Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Dua ekor anak harimau putih di Pakistan baru-baru ini dilaporkan tewas karena COVID-19. Menurut laporan Reuters, keduanya mati pada 30 Januari 2021, empat hari setelah mendapat perawatan karena sakit.
ADVERTISEMENT
Petugas kebun binatang melaporkan, awalnya mereka mengira kedua hewan tersebut mati karena terpapar virus feline panleukopenia yang menyerang sistem kekebalan tubuh kucing.
Namun, dari otopsi, para petugas menemukan paru-paru kedua harimau itu rusak berat. Pihak kebun binatang pun menduga keduanya mati akibat COVID-19, meski belum melakukan tes PCR. Menurut laporan ABC, kebun binatang mengkonfirmasi enam petugasnya positif COVID-19 setelah kematian dua harimau tersebut.
Kabar kematian dua harimau yang mati akibat COVID-19 pun menggarisbawahi paparan virus corona pada hewan. Sejak awal pandemi, sejumlah hewan yang dekat dengan manusia memang diketahui berisiko terpapar virus corona.
Lantas, sudah berapa banyak yang kita tahu soal paparan virus corona di hewan? kumparanSAINS telah merangkum segala hal yang perlu kamu tahu soal masalah ini. Kamu bisa melihatnya lewat daftar berikut.
ADVERTISEMENT
Hewan apa saja yang bisa terpapar Covid?
Virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 adalah virus yang diduga berasal dari kelelawar. Menurut laporan investigasi WHO baru-baru ini, virus tersebut kemungkinan besar berpindah terlebih dahulu ke hewan perantara sebelum menginfeksi manusia. Sejauh ini, para peneliti menduga hewan perantara tersebut adalah trenggiling.
Meski demikian, sejumlah hewan selain kelelawar dan trenggiling dilaporkan terkena virus corona setelah patogen ini jadi pandemi. Pertama kali kasus virus corona menginfeksi hewan dilaporkan pada Februari 2020, yang menimpa seekor anjing di Hong Kong.
Sejak saat itu, virus corona dilaporkan menyerang spesies binatang lain, mulai dari yang dekat manusia hingga hewan liar. Sejumlah hewan yang sempat mendapat sorotan media akibat penularan penyakit ini di antaranya adalah seekor kucing di Belgia yang diduga kuat terpapar pemiliknya pada Maret 2020, seekor harimau bernama Nadia di kebun binatang New York, sekelompok gorila yang terpapar corona di kebun binatang San Diego, hingga cerpelai yang positif COVID-19 di ratusan peternakan Denmark, Spanyol, Belanda, dan AS.
ADVERTISEMENT
Menurut penelitian dari sekelompok ilmuwan China pada Mei 2020 sendiri, sejumlah spesies hewan mamalia memang rentan terpapar virus corona. Dalam penelitian yang diposting di situs pra-publikasi BioRxiv itu, para peneliti menyebut ada 44 hewan yang rentan terpapar COVID-19. Hewan-hewan tersebut mulai dari anjing, kucing, tupai, domba, hingga paus.
“SARS-CoV-2 menggunakan angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) sebagai reseptor untuk memasuki sel inang dengan cara yang bergantung pada spesies,” kata para peneliti dalam laporan mereka. “Kami menemukan bahwa ACE2 diekspresikan dalam berbagai spesies, dengan konservasi tinggi terutama pada mamalia.”
Bagaimana bisa hewan terpapar virus corona?
Menurut dua orang peneliti dari Tufts University, Jonathan Runstadler dan Kaitlin Sawatzki, umumnya perpindahan virus dari satu spesies ke spesies lain bukanlah hal yang sering terjadi.
ADVERTISEMENT
“Untuk menginfeksi spesies baru, virus harus dapat mengikat protein pada sel dan memasuki sel sambil menghindari sistem kekebalan yang belum pernah ditemukan virus sebelumnya. Kemudian, saat virus bekerja untuk menghindari antibodi dan penyerang antivirus lainnya, virus harus bereplikasi pada volume yang cukup tinggi untuk ditularkan ke hewan berikutnya,” kata mereka dalam sebuah tulisan di The Conversation.
Runstadler dan Sawatzki mengatakan, perpindahan penyakit dari spesies ke spesies lain lebih mungkin terjadi di antara hewan yang sering berhubungan dekat. Ini menjadi salah satu penjelasan yang paling mungkin bagaimana bisa hewan seperti anjing dan kucing, serta beberapa spesies lain di kebun binatang, tertular SARS-CoV-2.
Adapun untuk penularan virus corona ke hewan liar, meski belum ada penelitian yang mengkaji lebih dalam soal ini, kemungkinan berasal dari limbah buangan yang tidak diolah. Relasi manusia dan hewan domestik atau peternakan yang terpapar corona juga bisa memberikan risiko penularan dari hewan domestik ke hewan liar.
ADVERTISEMENT
“Cara lain COVID-19 dapat menyebar dari manusia ke hewan adalah melalui infeksi tidak langsung, seperti melalui air limbah. COVID-19 dan patogen lainnya dapat dideteksi di aliran limbah, banyak di antaranya akhirnya dibuang, tidak diolah, ke lingkungan tempat satwa liar seperti mamalia laut dapat terpapar,” kata mereka.
Lebih lanjut, Runstadler dan Sawatzki mengatakan beberapa virus cenderung tinggal dalam satu spesies atau dalam spesies yang berkerabat dekat, sementara virus lain mampu melakukan lompatan besar ke spesies yang tidak berkerabat.
Menurut mereka, pertanyaan yang terpenting saat ini adalah tentang berapa banyak dan spesies mana saja yang dapat terinfeksi virus corona? Lalu, spesies apa saja yang mungkin dapat mendukung sirkulasi virus tersebut secara berkelanjutan? Sayangnya, penelitian soal hal tersebut masih minim dilakukan.
ADVERTISEMENT
Bisakah hewan menularkan corona ke manusia?
Virus corona bisa menular di antara spesies hewan yang sama. Setidaknya, dua penelitian yang dipublikasi Cell Host & Microbe (Mei 2020) dan The New England Journal of Medicine (Agustus 2020) menemukan bahwa ferret dan kucing bisa menularkan virus corona ke sesama spesiesnya.
Adapun untuk transmisi dari hewan ke manusia, kasusnya agak berbeda. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS (CDC), beberapa virus corona di hewan seperti yang ada di anjing dan kucing hanya menginfeksi spesies mereka dan tidak manusia.
Namun, sejumlah virus corona di hewan lain terbukti bisa menginfeksi manusia.
Menurut laporan WHO pada Desember 2020, misalnya, cerpelai terbukti telah menginfeksi manusia di peternakan Belanda sejak April 2020. Sedangkan di Denmark, setidaknya ada 750 orang yang terinfeksi virus corona dari cerpelai per Desember 2020. Pada gilirannya, pada akhir tahun lalu pemerintah Denmark telah memusnahkan 17 juta cerpelai karena khawatir.
ADVERTISEMENT
“Hingga saat ini, delapan negara yaitu Denmark, Lithuania, Belanda, Spanyol, Swedia, Italia, dan Yunani serta Amerika Serikat telah melaporkan COVID-19 di peternakan cerpelai kepada Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE),” kata WHO dalam laporan mereka.
Bahaya mutasi dari penularan antar-spesies
Sejauh ini, masih sedikit yang kita ketahui soal spesies hewan yang bisa menularkan virus corona ke manusia. Satu-satunya hewan yang sejauh ini diketahui dapat tertular virus corona dan menularkannya lagi ke manusia adalah cerpelai.
“Berdasarkan keterbatasan informasi yang tersedia hingga saat ini, risiko penularan COVID-19 pada manusia tergolong rendah. Lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami apakah dan bagaimana hewan yang berbeda dapat terpengaruh oleh COVID-19,” kata CDC dalam keterangan mereka.
Bagaimanapun, kabar cerpelai bisa jadi reservoir virus corona adalah kabar yang mengkhawatirkan bagi pakar kesehatan masyarakat. Sebab, virus corona SARS-CoV-2 bisa mengalami mutasi yang konsekuensinya kita tidak ketahui.
ADVERTISEMENT
“Saat virus menginfeksi spesies baru, terkadang virus bermutasi, beradaptasi untuk menginfeksi, menggandakan, dan menularkan secara lebih efisien pada hewan baru. Ini disebut adaptasi inang. Ketika virus melompat ke host baru dan mulai beradaptasi, hasilnya tidak dapat diprediksi,” kata Runstadler dan Sawatzki.
Oleh karena itu, para ahli dapat memahami langkah pemerintah Denmark yang memusnahkan jutaan cerpelai. Sebab, kalau tidak demikian, virus corona bakal terus-terusan jadi masalah meski tingkat penularan di manusia mulai menurun.
“Meskipun peran hewan dalam pandemi saat ini dapat diabaikan, informasi yang tersedia sejauh ini menunjukkan bahwa terdapat risiko bahwa hewan dapat memainkan peran yang lebih menonjol ketika penularan di antara manusia telah menurun ke tingkat yang rendah. Beberapa hewan pasti berpotensi menularkan virus kembali ke manusia di masa depan jika mereka masih membawanya,” kata Arjan Stegeman, profesor kedokteran hewan di Utrecht University, dalam tulisannya di The Conversation.
ADVERTISEMENT
Vaksin corona untuk hewan
Selain pemusnahan, sebenarnya ada cara lain yang bisa dipakai untuk menyetop penularan virus corona di hewan. Salah satunya adalah vaksinasi hewan.
Sama seperti vaksin corona untuk manusia, vaksin corona untuk hewan juga ditujukan agar penularan virus di spesies mereka jadi berkurang. Menurut laporan The New York Times, sebuah perusahaan farmasi hewan asal AS, Zoetis, sedang meminta perizinan Departemen Agrikultur AS agar bisa menjual vaksin corona khusus cerpelai yang mereka buat.
Para ahli menganggap bahwa menemukan vaksin corona untuk hewan bukanlah hal yang sulit saat ini, khususnya karena kita sudah punya beberapa untuk manusia.
“Spesies yang berbeda memiliki respons imun yang berbeda, jadi Anda mungkin perlu menggandakan atau melipatgandakan tingkat antigen, misalnya, anjing versus kucing,” kata William Karesh, wakil presiden eksekutif untuk kesehatan dan kebijakan di EcoHealth Alliance, sebuah organisasi nirlaba yang melacak penyakit yang muncul di hewan, kepada Science Magazine. “Tapi dasar-dasar pendekatan vaksin tidak akan berubah.”
ADVERTISEMENT