Apa itu Gerhana Matahari Hibrida yang Mampir Indonesia 20 April Jelang Lebaran?

18 April 2023 2:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses terjadinya gerhana matahari cincin yang terlihat di Kawasan Senen, Jakarta, Kamis (26/12). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Proses terjadinya gerhana matahari cincin yang terlihat di Kawasan Senen, Jakarta, Kamis (26/12). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia kedatangan fenomena langka Gerhana Matahari Hibrida pada 20 April 2023 nanti. Sesuai namanya, ini adalah gerhana Matahari “campuran”, ketika Gerhana Matahari Total dan Gerhana Matahari Cincin terjadi dalam satu peristiwa.
ADVERTISEMENT
Ini bukan berarti Gerhana Matahari Total bisa terjadi dalam waktu yang bersamaan dengan Gerhana Matahari Cincin. Lebih tepatnya, di beberapa tempat akan mengamati Gerhana Matahari Cincin, sementara wilayah lain akan mendapati Gerhana Matahari Total.
Untuk gerhana pada 20 April 2023 nanti, Gerhana Matahari Cincin akan terjadi di awal dan ujung akhir gerhana, yakni bermula di Samudra Hindia bagian selatan, dan berakhir di Samudra Pasifik dekat kepulauan Polinesia.
Gerhana Matahari terjadi ketika Bulan berada di lintasan antara Bumi dan Matahari. Ada dua jenis bayangan “Bulan” yang menutupi Bumi, umbra dan penumbra.
Umbra adalah bayangan paling gelap, dan punya karakteristik semakin mengerucut ketika bayangan tersebut semakin jauh dari bulan. Sedangkan penumbra merupakan bayangan sekunder, yang terus melebar ketika semakin jauh dari bulan.
ADVERTISEMENT
Gerhana Matahari Cincin dan Total sama-sama terjadi di umbra, atau bayangan utama.
Ilustrasi Penumbra dan Umbra pada gerhana matahari. Foto: Time and Date

Kenapa Gerhana Matahari Hibrida bisa terjadi?

Ada alasan kenapa Gerhana Matahari Hibrida bisa terjadi.
Bayangan umbra menyapu dari sisi selatan Bumi hingga ke utara. Bentuk Bumi yang bulat memungkinkan adanya perbedaan jarak antara Bulan – permukaan Bumi khatulistiwa, dan Bulan – permukaan Bumi bagian utara dan selatan.
Hal ini menyebabkan bayangan umbra yang sampai ke permukaan bagian utara atau selatan, lebih mengerucut sehingga memungkinkan menghasilkan bayangan Bulan yang lebih kecil dilihat dari permukaan Bumi. Inilah yang disebut Gerhana Matahari Cincin.
Kemudian di khatulistiwa, karena jaraknya lebih pendek dengan Bulan, mendapat umbra yang lebih besar, sehingga menghasilkan tutupan total Matahari, atau Gerhana Matahari Total.
ADVERTISEMENT
Ada banyak faktor yang memengaruhi, seperti orbit Bulan, posisi Bumi terhadap Matahari (solstis atau equinoks), dan lain sebagainya. Semua faktor, dan timing yang pas menghasilkan Gerhana Matahari Hibrida. Oleh karena itu, Gerhana Matahari Hibrida tergolong langka terjadi.
Foto multiple exposure menunjukkan gerhana matahari total di desa Baihata, ibu kota negara bagian Assam. Foto: BIJU BORO / AFP
Andi menambahkan, Gerhana Matahari Hibrida terjadi hanya 596 kali dalam 5.000 tahun atau rata-rata 8,8 tahun sekali. Kadang dalam satu abad gerhana hibrida hanya terjadi sekali, atau bahkan tidak terjadi sama sekali.
Di Indonesia sendiri, terakhir muncul di Indonesia pada 1807. Setelah melintasi langit Indonesia per April 2023, Gerhana Matahari Hibrida akan bisa diamati lagi pada 2049 mendatang.
Umbra Gerhana Matahari Total akan menyapu sebagian wilayah Indonesia timur, dari Timor, kepulauan di Laut Banda, sebagian Papua, hingga Biak. Sisanya, termasuk Jakarta, hanya bisa mengamati Gerhana Matahari Sebagian dengan tutupan Matahari berbeda.
ADVERTISEMENT