Arkeolog Temukan Tengkorak Anak Manusia Purba Misterius Berusia 241.000 Tahun

8 November 2021 10:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tengkorak "Leti" yang direkonstruksi, seorang Homo naledi muda. Tengkorak itu ditemukan di dalam lorong kecil jauh di dalam gua Afrika Selatan, dan mungkin berusia lebih dari 241.000 tahun.  Foto: Wits University
zoom-in-whitePerbesar
Tengkorak "Leti" yang direkonstruksi, seorang Homo naledi muda. Tengkorak itu ditemukan di dalam lorong kecil jauh di dalam gua Afrika Selatan, dan mungkin berusia lebih dari 241.000 tahun. Foto: Wits University
ADVERTISEMENT
Jauh di dalam gua Rising Star Afrika Selatan, di sebuah lorong gelap para peneliti menemukan tengkorak anak Homo naledi yang terawetkan. Tengkorak itu disebut Leti.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tengkorak kecil itu bisa berakhir di dalam gua yang sempit masih menjadi misteri, kendati peneliti menduga tengkorak anak manusia purba tersebut bisa jadi bukti prosesi pemakaman yang disengaja.
Leti, kependekan dari Letimela atau “Yang Hilang” dalam bahasa Setswana Afrika Selatan. Berdasarkan sisa-sisa yang ditemukan di gua, Leti diperkirakan hidup antar 335.000 hingga 241.000 tahun yang lalu. Sejak 2013, telah ditemukan fragmen fosil milik 24 individu Homo naledi di gua Rising Star. Fosil anak adalah yang pertama ditemukan di tempat yang sekarang disebut Kamar Dinaledi.
Ditemukannya puluhan kerangka manusia di gua itu masih menjadi misteri. Sebab, satu-satunya akses masuk ke gua adalah patahan vertikal setinggi 12 meter yang dikenal sebagai The Chute.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, ahli geologi dan peneliti lain tidak menemukan akses lain untuk menuju lorong H. naledi berada. Tengkorak kecil Leti ditemukan berserakan di rak batu kapur sekitar 80 cm di atas lantai gua. Tempat itu berada di lorong yang sempit.
Anggota tim peneliti yang menjelajahi gua harus masuk melalui ruang yang lebarnya hampir 15 cm ketika menjelajahi labirin lorong tempat Leti ditemukan. Foto: Wits Univeristy

Leti adalah nenek moyang manusia yang rumit

Diterbitkan dalam jurnal PaleoAnthropology, Gua Rising Star hampir tidak dapat diakses, bahkan menggunakan alat modern sekalipun. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa hewan telah membawa tulang H. naledi ke dalam gua. Tulang-tulang itu tampaknya diletakkan di gua begitu saja, karena tidak ada sedimen atau puing-puing lain ditemukan di sana.
Ini membuka kemungkinan bahwa lebih dari 240.000 tahun lalu nenek moyang manusia dengan sengaja memasuki gua yang gelap, seperti labirin, menelusuri jalan sempit, di mana terdapat ruang berukuran 18 cm di beberapa tempat, dan meletakkan mayat mereka di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Tidak ada alat atau artefak lain yang ditemukan di samping fosil di gua Rising Star. Ada jejak hewan pernah memasuki gua, yakni babon remaja. Menurut John Hawks, antropolog di University of Wisconsin-Madison yang mempelajari fosil, Nenek moyang manusia H. naledi hidup pada waktu yang sama dengan Homo sapiens awal.
Penjelajahan mereka ke dalam gua menunjukkan bahwa mereka termasuk di antara nenek moyang manusia modern yang lebih cerdas. Mereka juga telah menguasai cara memanfaatkan api untuk menerangi jalan menelusuri gua. Menurut museum Sejarah Alam Nasional Smithsonian, H. naledi berjalan tegak, tingginya sekitar 1,44 meter dengan berat 40 hingga 56 kilogram.
Tengkorak H. naledi yang baru ditemukan bisa mengungkap lebih jauh ihwal pertumbuhan dan perkembangan mereka. Sementara beberapa fragmen rahang anak-anak juga ditemukan di dalam gua, ini adalah pertama kalinya para peneliti menemukan tulang kepala manusia. Mereka juga menemukan enam gigi H. naledi.
Gigi dari anak Homo naledi "Leti." Gigi tersebut menunjukkan bahwa Leti meninggal sekitar usia 4 dan 6 tahun. Foto: Wits University

Tulang dan gigi manusia purba

Adapun tulang dan gigi ditemukan selama penjelajahan di lorong sempit yang berliku di sekitar kamar Dinaledi. Para peneliti memetakan lorong-lorong itu sejauh 316 meter, untuk mencari bukti lain di dalam ruangan.
ADVERTISEMENT
Di dalam lorong sempit yang berliku, para peneliti menemukan lebih banyak fosil, termasuk bukti kedua dari babon remaja, tulang lengan milik H. naledi. Di sana juga ditemukan 33 fragmen tulang kemungkinan milik individu atau lebih H. naledi.
Tengkorak yang diawetkan sebagian pecah menjadi 28 fragmen. Ketika direkonstruksi, fragmen-fragmen tersebut mengungkap sebagian besar dahi anak Leti dan beberapa bagian atas kepala. Gigi terdiri dari empat gigi permanen dan dua gigi susu yang sudah aus. Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa si anak ada di usia di mana gigi geraham permanen pertama muncul, atau sekitar 4 sampai 6 tahun.
Ukuran tengkorak menunjukkan bahwa otak Leti memiliki volume antara 480 hingga 610 cm kubik, atau sekitar 90% sampai 95% dari volume otak orang dewasa dari spesiesnya.
ADVERTISEMENT
"Ini mulai memberi kita wawasan tentang semua tahap kehidupan spesies yang luar biasa ini," papar Juliet Brophy, antropolog di Louisiana State University yang memimpin penelitian tentang tengkorak Leti.