Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Anak Autis Lihat Ilusi Optik Ini dengan Cara Berbeda, Seperti Apa?
9 Maret 2023 7:48 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Pernah melihat ilusi optik ? Ilusi optik bekerja dengan cara menentang otak kita untuk keluar dari pola biasanya dalam melihat dunia, mengkonfigurasi ulang cara otak memproses, memprediksi, dan menganalisis rangsangan visual. Ini membutuhkan komunikasi rumit dan umpan balik antara daerah otak yang berbeda. Namun, studi baru menunjukkan bahwa proses ini bisa diubah oleh anak autis .
ADVERTISEMENT
“Saat kita melihat suatu objek atau gambar, otak kita menggunakan proses dengan mempertimbangkan pengalaman kita dan informasi kontekstual untuk membantu mengantisipasi masukan sensorik, mengatasi ambiguitas, dan mengisi informasi yang hilang,” jelas Emily Knight, penulis studi dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip IFL Science.
Namun, studi sebelumnya menunjukkan bahwa orang dengan gangguan spektrum autisme (ASD) memproses masukan sensorik ini dengan cara tidak biasa. Misalnya, tahun lalu Knight menulis sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak yang didiagnosis ASD tidak bisa memproses bahasa tubuh manusia secara langsung seperti anak-anak yang tidak mengidap autisme.
Peneliti menduga, keterlambatan dalam pemrosesan ini karena umpan balik antara daerah otak higher-order dan daerah sensorik primer bisa terganggu pada mereka yang menderita ASD. Untuk menguji asumsi ini, ilusi optik memberikan alat sempurna dan Knight menggunakan ilusi optik Kanizsa untuk mengeksplorasi hipotesis mereka.
Ilusi optik Kanizsa melibatkan berbagai bentuk yang diatur sedemikian rupa untuk menciptakan bentuk gambar lain, seperti dua wajah manusia yang tampak saling memandang, dan meninggalkan bentuk vas bunga di celah antar dua muka. Untuk lebih jelasnya, kamu bisa melihat gambar paling atas.
ADVERTISEMENT
Diterbitkan di The Journal of Neuroscience, peneliti merekrut 60 anak, di mana 29 di antaranya mengidap ASD. Para peserta kemudian diminta untuk fokus pada sebuah titik di tengah layar dan sosok Kanizsa muncul di latar belakang.
Ketika fokus peserta dialihkan terlebih dahulu ke sebuah titik–tidak langsung melihat ilusi optik– para peserta cenderung melihat gambar secara pasif. Ini memberikan kesempatan peneliti untuk mempelajari aktivitas otak sebagai respons terhadap gambar-gambar aneh tersebut.
Peneliti lantas menggunakan electroencephalography (EEG) untuk merekam aktivitas gelombang otak anak-anak. Hasilnya, anak ASD lebih lambat dalam memproses bentuk Kanisza ketimbang anak non-autis .
“Ini memberitahu kita bahwa anak-anak ini mungkin tidak dapat melakukan prediksi yang sama dan mengisi informasi visual yang hilang seperti rekan-rekan mereka,” kata Knight.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pengamatan ini, peneliti mengatakan bahwa penyandang autisme cenderung lambat dalam melakukan pemrosesan umpan balik visual. Artinya, komunikasi antara daerah input sensorik dan daerah otak yang terlibat dalam menganalisis sinyal, mungkin kurang efisien pada anak autis.
"Dengan studi ini, kami berharap dapat lebih memahami bagaimana orang dengan autisme melihat dunia sehingga kami dapat menemukan cara baru untuk mendukung anak-anak dan orang dewasa pada spektrum autisme,” tulis para peneliti.