Aneh! Mata Balita Berubah Jadi Biru setelah Minum Obat Covid

8 September 2023 10:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mata balita berusia 6 bulan berubah warna dari coklat menjadi biru gara-gara minum obat antivirus favipiravir untuk covid-19. Foto: Frontiers in Pediatrics
zoom-in-whitePerbesar
Mata balita berusia 6 bulan berubah warna dari coklat menjadi biru gara-gara minum obat antivirus favipiravir untuk covid-19. Foto: Frontiers in Pediatrics
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mata balita berusia 6 bulan berubah dari coklat menjadi biru nila setelah minum obat antivirus favipiravir untuk COVID-19. Ini merupakan kasus langka, tapi bukan pertama kalinya. Jadi, apa yang membuat warna mata berubah jadi biru?
ADVERTISEMENT
Pertama, hanya sedikit yang diketahui tentang favipiravir. Obat antivirus ini digunakan untuk membunuh virus yang ada di dalam tubuh, termasuk virus influenza dan ebola. Favipiravir akan bereaksi dengan menghentikan replikasi materi genetik virus. Obat ini juga bekerja untuk menghambat replikasi virus RNA, seperti corona.
Pada awal 2020, penggunaan favipiravir disetujui di China untuk mengobati COVID-19, penyakit yang disebabkan virus RNA SARS-CoV-2. Sejak saat itu, beberapa negara lain termasuk India, Jepang, Thailand, dan Indonesia juga mengizinkan penggunaan obat ini untuk menangani pasien COVID-19. Di Thailand, favipiravir menjadi obat antivirus utama yang diberikan kepada anak-anak positif covid.
Efek samping paling umum dari favipiravir termasuk diare, penurunan sel darah putih, dan peningkatan kadar bahan kimia yang disebut asam urat dalam darah. Bagi beberapa pasien, obat ini bisa menyebabkan mual dan terbentuknya batu ginjal yang menyakitkan. Namun bagaimana dengan mata biru?
Ilustrasi obat COVID-19. Foto: Shutter Stock
Efek yang tidak biasa ini pertama kali dilaporkan pada Desember 2021, ketika kornea mata seorang pria berusia 20 tahun berubah dari coklat menjadi biru sehari setelah dia mengonsumsi favipiravir.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, dalam Virology Journal, dokter pernah melaporkan kasus seorang pria yang datang ke rumah sakit karena permukaan matanya berpendar setelah mengonsumsi favipiravir. Pada 2022 dalam jurnal NCBI, dokter juga menemukan kasus sama, di mana bintik-bintik fluoresensi muncul di kuku, gigi, dan bagian putih mata tiga orang pasien corona setelah mengonsumsi favipiravir.
Dalam kasus terbaru yang dilaporkan di jurnal Frontiers in Pediatrics pada April 2023, seorang balita berusia 6 bulan korenanya berubah warna dari coklat menjadi biru setelah minum favipiravir. Dalam jurnal dijelaskan, anak laki-laki itu dibawa ke rumah sakit di Thailand setelah ia mengalami demam dan batuk. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dia positif COVID-19.
Balita itu kemudian diberi obat favipiravir dan sirup yang juga mengandung obat tersebut. 18 jam kemudian, ibunya mulai melihat perubahan warna bola mata anaknya, dari coklat tua menjadi biru saat terpapar sinar Matahari. Pemeriksaan lebih lanjut dokter menemukan penumpukan pigmen biru di kedua kornea balita tersebut.
ADVERTISEMENT
Pemberian favipiravir dilanjutkan selama tiga hari. Gejala COVID-19 yang diderita si balita mulai membaik. Dokter kemudian menghentikan pengobatan karena perubahan warna aneh pada mata pasien yang terus berlanjut. Lima hari setelah pemberian favipiravir dihentikan, mata si balita kembali ke warna semula.
Mata bocah di Thailand berubah menjadi biru setelah minum obat antivirus favipiravir untuk Covid-19. Foto: Frontiers in Pediatrics
“Biasanya warna mata ditentukan oleh iris bukan kornea dan ditentukan oleh jumlah pigmen yang ada pada iris sejak lahir,” kata dr. Vik Sharma, ahli bedah mata di klinik LondonOC di Inggris yang tidak terlibat dalam penanganan kasus si bocah sebagaimana dikutip Live Science.
Sebaliknya, warna biru yang disebabkan favipiravir mungkin akibat dari efek samping tubuh dalam memproses obat tersebut. Jadi begini, ketika favipiravir dipecah dalam tubuh, obat melepaskan bahan kimia berpendar lalu terakumulasi di kornea, kata Sharma. Untuk mendukung gagasan ini, para peneliti sebelumnya menemukan bahwa antivirus juga dapat menyebabkan fluoresensi pada rambut dan kuku manusia.
ADVERTISEMENT
Di jurnal Frontiers in Pediatrics dokter juga menyebut bahwa fluoresensi yang dialami pasien mungkin disebabkan oleh obat, metabolitnya, atau komponen tablet tambahan seperti titanium oksida dan oksida besi kuning.
Saat dokter spesialis mata memeriksa mata balita dua minggu setelah sembuh dari COVID-19, tidak ada tanda-tanda masalah pada penglihatannya. Namun, masih belum jelas apakah ada efek jangka panjang dari perubahan warna mata ini.
“Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan penyebab (perubahan warna mata) dan efek jangka panjangnya,” kata Sharma.
Faktor-faktor lain seperti usia, lama pengobatan, dan dosis obat dapat memengaruhi seseorang terkena efek samping ini. Namun sekali lagi, karena efeknya aneh dan hanya dialami oleh beberapa orang saja, belum jelas kenapa favipiravir bisa mengubah warna bola mata seseorang.
ADVERTISEMENT