Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kasus infeksi langka amuba pemakan otak kembali muncul ke publik. Pada awal Juli 2020, seorang pria asal Florida, AS, dilaporkan terinfeksi Naegleria fowleri, yang dikenal sebagai amuba pemakan otak.
ADVERTISEMENT
Kasus tersebut bahkan sampai membuat Departemen Kesehatan Florida memberikan peringatan bagi seluruh masyarakat negara bagian itu lewat Twitter. Mereka tidak menjelaskan bagaimana pasien tersebut dapat terinfeksi Naegleria fowleri dan seperti apa kondisinya sekarang. Namun, Departemen Kesehatan Florida berpesan agar masyarakat jangan berenang sembarangan di danau dan sungai bersuhu hangat karena bisa terinfeksi amuba pemakan otak tersebut.
Naegleria fowleri sendiri merupakan amuba yang dikenal menyerang otak manusia. Amuba ini dapat memberikan penyakit langka pada otak yang disebut sebagai primary amebic meningoencephalitis (PAM). Infeksi tersebut membuat jaringan otak menjadi hancur, menyebabkan pembengkakan otak, hingga mengakibatkan kematian. Karena dampaknya tersebut bagi tubuh manusia, amuba ini dikenal sebagai ‘pemakan otak’.
Departemen Kesehatan Florida mengatakan, kasus infeksi Naegleria fowleri cukup langka. Sejak tahun 1962, setidaknya ada 37 orang Florida yang terinfeksi PAM.
ADVERTISEMENT
Meski langka, infeksi amuba pemakan otak punya tingkat kematian yang tinggi. Menurut catatan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Amerika Serikat, hanya 4 orang yang berhasil hidup dari 145 orang yang terinfeksi PAM di AS sejak 1962, membuat tingkat kematiannya sebesar 97 persen.
Amuba Naegleria fowleri sendiri tersebar di seluruh dunia. Ia biasanya hidup di air tawar yang hangat seperti danau dan sungai, mata air panas, debit air hangat dari pabrik industri, sumber air minum geothermal, kolam renang yang tidak dirawat dengan baik atau diberi klorin dengan cukup, pemanas air, dan tanah. Mereka tidak ditemukan di air asin seperti laut.
Menurut CDC, Naegleria fowleri menginfeksi manusia ketika air yang mengandung amuba tersebut masuk ke dalam tubuh melalui hidung. Proses ini biasanya terjadi ketika orang berenang atau menyelam di air tawar yang hangat, tempat di mana amuba pemakan otak itu hidup. Nah, setelah masuk ke hidung, Naegleria fowleri kemudian bergerak naik ke otak, di mana ia nantinya menghancurkan jaringan otak.
ADVERTISEMENT
Infeksi amuba pemakan otak tidak menular dari satu manusia ke manusia lain. CDC menyebut, gejala awal infeksi amuba pemakan otak adalah sakit kepala, demam, mual, atau muntah. Gejala lanjutan dapat berupa leher kaku, kebingungan, kurang perhatian pada orang dan lingkungan, kehilangan keseimbangan, kejang, dan halusinasi.
Gejala awal PAM sendiri biasanya muncul 5 hari setelah infeksi. Penyakit ini akan berkembang pesat dan biasanya menyebabkan kematian dalam waktu sekitar 5 hari setelah munculnya gejala. Karena progres infeksi yang cepat, CDC menganjurkan agar orang yang mengalami gejala dan sempat berenang di air tawar yang hangat untuk segera memeriksa diri mereka ke layanan kesehatan.
Di Indonesia, tidak ada laporan ilmiah mengenai infeksi PAM. Keberadaan Naegleria fowleri tidak dapat dipastikan di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Indonesia punya suhu favorit bagi Naegleria fowleri. Hal ini disampaikan oleh Dias Rima Sutiono dan Siti Aisyah, peneliti Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L), dalam tulisan mereka di majalah Cermin Dunia Kedokteran pada 2017.
Menurut Dias dan Siti, Naegleria fowleri tumbuh secara optimal pada suhu 25 hingga 42 derajat Celsius. Adapun Indonesia punya rentang suhu air sebesar 27 hingga 31 derajat Celsius.
“Itu berarti bahwa Indonesia mungkin menjadi salah satu tempat pertumbuhan amuba yang tepat,” kata Dias dan Siti dalam tulisan mereka.
***
Saksikan video menarik di bawah ini: