Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Asal-usul Black Death Wabah Paling Mematikan di Dunia Terungkap
18 Juni 2022 11:01 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Sebuah riset terbaru mengungkap asal-usul wabah Bubonic, atau yang sering disebut Black Death (Maut Hitam), salah satu pandemi paling mematikan di dunia. Temuan ini meredakan perdebatan para ilmuwan yang selama ini sulit menemukan titik asal mula Black Death.
ADVERTISEMENT
Penelitian terbaru yang menggunakan DNA korban Black Death di sebuah pemakaman kuno itu menyimpulkan bahwa wilayah pegunungan Tian Shan di Kyrgyzstan adalah lokasi pertama wabah mematikan ini dimulai, yakni sekitar tahun 1330-an. Wilayah ini dulunya adalah bagian dari Jalur Sutra, rute perdagangan penting yang menghubungkan Asia dan Eropa, yang mana ilmuwan sudah tahu menjadi rute transmisi Bubonic kala itu.
Ilmuwan dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology, Jerman, dan beberapa kampus lain di Jerman dan Skotlandia menggunakan sampel gigi dan tulang dari mayat penduduk dari sebuah pemakaman tua wilayah Lake Issyk Kul, Kyrgyzstan. Tempat ini dulu mengalami peningkatan kematian signifikan sekitar 1338 dan 1339, beberapa tahun sebelum Black Death menyerbu dataran Eropa pada 1346.
ADVERTISEMENT
Maria Spyrou dan kolega mencari jejak DNA bakteri Bubonic, Yersinia pestis, penyebab wabah Black Death, dari sampel tersebut.
Mereka menganalisis total tujuh kerangka manusia dari pemakaman dan secara spesifik meneliti sampel gigi, karena memiliki banyak pembuluh darah yang dapat memperlihatkan jejak penyakit Bubonic. Dari sampel tersebut, tim peneliti berhasil menemukan jejak Yersinia pestis.
"Ada sejumlah hipotesis berbeda yang menunjukkan bahwa pandemi mungkin berasal dari Asia Timur, khususnya China, di Asia Tengah, di India, atau bahkan dekat dengan tempat wabah pertama didokumentasikan pada 1346 di wilayah Laut Hitam dan Laut Kaspia. ," kata arkeogenetik dan penulis utama studi dari Universitas Tübingen di Jerman, Maria Spyrou, seperti dikutip Reuters.
Sementara Dr Michael Knapp dari Universitas Otago di Selandia Baru, yang tidak terlibat dalam studi tersebut, memuji temuan ini 'sangat berharga'. Meski begitu, ada catatan dari Knapp yang bisa membuat riset itu semakin bernilai.
ADVERTISEMENT
"Data dari lebih banyak individu, waktu dan wilayah... akan benar-benar membantu menjelaskan data yang disajikan di sini," katanya.
Black Death adalah pandemi paling mematikan dalam sejarah manusia yang berhasil menyapu 50 persen populasi di Eropa barat dan Timur Tengah. Sebanyak 10 juta nyawa melayang di Eropa pada abad ke-14 akibat bakteri Yersinia pestis ini.
Total korban meninggal di seluruh dunia akibat wabah ini diperkirakan mencapai 50 juta jiwa. Belum lagi nyawa yang melayang sekitar wilayah Asia tengah yang tidak tercatat dalam sejarah.
“Sudah di abad pertengahan kita melihat mobilitas tinggi dan penyebaran cepat patogen manusia,” ujar Johannes Krause, arkeogenetik dan direktur Institut Max Planck untuk Science of Human History di Jerman, sekaligus salah satu penulis studi. "Kita tidak boleh meremehkan potensi patogen untuk menyebar ke seluruh dunia dari lokasi yang agak terpencil, kemungkinan karena peristiwa zoonosis"
ADVERTISEMENT