Anjing Laut Bantu Ilmuwan Meneliti di Bawah Es Antarktika

8 Maret 2022 8:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anjing laut Weddell yang dilengkapi dengan alat pengukur yang dipasang di kepala. Foto: Institute of Polar Research/HO/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Anjing laut Weddell yang dilengkapi dengan alat pengukur yang dipasang di kepala. Foto: Institute of Polar Research/HO/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Kondisi cuaca Antarktika yang terkenal brutal tak menghalangi keingintahuan para ilmuwan Jepang untuk menembus lapisan es dan mencari tahu apa dan bagaimana situasi jauh di kedalaman air yang sangat dingin itu.
ADVERTISEMENT
Pemimpin proyek riset, Nobuo Kokubun, mengatakan mereka memanfaatkan delapan anjing laut jenis Weddell untuk membantu penelitiannya. Setiap hewan dilengkapi dengan alat sensor konduktivitas, suhu, dan pemantau kedalaman yang dipasang di kepala mereka.
Berat perangkat yang digunakan mencapai 580 gram, berfungsi untuk merekam suhu air dan kadar garam di daerah dengan kondisi lingkungan yang ekstrim. Penelitian itu sendiri dilakukan antara Maret dan November pada 2017.
Selain memungkinkan untuk mengumpulkan data soal kondisi bawah laut Antartika, Kokubun mengatakan penelitian ini juga dapat membantu ilmuwan melacak pola perilaku dan ekologi hewan.
“Namun, bahkan dalam situasi seperti itu, banyak hewan seperti anjing laut yang hidup di wilayah Antartika, jadi saya pikir kami harus meminta mereka mengumpulkan datanya,” tambah Kokubun, seperti dikutip Reuters.
ADVERTISEMENT
Data yang berhasil dikumpulkan dari tujuh anjing laut menunjukkan salah satu dari mereka telah melakukan perjalanan sejauh 633 km dari pantai Stasiun Showa Jepang di Antartika, sementara diketahui menyelam ke kedalaman 700 m.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, para ilmuwan menemukan bahwa air laut hangat dari lapisan atas di laut terbuka bisa mencapai Antartika dari Maret hingga musim dingin di tahun itu. Air tersebut mengalir di bawah es, dan membawa makhluk laut seperti krill Antartika yang merupakan sumber makanan utama bagi anjing laut.
Alat pengukur di kepala berteknologi tinggi untuk mengamati perairan di bawah lapisan es tebal, dekat Stasiun Showa Jepang di Antartika. Foto: Institute of Polar Research/HO/via REUTERS
Kedepannya, mereka berencana untuk meneliti lebih lanjut dampak pemanasan global di wilayah pesisir Antartika. Kokubun berharap ia dapat membuat perangkat yang cukup kecil hingga bisa muat pada hewan lain di Kutub Selatan seperti penguin.
ADVERTISEMENT
“Kelebihannya dengan penguin adalah mereka kembali ke tempat yang sama dan kami dapat mengumpulkan data dari mereka dengan segera. Selain itu, kami dapat menggunakan perangkat pada penguin dalam jumlah besar sehingga dapat mencakup area yang luas,” jelas Kokubun.