Apakah Urutan Lahir di Keluarga Pengaruhi Kepribadian?

27 Oktober 2019 10:04 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kakak dan adik. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kakak dan adik. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Meski berbagi gen dan lingkungan yang sama, saudara satu keluarga biasanya memiliki perbedaan kepribadian yang begitu jelas. Dari mana perbedaan ini berasal? Alfred Adler, psikolog asal Austria dan penemu psikologi individu, menduga urutan lahir menjadi penyebab berbedanya kepribadian anggota keluarga.
ADVERTISEMENT
Adler mengatakan anak sulung biasanya sering mengalami gelisah, karena mereka menghabiskan beberapa tahun sebagai anak tunggal. Kemudian, itu berubah ketika adiknya lahir dan membuat dirinya harus 'berbagi' orang tua.
Ia juga berpendapat anak tertua memiliki sifat bertanggung jawab dan terkadang konservatif. Sementara itu, anak termuda menurutnya cenderung memiliki sifat ambisius, sedangkan anak tengah yang kepribadiannya begitu dipengaruhi oleh kondisi emosionalnya.
Ilustrasi kakak adik. Foto: Shutterstock
Psikolog AS, Frank J. Sulloway, yang pada pertengahan 1990-an membuat buku sejarah berisi informasi urutan lahir para tokoh terkenal, melihat tren serupa. Dari tokoh-tokoh yang lahir belakangan, ia menemukan sosok pemikir dan revolusioner, seperti Charles Darwin, Karl Marx, dan Mahatma Gandhi.
Lalu dari anak pertama, ia menemuan sosok pemimpin seperti Joseph Stalin dan Benito Mussolini. Penjelasannya? Setiap anak itu memiliki posisi tersendiri dalam keluarga dan menggunakannya untuk merancang strategi dalam menjalani hidup.
ADVERTISEMENT
Anak pertama dan tunggal dianggap mampu mengidentifikasi pandangan orang tuanya dengan lebih baik. Sementara itu anak tengah atau bungsu cenderung tidak yakin dengan pandangan orang tuanya dan memilih jalan lain dalam hidupnya.
Ilustrasi keluarga. Foto: Shutterstock
Lebih jauh, beberapa studi telah mengonfirmasi urutan lahir bisa membentuk kepribadian seseorang. Dilansir Scientific American, sebuah studi pada 1968 silam menunjukkan anak pertama cenderung menghindari olahraga berbahaya karena takut terluka dibandingkan anak tengah atau bungsu.
Kemudian dalam studi pada 1980, 170 perempuan dan 142 laki-laki yang sudah sarjana menemukan sifat cemas dan ego tinggi pada anak pertama. Mereka mengukurnya menggunakan Howarth Personality Questionnaire. Walau begitu, saat itu, penelitiannya dilakukan dengan metode yang patut dipertanyakan. Itu dikarenakan hanya ada satu orang yang menilai kepribadian dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT