Alasan Tak Ada Peringatan Dini Letusan Gunung Berapi di Selandia Baru

10 Desember 2019 13:54 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Letusan gunung berapi di White Island, Selandia Baru. Foto: Michael Schade via Twitter
zoom-in-whitePerbesar
Letusan gunung berapi di White Island, Selandia Baru. Foto: Michael Schade via Twitter
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lima orang dipastikan tewas dalam peristiwa letusan gunung berapi di White Island atau Pulau Putih, Selandia Baru, pada Senin (9/12) sore. Sedangkan 31 orang lainnya tengah menjalani perawatan di rumah sakit akibat cedera dan delapan orang masih dinyatakan hilang.
ADVERTISEMENT
Menurut para ilmuwan vulkanologi di GeoNet, yang mengoperasikan sistem pemantauan bahaya geologis, erupsi gunung berapi di White Island terjadi dalam waktu singkat dan impulsif. Abu yang dikeluarkan akibat letusan tersebut membumbung tinggi di atas puncak gunung. Menurut laporan Science Alert, ketinggiannya mencapai tiga kilometer lebih.
Jenis Letusan di Gunung Berapi White Island Selandia Baru
Erupsi gunung berapi di White Island tergolong sebagai letusan freatik. Berbeda dari jenis erupsi lainnya, erupsi freatik sebagian besar terdiri dari gas atau uap air.
Penyebab dari karakteristik erupsi tersebut adalah adanya interaksi antara air dengan magma. Air tersebut bisa berasal dari air tanah, sistem hidrotermal, danau atau laut. Erupsi freaktik menghancurkan batuan di sekitarnya dan dapat menghasilkan abu.
Erupsi gunung berapi di White Island terjadi dalam waktu singkat dan impulsif. Foto: Michael Schade via Twitter
Meski singkat, erupsi freatik terjadi berulang dengan erupsi susulan biasanya tidak sedahsyat yang pertama. Walau begitu, kita tidak bisa menyepelekan dampak dari letusan freatik. Sebab, letusan jenis ini juga berisiko menyebabkan luka bakar hingga gangguan pernapasan.
ADVERTISEMENT
Umumnya erupsi freatik berlangsung secara tiba-tiba tanpa ada peringatan atau tanda-tanda sebelumnya.
Sebelum terjadi letusan, White Island ramai dikunjungi oleh turis. Kawasan tersebut selama ini memang dikenal sebagai jujukan wisata. Saat gunung berapi meletus, terhitung ada 47 orang wisatawan yang sedang berada di lokasi. Tiga dari mereka berhasil lolos dari maut dan langsung dilarikan ke rumah sakit.
Selain gunung berapi di White Island, Gunung Ruapehu dan Gunung Tongariro di Selandia Baru juga berpotensi menyebabkan erupsi serupa. Dalam 100 tahun terakhir, tercatat ada 60 erupsi hidrotermal yang terjadi di Selandia Baru. Beberapa di antaranya bahkan sampai menelan korban jiwa.
Sulit Deteksi Dini Erupsi Freatik
Pemantauan terhadap erupsi freatik, kata Shane Cronin, profesor Ilmu Bumi dari University of Auckland, menghadapi tantangan besar. Sebab, tak jarang pengamat dibuat luput saat letusan ini datang.
ADVERTISEMENT
Sistem pemantauan erupsi gunung berapi banyak yang sudah canggih, namun Cronin mengakui pemicu timbulnya erupsi freatik terkadang masih kerap tak dipahami. Ini karena erupsi bukan disebabkan oleh magma, melainkan uap air sehingga sulit bagi sistem pemantauan yang ada saat ini untuk melacaknya.
Sejauh ini, kata Cronin, kita telah menyaksikan sejumlah bencana akibat erupsi hidrotermal yang terjadi di belahan dunia lain, misalnya, letusan Gunung Ontake di Jepang yang terjadi pada 2014 silam.