Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ilmuwan akhirnya mengungkap wajah manusia purba yang hidup sekitar 3,8 juta tahun lalu. Ini setelah mereka berhasil menemukan tengkorak dari manusia purba itu di situs Woranso-Mille, Ethiopia.
ADVERTISEMENT
Para peneliti menemukan tengkorak itu pada 2016 ketika sedang melakukan penggalian di situs tersebut. Berdasarkan fitur morfologis, tengkorak tersebut diperkirakan berumur 3,8 juta tahun, milik Australopithecus anamensis jantan. A. anamensis adalah spesies hominin awal sekaligus spesies tertua dalam genus Australopithecus. Hanya sedikit informasi yang kita ketahui ihwal A anamensis.
Spesies hominid A. anamensis diperkirakan hidup 4,2 hingga 3,9 juta tahun lalu. Fitur tulang wajah dari spesies tersebut hampir tidak diketahui. Tapi, penemuan tengkorak di situs Woranso yang diberi nama MRD mengubah hal itu. Berkat temuan itu, para peneliti jadi bisa merekonstruksi wajah dari manusia purba tersebut.
Dalam dua riset berbeda yang dipublikasikan di jurnal Nature para peneliti mendalami spesies hominid ini. Dalam riset pertama, yang dipublikasikan pada 28 Agustus 2019, para peneliti melakukan rekonstruksi ulang wajah dari si manusia purba. Mereka juga mempelajari posisinya di pohon keluarga spesies hominid, suku yang mencakupi manusia dan makhluk mirip manusia yang telah punah.
Sementara pada riset kedua, yang juga dipublikasikan pada 28 Agustus 2019, tim peneliti mempelajari bagaimana A. anamensis hidup jutaan tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, para peneliti menduga A. anamensis adalah pendahulu dari spesies Australopithecus afarensis, yang hidup antara 3,9 sampai 2,9 juta tahun lalu. Penemuan tengkorak A. anamensis, yang berasal dari periode ketika A. afarensis juga hidup, menunjukkan kedua spesies tersebut sebenarnya tumpang tindih, dengan kata lain hidup berdampingan setidaknya 100.000 tahun.
Para peneliti mengatakan, temuan tengkorak ini telah mengisi celah besar dalam catatan fosil. Temuan juga menunjukkan bahwa setidaknya dua spesies hominid ini hidup berdampingan di Afrika timur sekitar 3,8 juta tahun yang lalu. Ini memberikan penguatan bukti atas dugaan keanekaragaman hominid zaman pertengahan Pliosen.
"Penemuan ini mengubah pemahaman kami tentang evolusi manusia selama Pliosen," ujar Yohanes Haile-Selassie, pemimpin riset pertama, seperti dilansir Newsweek.
Sedangkan dalam riset kedua, para peneliti mempelajari wilayah tempat fosil itu ditemukan. Mereka mengatakan, wilayah itu memiliki banyak semak belukar, mulai dari lahan rumput, lahan basah, dan hutan riparian.
ADVERTISEMENT
"MRD tinggal di dekat sebuah danau besar di daerah yang kering. Kami tak sabar melakukan lebih banyak penyelidikan di endapan ini untuk memahami lingkungan hidup spesimen MRD, serta hubungannya dengan perubahan iklim dan bagaimana hal itu mempengaruhi evolusi manusia ," kata Naomi Levin, anggota tim peneliti.
Fred Spoor, ahli dari Natural History Museum di London yang tidak terlibat dalam kedua riset, memuji temuan ini. Menurut dia, tengkorak MRD akan menjadi ikon penting dalam mempelajari evolusi manusia.
“MRD adalah penambahan luar biasa bagi catatan fosil dari evolusi manusia. Penemuannya akan secara luas mempengaruhi pemahaman kita atas asal genus Australopithecus, dan posisinya dalam pohon keluarga hominid awal,” tutur Spoor.