AS Bakal Buka Jutaan Hektare Lahan di Alaska buat Pengeboran Minyak dan Gas

27 Maret 2025 2:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kota Whittier di Alaska yang penduduknya tinggal satu gedung  Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kota Whittier di Alaska yang penduduknya tinggal satu gedung Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Presiden AS, Donald Trump, berencana akan membuka jutaan hektare lahan untuk disewakan guna pengeboran minyak dan gas di daerah terpencil di Alaska National Petroleum Reserve and Coastal Plain of the Arctic National Wildlife Refuge.
ADVERTISEMENT
Departemen Dalam Negeri AS mengatakan bahwa pihaknya bermaksud untuk membuka kembali 82 persen Cadangan Minyak Nasional di Alaska untuk memperluas pengembangan energi, Kamis (20/3). Mereka juga berencana untuk mengembalikan program penyewaan minyak dan gas seluas 631.309 hektare di Coastal Plain of the Arctic National Wildlife Refuge.
“Sudah saatnya bagi AS untuk memanfaatkan sumber daya Alaska yang melimpah dan sebagian besar belum dimanfaatkan sebagai jalan menuju kemakmuran bagi bangsa, termasuk warga Alaska,” ujar Doug Burgum, Menteri Dalam Negeri AS, dilansir IFL Science.
“Sudah terlalu lama pemerintah federal menciptakan terlalu banyak hambatan untuk memanfaatkan potensi energi negara bagian. Departemen Dalam Negeri berkomitmen untuk mengakui peran utama Negara Bagian Alaska dalam memenuhi kebutuhan energi kita, sekaligus menyediakan peluang ekonomi yang luar biasa bagi warga Alaska.”
ADVERTISEMENT
Pengumuman ini muncul usai Trump menandatangani perintah eksekutif pada hari pertama dia menjabat sebagai Presiden AS untuk kedua kalinya. Perintah eksekutif tersebut berisi maklumat untuk memperluas ekstraksi bahan bakar fosil di Alaska. Sebagian besar kebijakan difokuskan pada pembatalan penangguhan izin pengeboran minyak oleh mantan presiden Biden di wilayah tersebut.
“Krisis inflasi disebabkan oleh kenaikan harga dan pengeluaran energi secara berlebihan, dan itulah sebabnya hari ini, saya juga akan mengumumkan keadaan darurat energi nasional. Kita akan mengebor, mengebor, dan terus mengebor,” kata Trump dalam pidato pelantikannya.
Presiden AS Donald Trump menunjukkan hasil tanda tangan perintah esekutif di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Kamis (20/3/2025). Foto: Mandel Ngan/AFP
Arctic National Wildlife Refuge merupakan rumah bagi berbagai macam satwa liar di Amerika, mulai dari beruang kutub dan beruang grizzly, hingga rusa besar, karibu, dan elang. Di bawah bentang alam yang masih alami ini terdapat sekitar 4,3 hingga 11,8 miliar barel minyak dan cadangan gas alam, sehingga menimbulkan dilema antara konservasi dan ekstraksi sumber daya.
ADVERTISEMENT
Masalah pengeboran minyak dan gas di wilayah Amerika Utara ini telah terjadi sejak tahun 1970-an. Sementara perusahaan besar dan pendukung pemerintah mengatakan bahwa pengeboran dapat mendatangkan lapangan pekerjaan dan uang ke wilayah tersebut. Di sisi lain, para aktivis lingkungan dan kelompok hak asasi penduduk asli percaya pengeboran justru dapat menjadi bencana bagi satwa liar dan penduduk yang tinggal di sana.
Kendati begitu, belum tentu perusahaan bahan bakar fosil mau menyewa wilayah ini. Selain itu, langkah yang diambil Trump juga kemungkinan akan menghadapi beberapa penolakan politik. Pada Januari 2025, Negara Bagian Alaska mengatakan akan menggugat pemerintah federal atas tindakan yang dilakukan pada Desember 2024, dalam membuka Dataran Pesisir untuk disewakan. Keputusan terbaru dari Departemen Dalam Negeri AS ini juga menuai kritik dari LSM Lingkungan.
ADVERTISEMENT
"Berkali-kali, rakyat Amerika telah menunjukkan bahwa tidak ada pembenaran ekonomi atau industri untuk memperluas pengeboran di seluruh tanah Alaska. Penjualan sewa sebelumnya di Arctic Refuge gagal menarik penawar serius, dengan perusahaan minyak besar meninggalkannya. Lembaga keuangan terkemuka telah menolak untuk mendanai pengeboran di Arktik, dan analisis ekonomi terus menunjukkan bahwa proyek-proyek ini tidak layak secara komersial," kata Alaska Wilderness League dalam sebuah pernyataan.
“Namun, meski ada sinyal pasar yang jelas dan penolakan publik yang sangat besar, pemerintah masih terus melanjutkan agenda bahan bakar fosil yang gagal, dengan mengorbankan tanah, perairan, dan masyarakat Alaska.”