Analisa Gerakan #BijakBerplastik, LPEM UI: Turunkan Jumlah Sampah Tetap di TPA

31 Oktober 2022 11:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses pemilahan sampah di TPST Samtaku Jimbaran, Bali. Foto: dok. AQUA
zoom-in-whitePerbesar
Proses pemilahan sampah di TPST Samtaku Jimbaran, Bali. Foto: dok. AQUA
Pengelolaan sampah plastik masih jadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Setiap tahunnya, sebanyak 4,9 juta ton sampah plastik tidak mendapat penanganan daur ulang yang tepat. Akibatnya, sampah plastik pun hanya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bahkan 'bermuara' ke laut.
Berbagai pihak bahu-membahu untuk mengatasi hal ini. Salah satu yang konsisten adalah Danone-AQUA. Sejak 2018, Danone-AQUA meluncurkan gerakan #BijakBerplastik sebagai upaya mengurangi sampah plastik.
Lewat pendekatan yang komprehensif, Danone-AQUA senantiasa menciptakan model bisnis yang mendukung ekonomi sirkular. Salah satunya melalui produksi air minum dengan kemasan Galon Guna Ulang.
Telah diterapkan sejak 1983, Galon Guna Ulang merupakan upaya Danone-AQUA dalam menerapkan salah satu konsep tertinggi dalam 3R: reuse. Dengan menggunakan kemasan galon secara berulang, masyarakat dapat menekan peningkatan sampah kemasan plastik.
Tak hanya aspek lingkungan, penerapan gerakan #BijakBerplastik juga berdampak pada aspek ekonomi dan sosial. Foto: dok. AQUA
Setelah 4 tahun berjalan, #BijakBerplastik membuahkan hasil. Berdasarkan riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB-UI), gerakan tersebut berhasil memberikan dampak pada lingkungan, ekonomi, hingga sosial.
Tak sekadar mengurangi jumlah sampah tetap yang ada di TPA, #BijakBerplastik bahkan turut berkontribusi dalam perubahan perilaku masyarakat saat membuang sampah hingga peningkatan jumlah lapangan kerja.

Hasil Analisa LPEM UI soal #BijakBerplastik

Setelah melakukan analisis data sekunder dan tinjauan literatur, didapatkan bahwa gerakan #BijakBerplastik berhasil menurunkan sampah tetap yang berada di TPA hingga 14 persen. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah sampah yang dapat didaur ulang, yaitu sebesar 17 persen lebih banyak.
Karena jumlah sampah tetap di TPA menurun, #BijakBerplastik juga turut berkontribusi terhadap penurunan pembakaran sampah, sehingga bisa menghindari emisi karbon mencapai 36.369 ton CO2. Jumlah ini setara dengan penghematan emisi dari perjalanan 5.288 kali mengelilingi bumi dengan mobil berbahan bakar bensin. Di angka yang sama, jumlah tersebut juga setara dengan penurunan jejak karbon di Jakarta Selatan sebesar 0,17 persen.
Ilustrasi sampah di TPA. Foto: Shutterstock
Penggunaan galon berulang pun turut mengambil peran. Jika kemasan ini tidak pernah ada, terdapat potensi kenaikan emisi karbon hingga 24.510 ton CO2e. Berkat penerapan Galon Guna Ulang, masyarakat turut berkontribusi dalam penurunan emisi karbon sekitar 122.268,7 ton CO2.
Saat menggunakan Galon Guna Ulang, masyarakat dapat turut mengurangi tumpukan sampah botol PET di TPA hingga 316 ton serta mengurangi jumlah sampah kemasan plastik yang tidak ditangani secara berkelanjutan sebesar 996 ton.
Tak hanya dari segi lingkungan, Galon Guna Ulang ternyata turut menyumbang PDB sebesar Rp 460 miliar. Didorong dengan program AQUA Home Service (AHS), kontribusi terhadap PDB tersebut meliputi penciptaan lapangan kerja sebanyak 16.732, baik lapangan kerja langsung maupun tidak langsung.
LPEM UI juga melakukan survei kepada 200 responden dengan cakupan wilayah DKI Jakarta, Tangerang Selatan, dan Bali untuk mengetahui dampak #BijakBerplastik dari segi sosial. Hasilnya, partisipan cenderung memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap penanganan sampah plastik. Hal ini dapat mendorong kontribusi masyarakat untuk mengelola sampah, dimulai dari lingkungan keluarga. Sehingga, gaya hidup berkelanjutan pun dapat lebih mudah diterapkan.
Kajian itu sejalan dengan hasil survei yang menunjukkan bahwa 6 dari 10 partisipan memilah sampah plastik bekas pakai. Di sisi lain, hanya 1 dari 10 non-partisipan yang melakukan hal sama.
Dari segi ekonomi, sebanyak 9 dari 10 responden juga mengaku merasakan dampak ekonomi dari adanya program pengumpulan sampah dari Gerakan #BijakBerplastik.
Salah satu distributor resmi AQUA Home Service. Foto: Ananta Erlangga/kumparan
Gerakan #BijakBerpastik juga memiliki nilai ekonomi akumulatif mencapai Rp 1,22 triliun selama 2018-2021. Dampak ini setara dengan biaya modal pembangunan sekitar 2.225 Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) dan pemberian bantuan edukasi Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk 453.000 siswa SD di seluruh Indonesia.

Terapkan Tiga Pilar #BijakBerplastik, Danone-AQUA Berkomitmen Mendukung Gerakan Daur Ulang

Melalui tiga pilar #BijakBerplastik berupa Pengumpulan, Edukasi, dan Inovasi, Danone-AQUA berkomitmen untuk membuat 100 persen kemasan plastiknya dapat digunakan ulang, didaur ulang, atau dijadikan kompos pada 2025. Hal ini pun menempatkan Danone-AQUA menjadi satu-satunya perusahaan produsen minuman yang menggunakan bahan-bahan daur ulang hingga 25 persen dalam seluruh produknya.
Sustainable Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo mengatakan, #BijakBerplastik merupakan komitmen perusahaan untuk mempraktikkan konsep bisnis untuk kebaikan. Lewat gerakan ini, Danone-AQUA berusaha untuk menangkap dan menerjemahkan perubahan perilaku masyarakat yang kini mulai memilih produk yang mendukung sustainable living.
Diperlukan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk terus menjalankan gerakan #BijakBerplastik. Karena itulah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, dan Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia (YPCII) sebagai salah satu mitra lembaga yang ikut menjadi pencetus program Inclusive Recycling Indonesia (IRI), turut mendukung gerakan ini.
Ke depannya, Danone-AQUA akan senantiasa mendukung misi terwujudnya Indonesia bebas sampah pada 2030.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan AQUA