Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Atlet Basket Remaja Ini Meninggal Akibat Komplikasi COVID-19 Menyerang Otaknya
2 Oktober 2020 9:47 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Seperti yang terjadi pada remaja berusia 19 tahun yang merupakan seorang atlet basket asal Carolina Utara, Amerika Serikat. Ia adalah Chad Dorill, yang meninggal akibat terinfeksi COVID-19 dan mengalami komplikasi yang cukup langka.
Awalnya Chad merasa sedang tidak enak badan. Ibu Chad memutuskan untuk melakukan tes COVID-19 dan mengkarantinanya. Setelah hasilnya keluar, terbukti bahwa Chad terinfeksi COVID-19.
Ia pun harus melakukan karantina mandiri selama 10 hari di rumahnya, di Wallburg. Selama itu, ia terpaksa menjalani proses belajar online di Appalachian State University, di Boone.
Namun, setelah selesai karantina dan kembali beraktivitas di kampusnya, ia justru mengalami kondisi yang lebih parah. Hal tersebut berkaitan dengan masalah neurologis atau sistem saraf.
"Ketika dia (Chad) mencoba turun dari kasur, kakinya tidak berfungsi. Saya dan saudara laki-laki saya kemudian membawanya ke ruang gawat darurat," kata ibunya, Susan Dorill.
ADVERTISEMENT
Setelah melihat keadaan Chad, dokter mengatakan pada keluarga bahwa virus ini telah menyerang dan merusak bagian otaknya. Ini adalah salah satu komplikasi dari penyakit COVID-19 yang sangat langka.
Sang ibu kemudian menjelaskan komplikasi penyakit yang dialami putranya. Hal itu membuat Chad selalu merasa kelelahan selama dua minggu. Namun, ia tak pernah akan kehilangan anaknya karena penyakit ini.
Chad adalah seorang atlet basket yang dikenal selalu sehat. ia bahkan terkenal sebagai pemain basket yang kuat di lapangan.
"Chad merasa sangat kelelahan selama dua minggu. Dan ternyata, di saat yang sama ada virus yang diam-diam menyerang tubuhnya dengan cara yang belum pernah mereka lihat," jelas ibunya.
"Para dokter mengatakan bahwa Chad adalah pasien paling langka, 1:10.000.000 kasus. Itu bisa terjadi pada siapa pun, termasuk anak laki-laki ini yang baru berusia 19, sehat, tidak merokok, vape bahkan narkoba," cerita Susan.
ADVERTISEMENT