Badai Geomagnetik Hantam Bumi Hari Ini, Apa Dampaknya?

25 Maret 2024 12:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi badai matahari Foto: NASA/commons wikimedia
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi badai matahari Foto: NASA/commons wikimedia
ADVERTISEMENT
Badai geomagnetik yang disebabkan oleh aktivitas matahari dilaporkan menghantam Bumi, Senin (25/3) pagi dini hari, dan menyebabkan gangguan besar pada medan magnet.
ADVERTISEMENT
Badai geomagnet merupakan salah satu fenomena dampak dari cuaca antariksa. Cuaca antariksa sendiri merupakan perubahan yang terjadi di lingkungan antariksa Bumi, terutama di lapisan magnetosfer dan ionosfer yang sangat erat kaitannya dengan aktivitas Matahari seperti flare, coronal holes, coronal massa ejections (CME) dan prominences.
Badai geomagnetik kali ini disebabkan oleh plasma Matahari yang didominasi oleh proton dan elektron serta medan magnet Matahari.
Menurut Australian Space Weather Forecasting Centre, sebagian besar CME terlempar ke luar angkasa hingga mencapai jarak yang tidak jauh dari Bumi. Namun, ketika CME mencapai Bumi, itu dapat memengaruhi komunikasi radio frekuensi tinggi dan menyebabkan aurora yang dikenal sebagai cahaya selatan dan utara. Badai geomagnetik diklasifikasikan dari G1 (skala kecil) hingga G5 (skala ekstrem).
ADVERTISEMENT
National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat, mengkonfirmasi bahwa badai geomagnetik tingkat G4 sudah mencapai Bumi pada Senin pagi AEDT (Minggu, 24 Maret 2024, pukul 20.42 waktu setempat, atau Senin, 25 Maret, 2024, pukul 03.42 WIB) dan tingkat G3 masih mungkin terjadi hingga malam nanti.
Badai geomagnetik G4 (severe) teramati. Foto: NOAA
Beberapa jam sebelumnya, operator infrastruktur telah diberitahu untuk mengambil tindakan guna mengurangi dampak badai geomagnetik ini pada teknologi di Bumi, seperti masalah kontrol tegangan yang meningkat, peningkatan anomali pada operasi satelit, serta gangguan GPS.
NOAA juga menyebut, akibat badai geomagnetik yang terjadi cukup kuat, aurora borealis mungkin akan terlihat di sebagian besar wilayah utara AS hingga selatan Alabama dan California utara. Aurora juga diprediksi akan terlihat di Australia. Namun, karena cuaca cukup berawan, Biro Meteorologi AS menyebut kenampakannya akan sedikit terganggu.
ADVERTISEMENT

BRIN soal Dampak Geomagnetik di Indonesia

Seperti disebutkan di atas, badai geomagnetik dapat menyebabkan gangguan operasional distribusi listrik. Thomas Djamaluddin, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN, menjelaskan badai matahari atau badai geomagnetik pada dasarnya tidak selalu mengarah ke Bumi. Namun, bila arahnya ke Bumi, ada pelindung berupa magnetosfer (lapisan magnet) dan atmosfer (lapisan udara).
Magnetosfer berfungsi untuk melindungi Bumi dari partikel bermuatan listrik dengan membelokkannya menjauhi Bumi. Sementara atmosfer, menyerap radiasi ultraviolet dan menangkap partikel bermuatan yang masuk di sekitar Kutub dan menghasilkan aurora.
Ilustrasi satelit di Orbit. Foto: Shutterstock/rommma
“Partikel (dari badai geomagnetik) yang lebih tinggi memang bisa mengganggu satelit dan internet via satelit, tapi umumnya satelit juga dilengkapi pelindung. Jadi biasanya juga aman. Jika internet via satelit mengalami gangguan akibat badai Matahari, maka ada alternatif jaringan non-satelit. Jadi jangan khawatir soal isu kiamat internet,” papar Thomas.
ADVERTISEMENT
“Partikel energi tinggi juga bisa mengganggu jaringan listrik di negara dekat Kutub, bukan di sekitar ekuator seperti Indonesia. Tapi, itu pun umumnya sudah diantisipasi.”
Artinya, dampak badai geomagnetik akan sangat dirasakan di wilayah lintang tinggi (belahan utara dan selatan Bumi) yang sebagai akibatnya terjadi cahaya aurora di Kutub Bumi. Jika badai berlangsung dalam waktu lama, ini akan berdampak pada gangguan listrik dan kerusakan trafo. Namun di Indonesia, dampak badai geomagnetik akan kecil kemungkinan dirasakan.