Apa yang Terjadi pada Mayat Manusia di Luar Angkasa?

14 April 2024 16:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi astronaut. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi astronaut. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernah nggak bertanya soal, kalau astronaut meninggal di luar angkasa, apa yang akan terjadi pada tubuhnya? Apakah dia akan membusuk? Atau jasadnya akan abadi?
ADVERTISEMENT
Selama ini, skenario yang diterapkan oleh astronaut saat ada kru yang meninggal memang dengan melarung jasadnya ke luar angkasa. Ini dilakukan agar kru yang masih hidup terhindar dari risiko terkontaminasi zat berbahaya saat jenazah membusuk.
Di tengah kerasnya ruang angkasa, bagaimana mayat bisa terurai, dan di mana hal itu bisa berakhir?
Menurut Jimmy Wu, kepala insinyur di Translational Research Institute for Space Health di Baylor College Kedokteran di Texas, dalam ruang hampa bertekanan rendah, cairan apa pun dari permukaan tubuh–kulit, mata, mulut, telinga, dan paru-paru– akan cepat berubah menjadi gas. Pembuluh darah di dekat permukaan juga bisa pecah dan berdarah, bahkan setelah kematian.
Sisa air di dalam tubuh kemungkinan akan membeku karena suhu dasar ruang angkasa yang sangat rendah, yakni minus 270,45 derajat Celcius. Hilangnya cairan ditambah pembekukan akibat suhu dingin menyebabkan keadaan mumifikasi, menjaga jenazah tetap utuh.
ADVERTISEMENT
Setiap astronaut yang berada di luar angkasa tanpa pakaian antariksa akan menemui nasib yang sama seperti jenazah yang dilarung. Apa yang akan terjadi selanjutnya bergantung pada apakah ada bakteri di sekitarnya atau tidak.
Penelitian di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) menunjukkan bahwa bakteri dapat bertahan hidup di luar angkasa selama tiga tahun. Jika bakteri masih hidup di tubuh, mereka akan mulai mencernanya.
Faktanya, meski ruang angkasa sangat dingin, di sana juga bisa menjadi sangat panas. Suhu di permukaan ISS, misalnya, berkisar dari minus 200 derajat Celcius hingga mencapai panas 200 derajat Celcius. Dalam lingkungan yang lebih panas, dekomposisi akan sangat cepat.
Ilustrasi satelit di Orbit. Foto: Shutterstock/rommma
Radiasi kuat di ruang angkasa juga kemungkinan akan berdampak buruk pada tubuh, memecah ikatan karbon dan menyebabkan kulit dan otot rusak. Setelah dibuang dari pesawat ruang angkasa, tubuh yang mengalami dehidrasi dan membusuk akan menuju ke orbit, mengikuti arah dorongan, kecuali jika dia bertabrakan dengan beda lain.
ADVERTISEMENT
Ya, ruang angkasa bukan hanya terdapat kehampaan, tapi ada juga puing-puing dan satelit yang melayang di sekitar orbit Bumi. Jadi, tidak menutup kemungkinan jenazah akan bertabrakan dengan salah satu puing tersebut, kata Myles Harris, mahasiswa doktoral di University College London Institute for Risk and Disaster Reduction.
Untuk menghindari risiko ini, NASA merekomendasikan agar para astronaut pergi menjauhi orbit Bumi sebelum melepaskan jenazah ke ruang angkasa. Bagaimanapun, tabrakan bisa menyebabkan kerusakan nyata, baik pada jasad maupun dengan pesawat yang digunakan untuk melarung jenazah.
Lalu, apa jadinya kalau jenazah berhasil menghindari tabrakan dengan satelit atau sampah luar angkasa? Menurut peneliti, lama kelamaan jasad akan tertarik ke arah Bumi karena gravitasi, terutama jika kematian terjadi di orbit rendah Bumi atau sekitar 2.000 kilometer dari Bumi. Inilah akhir dramatis dari jasad tersebut, dia akan melintas ruang angkasa lalu masuk ke atmosfer dan terbakar hingga tak bersisa.
ADVERTISEMENT
Melepas jasad dari pesawat luar angkasa bukanlah satu-satunya pilihan saat orang di luar angkasa. Pemakaman luar angkasa juga bisa dilakukan, meski harus mencari permukaan planet lain untuk melakukannya.
NASA juga telah mengembangkan kantong jenazah yang dapat mengawetkan tubuh manusia di pesawat ruang angkasa selama 48 hingga 72 jam, waktu yang cukup untuk melakukan perjalanan kembali ke Bumi dari ISS. Namun, jika perjalanan terlampau jauh seperti dari Mars, para kru akan mencari opsi lain.
Saat ini NASA sedang mempersiapkan prosedur baru untuk menangani jasad manusia ketika astronaut melakukan perjalanan yang jauh dari orbit Bumi.
“Mudah-mudahan hal itu tidak pernah terjadi, tapi mungkin saja terjadi,” kata Harris. “Jika ya, lebih baik bersiap-siap.”
ADVERTISEMENT