Arkeolog Ungkap Rasa Wine Zaman Romawi Kuno Berusia 2.000 Tahun

29 Januari 2024 17:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sisa-sisa Pabrik Wine yang berusia 1.500 Tahun. Foto: Nir Elias/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sisa-sisa Pabrik Wine yang berusia 1.500 Tahun. Foto: Nir Elias/REUTERS
ADVERTISEMENT
Para arkeolog berhasil mengungkap rasa dan aroma wine atau khamar (minuman keras anggur) yang diproduksi pada zaman Romawi kuno atau sekitar 2.000 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Orang Romawi kuno terkenal dengan kegemarannya menenggak wine. Konsumsi minuman anggur telah digambarkan dalam teks-teks kuno serta temuan arkeolog lainnya. Namun, seluk beluk produksinya sampai saat ini masih menjadi misteri.
Untuk mengungkap misteri ini, peneliti Dimitri Van Limbergen dari Ghent University dan Paulina Komar dari University of Warsaw membandingkan dolia kuno –sejenis wadah atau vas yang digunakan untuk menyimpan wine pada zaman Romawi kuno– dengan wadah serupa yang digunakan dalam pembuatan wine modern. Dolia digunakan tidak hanya untuk menyimpan wine, tapi juga memproduksinya.
Menurut hasil studinya di jurnal Antiquity, wine Romawi kemungkinan besar terasa lebih pedas dan memiliki aroma mirip roti panggang atau kenari.
Dolia, wadah atau vas yang digunakan untuk menyimpan wine pada zaman Romawi kuno. Foto: Antiquity Journal
“Hasil penelitian kami memaksa kami mempertanyakan beberapa asumsi lama tentang pembuatan wine Romawi,” kata Van Limbergen sebagaimana dikutip Newsweek. “(Pertama), dengan menggunakan teknik yang kami jelaskan dalam makalah kami, orang Romawi mampu membuat wine yang jauh lebih baik, lebih bagus, dan lebih stabil daripada yang diperkirakan sebelumnya.”
ADVERTISEMENT
Van Limbergen menjelaskan, meluasnya gudang anggur yang disimpan di dolia pada zaman Romawi antara abad ke-3 atau ke-2 M dan abad ke-3 atau ke-4 M menunjukkan industri wine saat itu telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.
“Ide klasifikasi wine modern tidak membantu mengungkap sifat wine Romawi. Warna wine, misalnya, tidak dibagi antara putih dan merah (seperti saat ini), tapi bagi orang Romawi, warna tersebut termasuk dalam spektrum warna yang luas, dari putih dan kuning hingga keemasan, coklat, merah, hitam, semuanya berbahan dasar buah anggur yang difermentasi,” ujar Van Limbergen.
Menurut studi tersebut, ini menjadi wadah pembuatan wine Romawi pertama yang diteliti. Artinya, ada wawasan baru yang diperoleh dari penelitian ini.
Wadah yang digunakan untuk menyimpan wine di zaman Romawi kuno. Foto: Antiquity Journal
Di zaman sekarang, banyak khamar dibuat dalam wadah logam raksasa sehingga lebih banyak wine yang diproduksi secara massal. Sementara itu, dolia adalah wadah yang lebih kecil, ukurannya sebanding dengan qvevri semacam pot yang juga digunakan untuk membuat wine di Georgia. Proses yang digunakan dalam pembuatan wine ini juga sangat mirip dengan cara orang Romawi bikin wine di dolia.
ADVERTISEMENT
Dasar wadah fermentasi yang kecil, kata riset, membuat warna wine menjadi oranye. Rasa pedas dari wine Romawi tercipta karena dolia dikubur ke dalam tanah. Ini membuat pH dan suhu terkontrol dengan baik saat anggur menua.
“Pembuatan wine di qvevri dan dolia merupakan cara yang sangat mudah dan cerdik dalam memproduksi anggur. Gudang wine yang dipenuhi dolia adalah investasi yang hanya dilakukan dalam keadaan menguntungkan secara ekonomi, dan kehadirannya membuktikan kemakmuran ekonomi di dunia Romawi pada masa Republik Akhir dan Kekaisaran Awal,” kata Van Limbergen.
“Pada saat yang sama, banyak rumah tangga mampu membeli satu dolium, dan pembuatan wine mungkin merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari di banyak keluarga, menjadikan anggur sebagai produk yang dikonsumsi dalam skala sosial luas.”
ADVERTISEMENT
Tekstur wine ini juga berbeda dengan wine yang dikonsumsi saat ini. Wadah yang terbuat dari tanah liat memberi anggur sensasi kering saat diminum, dan ini populer di kalangan orang Romawi.
Penelitian ini tidak hanya memberitahu kita bagaimana rasa dan aroma wine, tetapi juga memberikan informasi baru kepada para arkeolog tentang bagaimana orang Romawi hidup.
Dari proses fermentasi, jelas bahwa orang Romawi mengetahui banyak teknik berbeda untuk membuat wine dengan berbagai varian rasa dan bau. Mereka memvariasikan rasa dan baunya dengan mengubah bentuk dolia, serta cara menyimpannya.