Bagaimana Cara Orang Zaman Dulu Mengobati Sakit Kepala? Dibor!

21 Juni 2022 11:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebuah tengkorak di koleksi Museum Saint Martin of Corleans, Italia. Foto: Stefano Chiacchiarini '74/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah tengkorak di koleksi Museum Saint Martin of Corleans, Italia. Foto: Stefano Chiacchiarini '74/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara orang zaman dulu mengobati sakit kepala? Ada beragam sebenarnya, mulai dari paling ringan obat-obatan, dan paling ekstrem kepala dilubangi—atau biasa disebut trepanation. Tengkorak pasien trepanation akan dilubangi menggunakan bor, atau jika di zaman dulu, dihantam benda tajam.
ADVERTISEMENT
Percaya atau tidak trepanation adalah salah satu prosedur medis tertua yang dilakukan umat manusia. Beberapa sumber mencatat praktik ini muncul 5.000 tahun yang lalu. Sementara itu Richard Restak, ahli saraf dan penulis terkenal menulis pada bukunya “Mysteries of the Mind” bahwa beberapa tengkorak yang ditemukan sebuah situs arkeologi di Prancis berusia 6500 SM (8500 tahun yang lalu) punya jejak praktik trepanation.
"Ini telah dilakukan selama sekitar 5.000 tahun, menjadikannya salah satu prosedur medis tertua yang diketahui umat manusia," Raphael Davis, seorang ahli bedah saraf dan co-director dari Neurosciences Institute di Stony Brook University, kepada LiveScience.
Trepanation pun adalah praktik medis yang juga cukup luas digunakan di berbagai peradaban di seluruh dunia dari waktu yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Sebuah artikel dari jurnal Surgical Neurology International memuat bahwa dari zaman neolitikum saja (12.000 tahun hingga 4.000 tahun yang lalu), sekitar 5 hingga 10 persen dari keseluruhan tengkorak yang pernah ditemukan adalah tengkorak yang sudah mendapatkan jejak trepanation.
Mari kita bertanya, apa perlunya manusia zaman dulu—yang bahkan mungkin belum mengenal tulisan—mengebor kepala seseorang di koloni mereka?
Ada beberapa alasan. Dilansir LiveScience, setidaknya trepanation zaman dulu dilakukan karena dua hal: pengobatan dan ritual.
Praktik trepanation atau melubangi kepala pada jaman dulu. Foto: Wellcome Library
Masyarakat Peru kuno misalnya, mereka mempraktikkan trephanation untuk mengobati kepala rekan-rekan mereka yang terluka setelah perang. John Verano, antropologis dari Tulane University dan penulis buku “Holes in the Head: The Art and Archaeology of Trepanation in Ancient Peru” mengatakan saat itu senjata yang sering digunakan adalah ketapel dan stik yang sangat mungkin menyebabkan fraktur di tengkorak, dibanding panah dan pedang.
ADVERTISEMENT
“(Pengobatan) ini mungkin dimulai dari hal yang sangat sederhana—membersihkan kulit kepala setelah pukulan di kepala dan melakukan beberapa hal sederhana seperti mengambil potongan tulang yang patah, yang akan mati,” jelas Verano kepada National Geographic.
“Mereka belajar sejak awal bahwa ini adalah pengobatan yang bisa menyelamatkan nyawa. Kami memiliki banyak bukti bahwa trepanation tidak dilakukan untuk meningkatkan kesadaran atau sebagai aktivitas ritual murni tetapi terkait dengan pasien dengan cedera kepala parah, (terutama) patah tulang tengkorak.”
Masyarakat Peru Kuno mulai melakukan praktik trepanation 2.000 tahun yang lalu, dan mencapai masa-masa terbaiknya sekitar abad ke-14 dan abad ke-16 masehi. Tingkat kesembuhan yang dilakukan dokter Peru kuno ini cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dari dokter di Eropa pada masa yang sama dan berpraktik di rumah sakit paling modern sekalipun.
ADVERTISEMENT
Banyak dari 800 tengkorak yang diteliti oleh Verano menunjukkan penyembuhan selama hidupnya. Sementara di Eropa, banyak pasien trepanation meninggal karena infeksi.
Praktik trepanation atau melubangi kepala pada abad pertengahan di Eropa. Foto: Netherlands Institute for Art History
Namun itu baru kisah suksesnya saja, yang gagal juga ada. Seorang wanita Eropa abad pertengahan yang sedang hamil misalnya. Dari tengkorak berusia 1.300 tahun ini peneliti tahu bahwa ia meninggal tidak lama setelah mendapatkan terapi trepanation, dalam kondisi tengah hamil.
"Hipotesis kami adalah bahwa wanita hamil mengalami preeklamsia atau eklampsia (dua kondisi kehamilan yang melibatkan tekanan darah tinggi) dan dia dirawat dengan trepanation frontal untuk mengurangi tekanan intrakranial," tulis peneliti di makalah di Journal World Neurosurgery tahun 2018.
Sementara itu ada argumen bahwa trepanation dilakukan karena ritual atau spiritualitas, namun sedikit sekali sumber yang memuat argumen satu ini.
ADVERTISEMENT

Trepanation di kedokteran modern

Praktik pengeboran kepala masih ada di era sekarang, yang mana tentunya dilaksanakan dengan cara yang tidak seekstrem yang dilakukan Peru kuno. Pun hanya sedikit kasus klinis yang mengharuskan dokter untuk melubangi tengkorak.
Namanya pun berganti, bukan trepanation tapi menjadi craniotomy. Craniotomy adalah penanganan bedah untuk misal pasien penderita lesi otak, atau tumor otak. Bagian tengkorak yang dilubangi pun langsung ditutup setelah operasi selesai, tidak seperti praktik kuno yang meninggalkan jejak sampai mati.
Namun ada beberapa kasus di mana seseorang ingin melubangi kepalanya agar “otak bekerja dengan bebas”. Misal pada kasus Amanda Fielding, mengatakan ia mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi setelah otaknya di bor. Ada juga Joe Mellen, orang Inggris yang melubangi kepalanya sendiri untuk "high secara permanen”.
ADVERTISEMENT