Alasan Orang Skizofrenia Kerap Dengar 'Bisikan Gaib’ dari Dalam Dirinya

6 Oktober 2024 17:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi depresi. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi depresi. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Orang-orang dengan skizofrenia kerap mendengar suara-suara yang mengganggu dari dalam pikirannya. Gangguan ini terjadi dalam area auditori di otak.
ADVERTISEMENT
Beberapa pasien banyak yang tersiksa dengan kondisi ini. Pengidap skizofrenia biasanya kesulitan membedakan sinyal suara dari dalam diri dengan suara dari luar (eksternal).
Studi terbaru menemukan fakta bahwa suara-suara mengganggu dari dalam diri ini, ternyata berkaitan dengan sinyal otak bernama corollary discharge atau disingkat CD. Peneliti kemudian mengaitkan momentum corollary discharge ini dengan tipe sinyal lain yakni efference copy (EC).
Corollary discharge mengacu pada sinyal di otak terkait timing motorik yang memengaruhi pemrosesan sensorimotor. Efference copy atau salinan eferensi memiliki pengertian lebih spesifik yakni mengacu pada sinyal subtraktif untuk membatalkan masukan reaferen yang dapat diprediksi.
"Ketika kamu berbicara, sistem motorik akan menghasilkan satu sinyal yang presisi yang mengindikasikan apa yang kamu mau utarakan," kata ketua penulis studi Dr. Xing Tian dilansir IFL Science.
ADVERTISEMENT
Tian mengatakan bahwa pengidap skizofrenia mungkin saja melepaskan sinyal EC secara berisik. Berisik di sini disebabkan oleh, sinyal yang tak sampai atau gagal diterima oleh area pendengaran, menjadikannya penderita mengalami halusinasi auditori.
Ilustrasi saraf otak. Foto: Andrii Vodolazhskyi/Shutterstock
Untuk menguji hipotesis ini, peneliti menggunakan electroencephalogy (EEG) untuk memonitor aktivitas otak terhadap 40 pasien skizofrenia. Hasilnya, setengah dari responden mengatakan mereka mendengar suara berisik ini dari dalam diri, sementara sebagian lagi tidak.
Peneliti mengonfirmasi bahwa semua peserta memiliki corollary discharge (CD) yang "rusak." Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons pendengaran tidak terhambat di kedua kelompok saat bersiap untuk berbicara.
EEG dari penderita yang melaporkan mengalami halusinasi, menunjukkan EC yang bising, mengaktifkan respons saraf terhadap suara selain yang diucapkan, sehingga mengonfirmasi hipotesis peneliti.
ADVERTISEMENT
Pada peserta yang tidak mengalami halusinasi pendengaran, peneliti mencatatkan bahwa EC dipetakan dengan benar ke representasi saraf yang tepat untuk setiap suku kata yang diucapkan.
"Meskipun disebut halusinasi pendengaran, penyebabnya tidak sepenuhnya terletak pada sistem pendengaran," kata Tian.
"Mungkin penyebabnya ada pada koneksi jaringan dari motorik ke pendengaran. Jika kami benar, maka pengobatan tidak harus selalu menargetkan sistem pendengaran," imbuhnya.
Penelitian tentang halusinasi pendengaran umumnya berfokus pada mekanisme neuro-struktural seperti defisit morfologis. Tian mengatakan bahwa timnya telah “mengembalikan kognisi ke dalam penyakit mental” dengan mengidentifikasi penyebabnya dalam proses motorik-sensorik.
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal PLOS Biology. Temuan ini diharap dapat mengarah ke terapi pengobatan yang tepat sasaran untuk para penderita skizofrenia yang mengalami halusinasi auditori.
ADVERTISEMENT
“Itu berarti kita mengalami perubahan paradigma,” katanya.