Ilustrasi vaksin corona dari Sinovac

Bagaimana Cara Vaksin Inactivated seperti Sinovac Bikin Orang Kebal COVID-19?

13 Januari 2021 10:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keberadaan vaksin corona tengah ditunggu-tunggu di Indonesia. Ia diharapkan bisa menjadi strategi tambahan bagi kita untuk keluar dari pandemi COVID-19 yang telah melanda hampir setahun terakhir.
Pada dasarnya, setiap vaksin untuk semua penyakit punya cara kerja yang sama. Mereka mengajarkan dan melatih kekebalan tubuh kita untuk siap menciptakan antibodi ketika virus atau bakteri penyebab penyakit tiba-tiba masuk ke tubuh kita.
Mudahnya, bayangkan cara kerja vaksin seperti aktivitas seorang siswa yang sedang belajar. Nah, saat guru atau dosen kamu tiba-tiba menggelar ujian secara mendadak, kamu yang telah belajar tentu akan lebih siap dibanding mereka yang tidak belajar.
Kekebalan tubuh juga demikian, mereka mesti belajar terlebih dahulu untuk siap menerima ‘ujian’ berupa serangan virus atau bakteri yang datang tiba-tiba.
Meski cara kerja semua vaksin pada dasarnya sama, setiap vaksin mungkin punya metode berbeda untuk mengajarkan kekebalan tubuh agar siap melindungi orang dari penyakit. Salah satu metode yang paling umum adalah inactivated vaccine.

Apa itu inactivated vaccine dan bagaimana cara kerjanya?

Seperti namanya, inactivated vaccine adalah vaksin yang dibuat dengan virus atau bakteri yang sudah nonaktif. Dalam hal vaksin corona, vaksin dengan metode ini berarti mengandung virus corona di dalamnya yang telah dimatikan sehingga tak dapat menyebabkan penyakit COVID-19.
Produksi vaksin dengan virus nonaktif dimulai dengan cara menumbuhkan virus dalam medium kultur agar jumlah sumber dayanya tetap terjaga. Kemudian, ahli akan menonaktifkan virus itu dengan panas dan/atau bahan kimia.
Vaksin yang sudah dinonaktifkan tidak hidup dan tidak dapat mereplikasi dirinya lagi. Vaksin yang memakai virus nonaktif tidak dapat menyebabkan penyakit, bahkan pada orang yang mengalami gangguan imun.
Meski sudah tidak aktif, vaksin dengan virus nonaktif tetap mengandung virus yang utuh. Virus itu yang nanti akan dipelajari oleh sistem kekebalan tubuh kita guna mengenal mengantisipasi infeksi virus aktif yang masuk ke tubuh kita di masa depan.
Partikel virus SARS-CoV-2. Foto: NIAID Integrated Research Facility (IRF) via REUTERS
Umumnya, orang yang diberi vaksin dari virus nonaktif membutuhkan suntikan lebih dari sekali. Menurut penjelasan lembaga kesehatan CDC (Centers for Disease Control and Prevention), dosis pertama tidak akan langsung menghasilkan kekebalan pelindung, melainkan 'mengatur' sistem kekebalan terlebih dahulu. Respons imun protektif berkembang setelah suntikan kedua atau ketiga.
Kekuatan antibodi terhadap vaksin dari virus nonaktif akan berkurang seiring waktu. Akibatnya, orang mungkin memerlukan dosis tambahan berkala untuk meningkatkan antibodi-nya lagi.
Inactivated vaccine sebenarnya adalah metode yang sudah lama dikenal manusia. Para peneliti telah membuat vaksin dengan metode ini sejak akhir abad ke-19. Bisa dibilang, ini merupakan metode pembuatan vaksin yang telah terbukti keamanannya.
Vaksin dengan virus nonaktif yang telah dibuat di antaranya adalah vaksin untuk influenza, rabies, dan hepatitis.

Contoh inactivated vaccine corona: CoronaVac buatan Sinovac

Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), saat ini ada tiga calon vaksin corona yang memakai metode inactivated dan tengah menjalani uji coba tahap ketiga. Ketiganya adalah vaksin CoronaVac buatan Sinovac, dan dua vaksin lain yang dikembangkan Sinopharm.
Kabar baiknya, vaksin corona Sinovac sendiri sudah dipastikan akan dipakai di Indonesia.
Nah, berdasarkan penjelasan inactivated vaccine yang sudah dijabarkan di atas, bagaimana cara Sinovac bikin vaksin tersebut? Lalu, bagaimana bisa ia menciptakan kekebalan tubuh dari COVID-19?
Untuk membuat CoronaVac, para peneliti Sinovac memulai dengan mengambil sampel virus corona dari pasien di China, Inggris, Italia, Spanyol, dan Swiss. Mereka kemudian menentukan satu sampel dari China menjadi dasar pembuatan vaksin.
Para peneliti lalu menumbuhkan virus corona di sel ginjal monyet sebagai medium kulturnya. Kemudian, mereka memberikan virus corona dengan bahan kimia yang disebut beta-propiolakton. Senyawa kimia itulah yang akan mengikat gen virus dan menonaktifkan corona.
Partikel virus SARS-CoV-2. Foto: NIAID Integrated Research Facility (IRF) via REUTERS
Virus corona yang nonaktif tidak bisa lagi bereplikasi. Namun, protein mereka, termasuk spike (sejenis paku yang ada ditubuh virus) yang jadi medium virus masuk ke sel manusia, tetap utuh.
Para peneliti kemudian mencampurkan virus yang sudah tidak aktif tadi dengan senyawa berbasis aluminium yang disebut adjuvan. Senyawa ini yang berguna untuk merangsang sistem kekebalan tubuh untuk meningkatkan responsnya terhadap vaksin.
Karena virus corona di CoronaVac sudah mati, mereka bisa disuntikkan ke tubuh kita tanpa menyebabkan COVID-19. Begitu masuk ke dalam tubuh, virus yang tidak aktif bakal ditelan oleh sel kekebalan tubuh yang disebut sel pembawa antigen, seperti sel B dan sel T.
Antigen merupakan kepanjangan dari antibody generator, yang berarti protein pemicu antibodi. Adapun antibodi merupakan protein pelindung yang bakal merespon protein tak dikenal seperti penyakit atau racun.
Antibodi ini memiliki bentuk seperti huruf Y, di mana lengannya berfungsi untuk mengikat protein yang tak dikenal tubuh manusia. Dalam kasus corona, antibodi yang sudah punya lengan yang cocok akan mengikat spike protein virus corona sehingga mencegah virus memasuki sel dan menginfeksi kita.
Jika benda tidak dikenal seperti virus corona masuk ke tubuh, sel pembawa antigen akan menarik sebagian atau seluruh virus ke dalam dirinya. Ia juga akan menampilkan fragmen virus corona di permukaannya, serta memproduksi antibodi yang memiliki bentuk lengan yang cocok dengan protein permukaan virus corona.
Di tubuh orang yang sudah divaksinasi CoronaVac, sistem kekebalan tubuh akan langsung merespons jika virus corona yang hidup masuk. Mereka telah dilatih dan belajar dari virus corona nonaktif yang ada vaksin, sehingga antibodi sudah siap menangkap virus corona hidup jika datang tiba-tiba suatu waktu.
Sejauh ini, belum ada peneliti yang dapat mengatakan berapa lama perlindungan dari virus corona dapat bertahan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, tingkat antibodi bisa menurun selama beberapa bulan.
Meski demikian, sel antigen pembawa antibodi seperti sel B punya sub-tipe bernama memori sel B yang punya kemampuan untuk menyimpan informasi tentang virus corona dalam waktu lama. Ia bisa mengingat informasi virus selama bertahun-tahun atau bahkan berpuluh tahun.

Perjalanan vaksin corona Sinovac

Pada Juni 2020, Sinovac mengumumkan bahwa uji coba fase 1/2 yang mencakup 743 relawan tidak menimbulkan efek samping yang parah dan menghasilkan respons tubuh.
Sinovac menerbitkan rincian uji coba pada pertengahan November 2020 di jurnal medis The Lancet. Hasil studinya menunjukkan, vaksin CoronaVac memicu respons imun yang cepat meski produksi antibodi relatif lebih sedikit daripada infeksi secara alami. Laporan itu juga menunjukkan vaksin corona mereka bisa disimpan dalam suhu 2 sampai 8 derajat Celsius dengan durasi tiga tahun.
Ilustrasi vaksin corona dari Sinovac. Foto: Tingshu Wang/REUTERS
Sinovac menggelar uji coba fase 3 di Brasil, Indonesia, dan Turki pada Juli 2020. Sejauh ini, mereka belum merilis data uji coba tahap akhir. Meski demikian, pada 19 Oktober 2020 otoritas Brasil mengatakan vaksin Sinovac adalah yang paling aman dibanding lima vaksin uji coba fase 3 di negara mereka.
Pada Juli 2020 pula, Reuters melaporkan bahwa pemerintah China memberikan izin bagi vaksin Sinovac untuk penggunaan terbatas.
Pemerintah kota Jiaxing, China, mengumumkan bahwa mereka memberikan vaksin Sinovac kepada orang-orang yang memiliki pekerjaan berisiko tinggi, seperti pekerja medis, inspektur pelabuhan, dan petugas layanan publik pada Oktober 2020.
Pada 9 November 2020, pemerintah Brasil mengaku telah menghentikan uji coba Sinovac negaranya sejak bulan sebelumnya karena kejadian yang merugikan. Keterangan yang diberikan otoritas Brasil tidak begitu jelas, sehingga menimbulkan kecurigaan bahwa penghentian uji coba terkait urusan politik. Dua hari setelahnya, uji coba calon vaksin Sinovac kembali dilanjutkan.
Di bulan yang sama, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan distribusi vaksin Sinovac baru akan diberikan setelah Emergency Use Authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat diterbitkan. Perkiraannya, izin tersebut yang diberikan pekan ketiga Januari 2021, ketika semua data uji klinis telah terpenuhi dengan hasil baik.
Data uji klinis terakhir vaksin Sinovac di Turki dan Brasil kemudian keluar. Pada 24 Desember 2020, peneliti Turki menyatakan efektivitas CoronaVac untuk cegah COVID-19 mencapai 91,25 persen berdasarkan data 1.322 orang dari 7.000 relawan yang berarti ini masih data interim (sementara). Sementara hasil uji coba tahap 3 vaksin Sinovac di Sao Paolo, Brasil, yang melibatkan 13 ribu peserta diklaim punya tingkat efektivitas hingga 78 persen pada 7 Januari 2021.
Pada 8 Januari 2021, BPOM telah menerima data uji klinis III vaksin Sinovac di Bandung. Hal ini menjadi dokumen terakhir yang dibutuhkan untuk penerbitan EUA. Ketua BPOM Penny Lukito pun memastikan izin tersebut akan keluar sebelum 13 Januari, tanggal penyuntikan Presiden Jokowi sebagai orang yang pertama divaksin Sinovac di Indonesia.
"Pemberian izin oleh otoritas obat diberikan dalam bentuk EUA. Obat atau vaksin harus didukung bukti keamanan khasiat dan mutu yang memadai. Setelah pemberian EUA, juga tetap dilakukan pemantauan ketat dalam jangka yang lebih panjang. BPOM memberi EUA mengacu pada pedoman WHO, juga merujuk US FDA," jelas Penny.
"Sertifikasi halal atau fatwa halal kedaruratan akan diterbitkan MUI. Kami berkoordinasi saat bersama, kami lakukan audit, ada auditor dari MUI untuk aspek halal. Kami juga berikan data mutu vaksin COVID-19 yang menunjukkan tidak ada bahan-bahan yang sifatnya yang mengandung tidak halal," tambahnya.
Izin penggunaan darurat dari BPOM bersamaan dengan dikeluarkannya fatwa MUI soal kehalalan dan kesucian vaksin Sinovac. Fatwa MUI ini tertuang dalam Nomor 2 tahun 2021.
"Vaksin Sinovac (asal) China dan Bio Farma boleh digunakan untuk umat Islam sepanjang terjamin keamanannya menurut ahli yang kredibel dan kompeten," ujar Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam saat konferensi pers pengumuman UEA vaksin Sinovac dari BPOM.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten