Bayi Paus Orca Malang Ini Mati Usai Tersesat Kehilangan Induknya

26 Juli 2021 16:21 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toa, bayi orca terdampar di pesisir pantai di wilayah Wellington, Selandia Baru. Foto: Whale-Rescue.org/Facebook
zoom-in-whitePerbesar
Toa, bayi orca terdampar di pesisir pantai di wilayah Wellington, Selandia Baru. Foto: Whale-Rescue.org/Facebook
ADVERTISEMENT
Seekor bayi paus orca atau paus pembunuh bernama Toa ditemukan terdampar di pesisir pantai di wilayah Wellington, Selandia Baru. Setelah ditelusuri, bayi paus malang tersebut tersesat susah payah mencari induknya.
ADVERTISEMENT
Bayi paus orca tersebut terpisah, kehilangan induk dan kawanannya kemudian gagal bertahan hidup sendirian di laut lepas. Mengutip BBC, paus tersebut punya panjang 3,5 meter dan diyakini berusia dua hingga enam bulan.
Ratusan orang di negara tersebut sempat membantu bayi paus malang ini dalam mencari sang induk. Orang-orang menyebut Bayi Paus ini dengan nama Toa--diambil dari nama suku Maori--yang berarti pejuang.
Toa sempat dilarikan di kolam darurat di mana ia diberi makan melalui dot khusus setiap empat jam sekali. Di samping upaya penyelamatan sang bayi, armada pesawat dan pengamat darat menjelajah ratusan mil dari garis pantai untuk mendeteksi setiap kelompok paus, dengan harapan ibunya dapat ditemukan.
Namun, nasib malang mendera. Whale Rescue--sebuah organisasi yang telah membantu merawat Toa--mengatakan, kondisinya tiba-tiba memburuk. Dokter hewan sudah berupaya keras membantu tetapi tak mampu menyelamatkan nyawanya.
ADVERTISEMENT
"Kami harus melaporkan bahwa beberapa waktu lalu Toa meninggal dunia," kata organisasi itu. Seperti yang bisa Anda bayangkan, (perasaan) kami hancur."
Tim sudah berharap menyatukan kembali Toa dengan induknya. Kalau-kalau mereka gagal, mereka punya alternatif untuk menyerahkan paus ke kawanan lain untuk diadopsi.
Ian Angus, manajer spesies laut di Departemen Konservasi mengatakan, tim yang telah merawat Toa sudah melakukan segala upaya, namun takdir berkata lain.
"Kami selalu menyadari bahwa semakin lama dia berada di penangkaran, jauh dari ibunya, semakin besar kemungkinan kesehatannya akan memburuk," kata Angus.
"Toa berlalu dengan cepat, dikelilingi oleh cinta, dan hari-hari terakhirnya dibuat senyaman mungkin."