Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Australia Sukses Pangkas Penggunaan Plastik hingga 80% dalam 3 Bulan
6 Desember 2018 16:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini publik Indonesia dihebohkan oleh berita ditemukannya 5,9 sampah plastik di dalam perut seekor paus yang mati terdampar di Wakatobi. Ketika di Indonesia sedang ramai berita soal banyak dan bahayanya sampah plastik di lautan, di Australia justru ada kabar baik terkait hal ini.
ADVERTISEMENT
Asosiasi Ritel Nasional Australia baru-baru ini merilis kabar bahwa negara mereka telah berhasil memangkas penggunaan plastik hingga sebanyak 80 persen hanya dalam waktu tiga bulan. Kesuksesan memangkas kebiasaan penggunaan plastik di Negeri Kanguru ini tentunya adalah sebuah kabar gembira bagi kehidupan paus, dugong, kura-kura, dan makhluk laut lainnya.
Sebab, pencemaran plastik yang bermuara hingga ke lautan kerap kali mencelakai hewan-hewan yang hidup di sana.
Yang menarik dari kabar penurunan penggunaan plastik ini, sebagaimana dikutip dari IFL Science, adalah ini bukanlah hasil dari kebijakan pemerintah, melainkan impak dari keputusan beberapa pelaku bisnis di sana.
Sejak Juli 2018, dua jaringan supermarket terbesar di Australia, yakni Coles dan Woolworths (semacam Alfamart dan Indomaret-nya Australia), memutuskan untuk menerapkan larangan penjualan dan pemakaian kantong plastik dan menggantikannya dengan menjual tas kantong yang bisa didaur ulang seharga 15 sen. Penerapan ini berlaku di seluruh gerai mereka secara nasional sejak tiga bulan lalu.
ADVERTISEMENT
Secara total, penerapan ini dinilai telah berhasil mencegah 1,5 miliar kantong plastik mencemari lingkungan di Australia.
"Para perusahaan retail itu berhak mendapatkan banyak pujian karena telah memimpin dalam salah satu perubahan paling signifikan terhadap perilaku konsumen secara turun-temurun dan kami juga menghargai para pembeli karena merespons baik inisiatif lingkungan ini," kata David Stout, Manajer Kebijakan Industri di Asosiasi Ritel Nasional Australia, dalam sebuah pernyataan.
"Keputusan dari perusahaan retail tertentu untuk tidak lagi menawarkan kantong plastik sekali pakai gratis tentu saja menerima tentangan dari beberapa pembeli pada awalnya, tetapi perusahaan retail ini layak mendapatkan kredit karena secara dramatis telah mengurangi jumlah kantong plastik yang beredar," tambah Stout.
Meskipun ada beberapa negara di dunia sudah mulai menerapkan larangan penggunaan kantong plastik, sampai saat ini masih ada jalan panjang ketika kita berbicara tentang polusi plastik secara umum. Terutama sampah plastik yang dihasilkan di negara-negara dari Asia Timur dan Asia Tenggara seperti Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut hasil riset tahun 2010, negara-negara di Asia Timur dan Asia Tenggara seperti China, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Thailand merupakan negara produsen sampah plastik terbanyak yang berakhir di lautan kita.
China adalah penghasil sampah plastik terbanyak di dunia. Negara komunis itu bertanggung jawab atas 8,8 juta metrik ton sampah plastik yang salah urus, dan 3,53 juta metrik ton di antaranya berakhir di perairan dunia setiap tahun. Rekor China diikuti oleh Indonesia, yang memproduksi 3,2 juta metrik ton sampah plastik yang salah urus setiap tahun, dan sekitar 1,29 juta metrik ton di antaranya berakhir di perairan dunia.