Alasan Ilmiah Kenapa Ada Orang yang Makan Terus, tapi Tidak Gemuk

5 Agustus 2020 16:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wanita makan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita makan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Di kala ada orang yang berjuang keras supaya bisa menurunkan sedikit berat badan, ada mereka yang bisa makan apapun tanpa perlu khawatir berat badannya akan melonjak. Tentu hal itu menimbulkan pertanyaan, mengapa ada orang yang tidak bisa gemuk?
ADVERTISEMENT
Jawabannya ternyata tidak sesederhana faktor genetika. Menurut Profesor nutrisi dan ilmu makanan dari University of Rhode Island, Kathleen Melanson, mengatakan bahwa kondisi seseorang yang tidak bisa gemuk padahal selalu banyak makan disebabkan oleh banyak hal.
Ada faktor genetik, nutrisi, dan perilaku. Ketiga faktor ini bersifat relatif pada tiap individu, sehingga hasilnya pun berbeda,” jelas Melanson, dilansir Live Science.
Salah satu faktor penting yang tidak ada hubungannya dengan tipe tubuh, metabolisme, atau genetik adalah persepsi. Melanson mengatakan bahwa seseorang mungkin tampak makan banyak namun tidak bertambah berat badan. Tapi sesungguhnya, ia tidak makan sebanyak yang dipikirkan.
Ilustrasi makan di sofa Foto: dok.Shutterstock
Contohnya, seseorang yang terlihat makan es krim setiap hari mungkin mengurangi konsumsi karbohidrat pada makanan lainnya. Atau jika orang itu makan pizza, mereka bisa saja makan secara perlahan, sehingga cepat kenyang setelah makan beberapa potong.
ADVERTISEMENT
“Kalau sudah menghitung kalorinya, mereka tidak makan sebanyak yang kamu pikir,” kata Dr Frank Greenway, Chief Medical Officer di Pennington Biomedical Research Center.
Aktivitas fisik juga menjadi menjadi faktor yang membuat orang-orang ini jadi susah gemuk. Aktivitas fisik ini tidak tertutup hanya sebatas olahraga fisik atau di gym, bisa jadi pekerjaan yang mengharuskan mereka untuk bergerak.
“Beberapa orang hanya lebih sering bergerak, meski mereka bukan atlet. Misal mereka memiliki profesi yang mengharuskan bergerak aktif, atau seorang ibu rumah tangga yang harus menjaga anak-anak berlarian sepanjang hari,” jelas Melanson.
Bahkan ada sebagian orang yang secara genetik selalu ingin menggerakkan tubuh mereka. Gerakan ekstra itu juga dapat menggerakkan metabolisme tubuh atau menghabiskan energi tubuh sepanjang hari.
ADVERTISEMENT
Semakin sering seseorang bergerak, semakin banyak mitokondria dalam sel otot yang bertambah. Lebih banyak mitokondria, berarti lebih banyak kalori yang terbakar.
Stres bisa sebabkan berat badan meningkat lho Ladies. Foto: Shutterstock
Mitokondria dalam sel-sel otot akan bertambah jumlahnya seiring dengan aktivitasnya. Dan itu adalah pembangkit tenaga yang menciptakan energi, sehingga orang itu selalu memiliki energi untuk bergerak," kata Melanson.
Di sisi lain, ada juga orang-orang yang bisa membakar kalori lebih cepat meski tanpa olahraga. Hal itu bisa disebabkan oleh perbedaan fisiologis yang memungkinkan beberapa orang untuk melunakkan kalori yang mereka konsumsi tanpa melakukan pengendalian diri.
Dr Ines Barroso, peneliti di University of Cambridge yang mempelajari obesitas dari sisi genetis, menjelaskan bahwa hal ini ada hubungannya dengan sinyal pada sistem saraf dan hormon yang bersirkulasi dalam darah. Dia akan mengkomunikasikan ketika kita sedang lapar atau kenyang.
ADVERTISEMENT
Sistem ini sederhananya mengatur nafsu makan. Orang-orang dengan kondisi ini memiliki sistem pengaturan makan yang lebih sensitif sehingga mereka bisa mengatur berapa banyak makanan yang ingin dimakan untuk jangka waktu yang lebih lama. Hormon yang terlibat dalam sistem ini bernama hormon leptin.
Ilustrasi Obesitas. Foto: Shutterstock
"Mereka secara otomatis dapat mengkalibrasi ulang keseimbangan energi mereka karena sistem dapat memberikan sinyal soal nafsu makan, sehingga sistem dapat mengatakan, 'Oke, kita sudah punya cukup energi,'" lanjut Melanson.
Terlepas dari semua faktor itu, faktor genetik memang berperan penting dalam kecenderungan seseorang tidak bisa gemuk walau sudah makan banyak. Para peneliti mengidentifikasi lebih dari 250 DNA berbeda yang berhubungan dengan obesitas.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti membandingkan 1.622 orang sehat dengan BMI (Body Mass Index) rendah terhadap 1.985 orang dengan obesitas parah dan 10.443 orang dengan berat badan normal. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa orang yang kurus memiliki lebih sedikit gen yang terkait dengan obesitas. Namun, gen bukan satu-satunya yang menentukan berat badan.
ADVERTISEMENT
“Kami tidak menemukan gen yang secara eksklusif melindungi dari obesitas atau membuat seseorang rentan obesitas,” tegas Barroso.