Apa Itu Hipospadia? Kelainan Kelamin yang Dialami Aprilia Manganang

9 Maret 2021 20:45 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan pemain voli nasional, Aprilia Manganang. Foto: Instagram/@manganang92
zoom-in-whitePerbesar
Mantan pemain voli nasional, Aprilia Manganang. Foto: Instagram/@manganang92
ADVERTISEMENT
Mantan atlet voli putri Indonesia, Aprilia Manganang, resmi mengalami pergantian status dari perempuan ke laki-laki. Eks pevoli yang pensiun pada 2020 dan menjadi Sersan Dua TNI itu diketahui mengalami kelainan hipospadia, menurut keterangan KSPAD TNI AD Jendral Andika Perkasa.
ADVERTISEMENT
Andika mengatakan, Sersan Manganang terlahir sebagai seorang laki-laki. Namun, dia mengalami kelainan kelamin yang disebut hipospadia.
''April lahir tumbuh besar diklaim wanita, akte wanita, tapi penampilan tak seperti wanita,'' kata Andika, di Jakarta, Selasa (9/3).

Mengenal hipospadia

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), hipospadia adalah kelainan bawaan saat lahir pada anak laki-laki di mana pembukaan uretra tidak terletak di ujung penis.
Pada anak laki-laki dengan hipospadia, uretra terbentuk secara tidak normal selama minggu pada usia kehamilan ke-8-14 pekan. Pembukaan abnormal dapat terbentuk di mana saja dari tepat di bawah ujung penis hingga skrotum.
Ada beberapa jenis hipospadia; beberapa bisa berdampak kecil dan beberapa lebih parah. Jenis hipospadia yang dimiliki anak laki-laki tergantung pada lokasi pembukaan uretra, yang terdiri dari:
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Penis. Foto: Shutterstock
Menurut keterangan Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI), hipospadia merupakan kelainan bawaan lahir bidang urologi yang paling sering dijumpai. Kelainan tersebut melibatkan saluran berkemih, penis, dan kulit penis.
Angka kejadian hipospadia bervariasi di tiap negara. Kemungkinan kelainan ini terjadi adalah 1/250-300 kelahiran laki-laki. Namun, kemungkinan hipospadia akan meningkat 13 kali lebih sering pada laki-laki yang saudara dan orang tuanya menderita hipospadia.
Dalam beberapa tahun terakhir, peneliti CDC juga telah melaporkan temuan penting tentang beberapa faktor yang mempengaruhi risiko memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia. Beberapa di antaranya adalah:
ADVERTISEMENT
Usia dan berat ibu hamil yang berusia 35 tahun atau lebih dan dianggap obesitas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
Perempuan yang menggunakan teknologi reproduksi bantuan untuk membantu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
Perempuan yang mengonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan terbukti memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
Hipospadia terjadi ketika perkembangan saluran lubang kemih dan kulit penis terganggu saat janin berada di dalam kandungan. Belum diketahui apa penyebab pastinya, menurut catatan RS UI.
Berdasarkan keterangan Mayo Clinics, tanda dan gejala hipospadia di antaranya adalah pembukaan uretra di lokasi selain ujung penis, lekukan penis ke bawah (chordee), penampilan penis berkerudung karena hanya bagian atas penis yang tertutup kulup, dan penyemprotan tidak normal saat buang air kecil.
Mantan pemain voli nasional, Aprilia Manganang. Foto: Instagram/@manganang92
Berbeda dengan kasus Aprilia Manganang yang baru teridentifikasi pada usianya yang ke-28 tahun, sebagian besar bayi dengan hipospadia didiagnosis segera setelah lahir saat masih di rumah sakit. Namun, sedikit perpindahan dari pembukaan uretra mungkin tidak kentara dan lebih sulit untuk diidentifikasi.
ADVERTISEMENT
Kalau kamu takut anak kamu mengalami hisposopadia, ada baiknya berbicara dengan dokter. Kamu bisa meminta pendapat dokter jika kamu khawatir tentang penampilan penis anak kamu atau jika dia punya masalah dengan buang air kecil.
RS UI menyebut, pembedahan merupakan satu-satunya pilihan terapi dan direkomendasikan untuk bentuk hipospadia sedang dan berat, serta hipospadia ringan dengan derajat tekukan pada penis yang berat dan lubang penis yang sempit.
Tujuan terapi ini adalah untuk mengkoreksi tekukan pada penis, membentuk saluran kemih dan menempatkan lubang penis ke ujung jika memungkinkan. Operasi dapat mulai dikerjakan saat usia anak 6 bulan dan diharapkan operasi selesai sebelum usia sekolah.
Bila tidak dilakukan operasi rekonstruksi, hipospadia dapat menimbulkan masalah berkemih pada anak, serta dapat mengganggu aktivitas seksualnya saat ia tumbuh dewasa. Perlu diingat agar jangan menyunat anak sebelum operasi rekonstruksi dilakukan, karena dokter Urologi akan memerlukan cangkok dari kulit penis, untuk membuat saluran kemih baru.
ADVERTISEMENT
Menurut catatan Mayo Clinics, jika hipospadia tidak diobati, dapat menyebabkan penampilan penis yang tidak normal, masalah belajar menggunakan toilet, kelengkungan penis yang tidak normal dengan ereksi, dan masalah dengan gangguan ejakulasi.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.