Beberapa Negara Ini Diprediksi Tak Layak Huni Karena Cuaca Panas

16 Oktober 2023 7:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perubahan iklim. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perubahan iklim. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Penn State University menyebut bahwa beberapa negara akan mengalami panas ekstrem jika suhu global meningkat 1,5 derajat Celsius sehingga membuat wilayah tersebut tidak layak dihuni manusia.
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian itu disebutkan, sekitar 2,2 miliar orang di Pakistan dan Lembah Sungai Indus, India, serta 1 miliar orang di China Timur, dan 800 juta orang di Afrika sub-Sahara, akan menghadapi suhu panas yang melebihi batas toleransi manusia. Suhu panas ini akan meluas ke bagian timur dan tengah Amerika Serikat jika suhu Bumi meningkat 3 derajat Celcius di atas suhu masa pra-industri.
Penduduk Florida, New York, Houston dan Chicago terpaksa harus menanggung tingkat kelembapan yang berbahaya. Sementara panas ekstrem bisa menjadi malapetaka bagi mereka yang tinggal di beberapa negara Amerika Serikat dan Australia.
Yang paling mengkhawatirkan, banyak wilayah yang terkena dampak buruk suhu panas ini adalah negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah yang kemungkinan besar masyarakatnya tidak memiliki akses ke pendingin ruangan.
Warga Beijing China mengubah motornya dengan menambahkan payung saat gelombang panas melanda. Foto: David Kirton/REUTERS
Dalam skenario terburuk di mana suhu global meningkat 4 derajat Celsius, kota pelabuhan Al Hudaydah di Yaman yang merupakan rumah bagi lebih dari 700.000 orang di Laut Merah, hampir seluruh wilayahnya akan tidak layak huni. Ini karena penduduk di sana harus menghadapi suhu melebihi batas toleransi manusia selama 300 hari dalam setahun.
ADVERTISEMENT
“Tekanan panas terburuk akan terjadi di daerah-daerah miskin dan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan penduduk yang pesat dalam beberapa dekade mendatang,” kata Matthew Huber, salah satu penulis studi dari Universitas Purdue.
Akibatnya, kata Huber, miliaran orang miskin akan menderita dan banyak yang meninggal. Namun negara-negara kaya juga akan terkena dampak dari panas ini, bahkan seluruh orang di Bumi akan merasakannya.
Panas eksrem sendiri bisa meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau heatstroke. Mereka yang masuk dalam kelompok rentan, seperti lansia, anak-anak dan orang dengan masalah kesehatan bawaan, paling rentan terkena dampak panas ekstrem. Selain kelompok rentan, peneliti juga khawatir suhu panas ini bisa menempatkan miliaran orang dalam kondisi bahaya.
“Saat suhu tubuh manusia menghangat, mereka akan berkeringat, dan lebih banyak darah dipompa ke kulit sehingga dapat mempertahankan suhu tubuh dengan melepaskan panas ke lingkungan,” kata Larry Kennye, salah satu penulis studi sebagaimana dikutip Daily Mail.
Penduduk desa bersama-sama meminum air yang disediakan oleh relawan selama gelombang panas di Jacobabad, di Sindh Selatan, Pakistan, Rabu (11/5/2022). Foto: Aamir Qureshi/AFP
Lebih lanjut Kennye bilang, pada tingkat panas dan kelembapan tertentu, suhu tubuh tidak lagi bisa menyesuaikan dan akan terus meningkat. Ini bukan ancaman langsung, tapi memerlukan penanganan serius.
ADVERTISEMENT
“Jika seseorang tidak menemukan cara untuk menangani tubuhnya dalam beberapa jam, hal ini dapat menyebabkan kelelahan akibat panas, dan ketegangan pada sistem kardiovaskular dapat menyebabkan serangan jantung, terutama pada orang yang rentan,” katanya.
Gelombang panas tahun ini menyebabkan suhu di AS, Eropa, dan China memecahkan rekor tertinggi. Ini menyoroti bahwa perubahan iklim terus memburuk dan Bumi menjadi terlalu panas untuk dihuni manusia. Tahun lalu, peneliti dari Penn State University mengungkap fakta bahwa batas atas suhu yang bisa diterima manusia ternyata jauh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Sebelumnya, suhu 35 derajat Celsius adalah batas atas suhu terpanas yang bisa diterima manusia. Pada titik ini, tubuh kita tidak lagi mampu mendinginkan dirinya sendiri dengan menguapkan keringat dari permukaan tubuh untuk membuat suhu inti tetap stabil.
ADVERTISEMENT
Namun, penelitian terbaru menunjukkan batas atas suhu panas yang diterima manusia jauh lebih rendah, hingga 31 derajat Celsius dengan kelembapan 100% atau 38 derajat Celsius dengan kelembapan 60%. Ini menunjukkan bahwa kombinasi panas dan kelembapan yang dikenal sebagai wet-bulb temperature sangat memengaruhi suhu tubuh kita.
Sepanjang sejarah manusia, suhu dan kelembapan yang melampaui batas aman hanya tercatat beberapa kali terjadi dan berlangsung selama beberapa jam saja. Fenomena ini berlangsung di Timur Tengah dan Asia Tenggara.