Ahli Geologi Temukan Air Tertua di Dunia lalu Mencicipinya, Apa Rasanya?

28 Desember 2023 7:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Air tertua di dunia ditemukan di bawah tambang di kedalaman 3 kilometer. Foto: Mishainik/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Air tertua di dunia ditemukan di bawah tambang di kedalaman 3 kilometer. Foto: Mishainik/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada tahun 2016, ahli geologi menemukan air tertua di dunia di sebuah tambang logam di Kanada di kedalaman 3 kilometer. Air tersebut diperkirakan berusia 2 miliar tahun.
ADVERTISEMENT
Diterbitkan di jurnal Nature, lokasi air tertua itu ditemukan di tambang logam basal terdalam di dunia, di mana pencarian mineral seperti tembaga, seng, dan perak telah membawa penambang semakin dalam menuju kerak Bumi. Saat lubang tambang digali semakin dalam, peneliti mengambil kesempatan untuk mengeksplorasi lebih jauh tentang apa yang ada di sana.
Mereka kemudian menemukan air dan menganalisis air tersebut dengan mempelajari gas yang terperangkap di dalamnya. Gas seperti helium dan xenon diketahui bisa terperangkap dalam air yang tersangkut di celah-celah batu. Dengan menganalisis air tersebut, peneliti bisa mengetahui berapa usianya. Hasilnya menunjukkan, air tambang itu memiliki usia lebih dari 2 miliar tahun.
Ketika mereka menganalisis lebih lanjut cairan tersebut, ditemukan jejak kehidupan di dalamnya. Bukan bakteri, melainkan sidik jari kehidupan. Artinya, mereka menemukan adanya beberapa bentuk mikrobiologi yang hidup di dalam air dan dalam jangka waktu yang sangat lama.
ADVERTISEMENT
“Dengan melihat kandungan sulfat di dalam air, kami dapat melihat sidik jari yang mengindikasikan adanya kehidupan. Dan kami dapat menunjukkan bahwa sinyal yang kami lihat pada cairan dihasilkan oleh mikrobiologi, dan yang paling penting, ini dilakukan dalam skala waktu yang sangat lama. Mikroba yang menghasilkan tanda ini tidak dapat melakukannya dalam semalam,” kata Profesor Barbara Sherwood Lollar, pemimpin penelitian kepada BBC News.
“Ini menjadi indikasi bahwa organisme telah ada dalam cairan ini dalam skala waktu geologis.”
Menurut Long Li, asisten profesor di University of Alberta’s Department of Earth and Atmospheric Sciences, tanpa adanya cahaya, mikroba mampu bertahan hidup lewat substrat yang dihasilkan dari radiasi. Substrat yang terkandung dalam air purba ini diproduksi melalui reaksi antara air dan batu. Artinya, reaksi ini akan terjadi secara alami dan dapat bertahan selama air dan batu saling bersentuhan, mungkin hingga miliaran tahun mendatang.
ADVERTISEMENT
Yang jadi pertanyaan, kira-kira seperti apa rasa dari air tertua di dunia?
Menurut Sherwood Lollar, air tua biasanya memiliki rasa yang asin. Karena penasaran, dia juga mencoba mencicipi air berusia 2 miliar itu dengan jarinya. Sesuai dugaan, air tersebut memiliki rasa asin dan pahit, bahkan lebih asin daripada air laut. Ini tidak terlalu mengejutkan mengingat usianya sudah sangat tua, kata Lollar.