Ambisius, Startup Ini Mau Hidupkan Mammoth dari Kepunahan

16 September 2021 10:40 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gajah Mammoth. Foto: Mauricio Antón/Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gajah Mammoth. Foto: Mauricio Antón/Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Sebuah startup bioscience bernama Colossal mengumumkan rencana ambisius untuk mengembalikan mammoth dari kepunahan. Perusahaan yang baru berdiri pada 2021 itu bekerja sama dengan para ilmuwan untuk menciptakan kembali nenek moyang gajah tersebut agar hidup di wilayah tundra di Arktik.
ADVERTISEMENT
Proyek menghidupkan kembali mammoth yang telah punah memakan biaya hingga 15 juta dolar AS, menurut keterangan resmi Colossal pada Senin (13/9). Dana tersebut dihimpun dari berbagai investor di belakang Colossal untuk para ilmuwan mengembangkan teknik, termasuk pengeditan gen CRISPR, menghidupkan kembali hewan punah tersebut.
Colossal sendiri didirikan oleh Ben Lamm, seorang pengusaha teknologi, dan George Church, seorang profesor genetika di Harvard Medical School yang telah memelopori pendekatan baru untuk pengeditan gen.
Untuk menghidupkan kembali mammoth, para ilmuwan akan mengekstrasi DNA mammoth dari sampel beku. DNA tersebut kemudian akan digabung dengan genom gajah Asia yang kini berada dalam ancaman kepunahan. Lewat rekayasa genetika, perpaduan gen mammoth dan gajah tersebut akan memunculkan hibrida “gajah-mammoth” yang secara visual mirip seperti mammoth yang telah punah.
ADVERTISEMENT
Kembalinya mammoth dari kepunahan diprediksi dapat menjaga kondisi lingkungan Arktik. Misalnya, dengan merobohkan pohon, mammoth mungkin membantu memulihkan bekas padang rumput di Arktik.
"Teknologi yang ditemukan dalam mengejar visi besar ini — makhluk hidup yang berjalan seperti mammoth berbulu — dapat menciptakan peluang yang sangat signifikan dalam konservasi dan seterusnya," kata co-founder Colossal, George Church, dalam sebuah pernyataan resmi, Senin (13/9).
Mammoth adalah nenek moyang gajah yang sebagian besar hidup di Kutub Utara. Mereka sempat hidup berdampingan dengan manusia purba.
Sayangnya, mammoth punah sekitar 4.000 tahun yang lalu. Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah memulihkan potongan-potongan gading, tulang, gigi, dan rambut mamut untuk diekstraksi dan mencoba mengurutkan DNA memmoth.
“Selain membawa kembali spesies purba yang punah seperti woolly mammoth, kami akan dapat memanfaatkan teknologi kami untuk membantu melestarikan spesies yang terancam punah yang berada di ambang kepunahan dan memulihkan hewan di mana manusia memiliki andil dalam kematian mereka.”
ADVERTISEMENT

Beberapa ahli tak sepakat mammoth perlu hidup kembali dari kepunahan

Meski ambisi yang dicetuskan startup Colossal sangat menarik, sebagian ahli enggak sepakat dengan rencana menghidupkan kembali mammoth. Mereka menganggap bahwa ide ini konyol, salah arah, dan enggak realistis.
Jeremy Austin, seorang ahli biologi evolusioner dari Australian Centre for Ancient DNA di University of Adelaide, mengatakan bahwa jutaan dolar yang terkumpul untuk menghidupkan mammoth dapat dimanfaatkan untuk program lain yang lebih baik. Dia menyarankan bahwa uang sebanyak itu mestinya dipakai untuk mencegah hewan yang sekarang terancam punah agar enggak punah.
"Ini adalah pemborosan uang yang konyol untuk mencoba dan merekonstruksi genom hewan atau tumbuhan yang punah dan mencoba menghidupkannya kembali ketika spesies lain menyelinap melalui jari-jari kita hampir setiap hari," kata Austin kepada ABC.
ADVERTISEMENT
"Jumlah uang dan sumber daya yang digunakan bahkan untuk mencoba membawa satu spesies kembali dari kepunahan dapat digunakan untuk menyelamatkan ... mungkin puluhan spesies yang terancam punah dengan sendirinya.”
Ilustrasi wilayah tundra. Foto: Callum Black via Wikimedia Commons (CC BY-SA 2.0)
Para peneliti juga ragu bahwa kehadiran kembali mammoth ke wilayah tundra Kutub Utara bakal membuat kondisi lingkungan di sana jadi lebih baik.
Love Dalén, profesor genetika evolusioner di Centre for Palaeogenetics di Stockholm, mengatakan tidak ada bukti untuk mendukung hipotesis tersebut.
"Sama sekali tidak ada yang mengatakan bahwa menempatkan mammoth di luar sana akan memiliki efek apa pun pada perubahan iklim," kata Dalén kepada CNN.
Selain itu, para peneliti juga ragu bahwa mammoth dapat bertahan hidup di kondisi Kutub Utara saat ini.
ADVERTISEMENT
"Anda tidak perlu menjadi ilmuwan yang sangat terlatih untuk mengetahui bahwa Arktik, secara umum, sangat menderita akibat perubahan iklim," kata Austin.
"Apa yang akan Anda lakukan dengan sepasang mamut berbulu, selain menempatkan mereka di kebun binatang dan menagih banyak uang kepada orang-orang untuk datang dan melihat mereka?"
Ilustrasi gajah Mammoth. Foto: Antranias via Pixabay
Dalam beberapa tahun terakhir, komunitas ilmiah memang punya keinginan untuk menghidupkan kembali hewan yang sudah punah. Hewan punah yang hidup lagi dapat membantu mereka mempelajari genetika spesies tersebut.
Namun, para peneliti sadar bahwa mengembalikan suatu spesies dari kepunahan akan sia-sia jika manusia enggak mengubah perilaku mereka yang merusak alam.
"Jika mungkin untuk menghidupkan kembali spesies yang baru punah dan merawat mereka dengan lebih baik di lingkungan mereka, maka saya pikir itu adalah hal yang berharga untuk dilakukan, tetapi tidak jika kita akan melanjutkan bisnis seperti biasa," kata Euan Ritchie, ahli ekologi satwa liar di Deakin University, kepada ABC.
ADVERTISEMENT
"Kita memang perlu mengubah cara kita yang menyebabkan begitu banyak kepunahan, dan keadaan masih terus memburuk."