Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Sebanyak 60 ekor sapi di Desa Makmur Jaya, Kecamatan Tikke Raya, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, dilaporkan mati akibat terserang virus Jembrana. Wabah mulai muncul sejak awal Mei 2022 lalu, merebak di wilayah Kecamatan Tikke Raya.
ADVERTISEMENT
Menurut pejabat Gubernur Sulawesi Barat , Akmal Malik, penyakit Jembrana pada sapi disebabkan virus yang ditularkan oleh vektor lalat kuda.
“Ini berbeda dengan virus atau penyakit mulut dan kuku (PMK). Seluruh Sulawesi selama ini belum pernah ada penyakit ini,” kata Akmal, Senin (18/7).
Mengenal virus Jembrana
Jurnal Veterinary Microbiology terbitan September 1995 menyebutkan penyakit Jembrana merupakan penyakit hewan menular dengan klinis berat dan akut pada sapi Bali (Bos javanicus). Penyebabnya adalah Lentivirus keluarga Retroviridae, yang kemudian ditetapkan sebagai virus penyakit Jembrana atau VPJ (Jembrana disease virus/JDV).
Penyakit Jembrana pertama kali muncul dan mewabah pada sapi dan kerbau di Desa Sangkar Agung, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, pada 1964, menurut buku 'Pedoman Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Jembrana' dari Direktorat Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) keluaran 2015. Itu sebabnya penyakit ini diberi nama Jembrana, tempat asal si penyakit mewabah.
Virus penyakit Jembrana menyerang sistem kekebalan tubuh si sapi. Masa inkubasi berkisar antara empat sampai 12 hari pasca-infeksi untuk menimbulkan gejala sakit.
ADVERTISEMENT
VPJ diketahui hanya menyerang sapi Bali B. javanicus, baik jantan maupun bentina, di semua kelompok umur. Sementara kerbau, kambing, domba, hingga babi bisa terinfeksi, tapi kebal dan tidak ada gejala klinis. Akibatnya mereka bisa menjadi carrier atau pembawa virus selama enam bulan.
Gejala sapi yang terinfeksi virus Jembrana
Sapi ternak yang terserang penyakit Jembrana menunjukkan gejala demam tinggi hingga 42 derajat Celsius, pembengkakan kelenjar limfe (lymphnode/lymphoglandula) yang menonjol di bahu, depan lutut, dan bawah telinga, serta mencret (diare) yang sering bercampur dengan darah. Khusus darah dalam tinja, gejalanya terjadi beberapa hari setelah hewan demam dan atau menjelang kematian.
Gejala lainnya adalah keluarnya air liur yang berlebihan (hypersalivasi), leleran hidung bening, erosi pada selaput lendir mulut dan bagian bawah lidah, bercak darah pada kulit (keringat darah) di punggung dan paha bagian dalam, serta pucat pada selaput lendir mulut, mata, maupun alat kelamin. Keringat berdarah menjadi salah satu gejala yang paling menonjol, biasanya terlihat sewaktu dan setelah demam dan berlangsung selama dua sampai tiga hari.
ADVERTISEMENT
VPJ menular dengan kontak lansung antara penderita dengan hewan sehat, melalui oral, lubang hidung, konjungtiva mata dan semen. Penularan melalui insekta pengisap darah juga dimungkinkan, misal, lalat Tabanus rubidus.
Vaksin virus Jembrana
Vaksinasi menjadi penanggulangan dan pengendalian penyakit Jembrana. Vaksin VPJ yang tersedia saat ini adalah vaksin mati (whole inactivated vaccine) yang dibuat dari limpa hewan terinfeksi yang diemulsikan dengan adjuvant.
Pemerintah Sulbar sendiri sudah melakukan langkah pengendalian dengan melakukan vaksinasi untuk penyakit Jembrana. Akmal menjelaskan, pihaknya juga akan melakukan enyemprotan insektisida pada kandang dan truk pengangkut sapi untuk memberantas vektor lalat kuda yang bisa jadi merupakan satu pemicu awal penularan.
Tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulbar bersama Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Peternakan (PTHP) Sulbar serta Balai Besar Veteriner Maros berada di Desa Makmur Jaya juga rutin melakukan pemantauan.
ADVERTISEMENT