Bagaimana Hipospadia Terjadi? Kelainan Kelamin pada Aprilia Manganang

15 Maret 2021 15:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aprilia Manganang setelah berstatus laki-laki. Foto: Instagram/@manganang92
zoom-in-whitePerbesar
Aprilia Manganang setelah berstatus laki-laki. Foto: Instagram/@manganang92
ADVERTISEMENT
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Andika Perkasa, mengatakan bahwa salah satu prajuritnya, Sersan Dua (Serda), Aprilia Manganang, dipastikan mengalami kelainan pada alat kelaminnya sejak lahir. Dalam dunia kesehatan, kelainan pada alat reproduksi Aprilia disebut sebagai hipospadia.
ADVERTISEMENT
Hipospadia yang dialami Aprilia didapat berdasarkan hasil rekam medis urologi RSPAD Gatot Soebroto. “April lahir tumbuh besar diklaim wanita, akte wanita, tapi penampilan tak seperti wanita,'' kata Andika, di Jakarta, Selasa (9/3).
Oleh karena itu, mantan atlet voli Nasional ini resmi mengganti statusnya dari wanita menjadi laki-laki. Hipospadia sendiri merupakan kelainan bawaan saat lahir pada anak laki-laki, yaitu pembukaan uretra yang tidak terletak di ujung penis.
Pada anak laki-laki dengan hipospadia, uretra terbentuk secara tidak normal pada usia kehamilan ke-8 dan 14 pekan. Pembukaan abnormal dapat terbentuk di mana saja dari tepat di bawah ujung penis hingga skrotum.
Aprilia Manganang saat berstatus wanita. Foto: Instagram/Aprilia Manganang
Ada beberapa jenis hipospadia; beberapa bisa berdampak kecil dan beberapa lebih parah. Jenis hipospadia yang dimiliki anak laki-laki tergantung pada lokasi pembukaan uretra, yang terdiri dari:
ADVERTISEMENT

Bagaimana Hipospadia bisa terjadi?

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tidak diketahui secara pasti apa yang menyebabkan seorang bayi baru lahir mengalami ini. Angka kejadian hipospadia pun bervariasi di tiap negara. Kemungkinan kelainan bisa terjadi pada 1/250-300 kelahiran laki-laki. Namun, kemungkinan hipospadia akan meningkat 13 kali lebih sering pada laki-laki yang saudara dan orang tuanya menderita hipospadia.
Adapun hipospadia terjadi ketika perkembangan saluran lubang kemih dan kulit penis terganggu saat janin berada di dalam kandungan. Tanda dan gejala hipospadia adalah pembukaan uretra di lokasi selain ujung penis, lekukan penis ke bawah (chordee), penampilan penis berkerudung karena hanya bagian atas penis yang tertutup kulup, dan penyemprotan tidak normal saat buang air kecil.
ilustrasi penis Foto: Shutterstock
Menurut laporan CDC yang dipublikasikan di jurnal National Birth Defects Prevention Study serta situs Children’s Hospital, ada beberapa faktor risiko penyebab kondisi Hipospadia, di antaranya:
ADVERTISEMENT
Biasanya, hipospadia didiagnosis segera setelah lahir saat masih di rumah sakit. Pada kasus Aprilia bisa dibilang sangat jarang terjadi karena baru teridentifikasi setelah si penderita berusia 28 tahun.
Perubahan Aprilia Manganang. Foto: Instagram/Aprilia Manganang
Lalu bagaimana dengan nasib Aprilia? Tentu dia baik-baik saja. Aprilia hanya perlu melakukan pembedahan untuk mengoreksi tekukan pada penis, membentuk saluran kemih dan menempatkan lubang penis ke ujung jika memungkinkan. Aprilia telah menjalani operasi tersebut dan menyempurnakan kelamin laki-lakinya.
ADVERTISEMENT
Pembedahan adalah satu-satunya pilihan terapi dan direkomendasikan untuk bentuk hipospadia sedang dan berat, serta hipospadia ringan dengan derajat tekukan pada penis yang berat dan lubang penis yang sempit.
Bila tidak dilakukan operasi rekonstruksi, hipospadia dapat menimbulkan masalah berkemih pada anak, serta dapat mengganggu aktivitas seksualnya saat ia tumbuh dewasa. Perlu diingat agar jangan menyunat anak sebelum operasi rekonstruksi dilakukan, karena dokter Urologi akan memerlukan cangkok dari kulit penis, untuk membuat saluran kemih baru.
Bagaimanapun, Aprilia tidak sendiri. Di Indonesia, sepanjang Juni-September 2018, ada sedikitnya 591 kasus hipospadia. Jakarta menjadi kota dengan penanganan kasus hipospadia terbanyak. Ada 257 kasus yang ditangani di kota tersebut. Diikuti oleh Denpasar dengan 83 kasus.