AS Uji Obat Ebola untuk Pengobatan Pasien Virus Corona

2 Februari 2020 19:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona. Foto: AP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona. Foto: AP
ADVERTISEMENT
Menginjak bulan kedua sejak pertama kali merebak di kota Wuhan, China, virus corona jenis baru (novel) telah merenggut 304 nyawa dan menginfeksi 14.551 pasien di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan status keadaan darurat kesehatan global untuk wabah novel coronavirus.
ADVERTISEMENT
Berbagai negara mencoba sejumlah pengobatan dan terapi untuk pasien yang positif terinfeksi. Beijing, misalnya, menggunakan dua obat anti-HIV yakni Lopinavir dan Ritonavir. Kedua obat masuk dalam golongan antiretroviral yang menghambat kemampuan HIV untuk berikatan dengan sel yang sehat, serta mencegah virus bereproduksi.
Berbeda dengan Beijing, AS dilaporkan memakai obat remdesivir untuk mengobati pasien virus corona novel. Remdesivir sedang diuji Gilead selaku produsen obat untuk memerangi penyakit ebola.
Berdasarkan keterangan resmi di laman situs Gilead, remdesivir belum mendapatkan lisensi atau terbukti aman dan efektif untuk penggunaan apapun. Meski begitu, dengan dukungan regulator lokal di AS dan persetujuan pasien, Gilead diizinkan untuk menyediakan remdesivir bagi sejumlah kecil pasien yang terjangkit virus 2019-nCoV sebagai pengobatan darurat.
ADVERTISEMENT
Salah satu pasien merupakan pria berusia 35 tahun yang menderita pneumonia dan positif terjangkit virus corona novel. Pasien dirawat di bangsal isolasi Providence Regional Medical Center Everett di Washington. Usai diberikan remdesivir, kondisinya membaik dalam satu hari dan tidak ada efek samping obat yang terlihat.
“Setahu saya, ini adalah kasus pertama yang dilaporkan di dunia di mana obat ini (remdesivir) telah digunakan dalam aplikasi manusia terhadap virus ini (novel coronavirus),” ujar Jay Cook, Kepala Petugas Medis Providence Regional Medical Center Everett, sebagaimana dikutip South China Morning Post.
Infografik Waspada Virus Corona. Foto: Andri Firdiansyah Arifin/kumparan
“Pada saat itu, kami merasakan manfaat menggunakan obat ini melebihi potensi risiko apapun yang mungkin ada dan kami memperoleh persetujuan (pasien),” lanjutnya.
Dokter yang merawat pasien melaporkan penggunaan obat remdesivir dalam jurnal New England Journal of Medicine. Ia menuliskan, temuan ini harus mendorong uji klinis acak terkontrol untuk menentukan keamanan dan kemanjuran remdesivir untuk mengobati infeksi 2019-nCoV.
ADVERTISEMENT
Profesor di Vanderbilt University School of Medicine, Mark Denison, mengatakan sejumlah uji pra-klinik terhadap remdesivir dan senyawa bernama NHC mengindikasikan keduanya secara luas mampu melawan setiap jenis coronavirus baik pada manusia, kelelawar, maupun hewan lainnya.
Denison dan rekan-rekan penelitiannya menggunakan hibah dari National Institutes of Health untuk mencari zat yang mampu menyerang berbagai macam virus corona. Selama lima tahun penelitian, mereka menemukan remdesivir dan NHC kemungkinan dapat menghambat virus. Kedua zat tersebut mengganggu kemampuan virus untuk menyalin material genetik dengan benar.
Temuan itu disebut Denison sangat menjanjikan untuk terapi berbagai infeksi yang disebabkan beberapa virus seperti SARS, virus hepatitis tikus, dan beberapa virus corona dari kelelawar. Denison memprediksi remdesivir dan NHC bakal sama efektifnya untuk memerangi virus 2019-nCoV, baik untuk mencegah maupun mengobati infeksi.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, kedua obat efektif bekerja secara sendiri-sendiri. Ia berpendapat terapi kombinasi kedua obat tersebut patut dicoba.