 ribu korban jiwa, bahkan hampir seluruh bangunan ikut tersapu dan rata dengan tanah.
15 tahun telah berlalu, bencana alam itu kini hanya menyisakan catatan sejarah dan pelajaran. Belajar untuk lebih waspada dan siaga untuk mengantisipasi terjadinya bencana yang sama.
Terletak paling ujung barat Indonesia, Aceh merupakan salah satu daerah yang masuk dalam zona rawan bencana. Berkaca dari pengalaman, masyarakatnya diminta agar tidak melupakan peristiwa gempa dan tsunami 2004, karena bencana bisa datang kapan saja.
Penasehat Ikatan Ahli Geologi Indonesia Aceh, Faizal Adriansyah. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
Penasehat Ikatan Ahli Geologi Indonesia Aceh, Faizal Adriansyah, yang juga penulis buku Aceh Laboratorium Bencana, mengatakan gempa bumi hingga saat ini belum bisa dipahami oleh para ahli. Gempa bisa saja datang secara tiba-tiba, karena itu masyarakat diharapkan terus membekali masyarakat dengan ilmu pengetahuan tentang bencana.
ADVERTISEMENT
“Gempa dan tsunami Aceh 2004 harus dipahami sebagai bencana terbesar pada abad ini. Musibah itu bisa saja datang tiba-tiba. Kita tidak pernah tahu kapan terjadinya. Secara ilmu geologi, seluruh Indonesia kecuali Kalimantan masuk dalam daerah rawan bencana,” kata Faizal, saat ditemui kumparan Sabtu (21/12) di ruang kerjanya.
Mengenang 15 tahun gempa dan tsunami Aceh, Faizal berpesan, masyarakat jangan menghapus ingatannya tentang bencana dahsyat itu. Menurutnya, sangat berisiko jika itu dilupakan, dia khawatir masyarakat akan lalai dan abai ketika suatu saat bencana itu datang kembali.
"Paradigma lama bebas dari bencana yang berdasarkan pada ketiadaan ancaman alam, kenyataannya manusia tidak bisa bebas dari bencana. Bencana alam ada di sekitar kita dan bisa terjadi kapan saja," ujarnya.
Suasana sebuah masjid dekat Banda Aceh setelah tsunami dan setahun setelah tsunami di Aceh pada tanggal 02 Januari 2005 (atas) dan 03 Desember 2005 (bawah). Foto: AFP PHOTO / Choo Youn-Kong dan Jewel Samad
Dikatakan Faizal, bencana alam tidak bisa dihindari tetapi resikonya bisa dikurangi dengan cara membangun masyarakat tangguh bencana (masyarakat siaga bencana). Karakteristik gempa itu sendiri, hingga hari ini para ahli belum bisa mengetahui secara pasti dan akurat kapan datangnya. Mereka baru hanya mengetahui posisi daerah rawan dan itu sudah terpetakan.
ADVERTISEMENT
"Masyarakat hanya harus menyadari, bahwa kita berada di daerah rawan bencana. Kita hidup bersama dengan bencana. Tak hanya gempa dan tsunami, tetapi juga bencana alam lainnya seperti gunung meletus, tanah longsor, banjir, kekeringan, dan angin topan," ucapnya.
Gempa bencana alam paling sulit diprediksi
Gempa bumi selalu datang menyapa manusia, hanya saja tergantung pada skala kecil atau besar. Faizal menjelaskan, gempa adalah pelepasan energi dari dalam Bumi, ada kala energi itu dimuntahkan secara perlahan, dan tidak dirasakan manusia. Namun, ia tercatat di dalam alat pendeteksi gempa.
“Gempa di Aceh itu ratusan kali setiap harinya. Boleh diperiksa di BMKG, tetapi ada kalanya gempa itu besar dan kita rasakan karena energinya yang tersimpan. Contohnya seperti yang terjadi 26 Desember 2004 lalu. Dan secara teori, energi yang tersimpan itu bisa saja lepas kembali,” sebutnya.
ADVERTISEMENT
Lalu, apakah akan bencana ini akan terulang kembali? Faizal mengatakan hal itu tidak bisa diprediksi. Ia menjelaskan gempa tidak diketahui kapan datangnya dan dengan kekuatan berapa. Menurutnya, gempa bumi adalah bencana alam yang paling sulit diprediksi.
Kondisi Banda Aceh pasca tsunami 2004 (atas). Perubahan terlihat jelas di tahun 2014 (bawah). Foto: Getty Image
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plate tektonik, seperti layaknya gelang karet yang ditarik kemudian dilepaskan secara tiba-tiba.
Penyebab terjadinya gempa bumi mencakup proses tektonik akibat pergeseran kulit/lempeng bumi, aktivitas sesar di permukaan bumi, pergerakan geomorfologi secara lokal (contohnya terjadi runtuhan tanah), aktivitas gunung api, dan ledakan nuklir.
Berdasarkan catatan Faizal, pusat gempa bumi di Aceh berada di darat yang berasal dari patahan sumatra/sesar semangko. Sedangkan pusat gempa di laut, berada pada zona tumbukan atau zona subduksi, dan berada pada lempeng samudra hindia.
ADVERTISEMENT
“Sehingga yang diperlukan sekarang adalah membangun masyarakat tangguh bencana, tetap siaga dan terus meningkatkan ketakwaan kepada tuhan. Jangan pernah lupakan sejarah,” pungkasnya.