Begini Perawakan dan Bentuk Wajah Firaun Tutankhamun

9 November 2022 6:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peti mati Tutankhamun yang terbuat dari emas murni. Foto: Kementerian Barang Antik Mesir.
zoom-in-whitePerbesar
Peti mati Tutankhamun yang terbuat dari emas murni. Foto: Kementerian Barang Antik Mesir.
ADVERTISEMENT
Seratus tahun lalu, tepatnya pada 4 November 1922, tim arkeologi menemukan makam Firaun Tutankhamun. Penemuan ini mengungkap banyak misteri Mesir kuno, termasuk mumi anak raja.
ADVERTISEMENT
Tutankhamun adalah firaun atau raja Mesir yang naik takhta pada usia 9 tahun dan meninggal ketika dia berusia 19 tahun. Seperti apa rupa firaun semasa dia hidup, masih belum diketahui secara pasti. Namun, sebuah studi telah memeriksa kesehatannya, dan berupaya merekonstruksi bentuk wajah firaun secara virtual.
Sebuah studi pada tahun 2010 tentang Tutankhamun yang diterbitkan di jurnal JAMA, mengungkapkan bahwa Raja Tut memiliki tinggi badan 1,67 meter saat ia meninggal dunia akibat penyakit, di antaranya malaria dan penyakit tulang kohler yang menyebabkan kaki membengkak sehingga tak bisa berjalan normal. Firaun juga mengalami nekrosis–kematian jaringan tubuh– akibat patah tulang kaki kirinya.
“Terlepas dari masalah kesehatan ini, Tutankhamun masih aktif. Dia suka berburu binatang liar dan membangun istana di dekat Sphinx. Meskipun ada masalah fisik, dia cukup aktif untuk mengalami kecelakaan dan melukai kakinya dua hari sebelum dia meninggal."
ADVERTISEMENT
Dijelaskan lebih rinci oleh Hutan Ashrafian, dosen klinis bedah di Imperial College London, Tutankhamun berjalan dengan kaki pincang, punya tengkorak sedikit lebih panjang dari orang Mesir lain, punya payudara lebih besar akibat mengidap ginekomastia, suatu kondisi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, punya gigi berlubang, dan relatif kurus.
“Dia relatif lemah secara fisik,” ujar Ashrafian yang mempelajari Tutankhamun dan muminya sebagaimana dikutip Live Science.
Selain itu, dalam makalah yang terbit di jurnal Epilepsy & Behavior, Ashrafian juga menyebut bahwa Raja Tut dan nenek moyangnya menderita epilepsi familial, sehingga membuat dia terkadang mengalami kejang. Menurut Ashrafian, banyaknya penyakit yang diderita Tutankhamun kemungkinan akibat masalah genetik dari perkawinan sedarah. Firaun Mesir di dinasti ke-18 memang terkenal suka menikahi kerabatnya.
ADVERTISEMENT

Rekonstruksi virtual?

Sudah sejak lama para ilmuwan mencoba merekonstruksi wajah Raja Tut. Tapi Hawass percaya tidak ada satupun hasil dari rekonstruksi itu yang benar-benar akurat. Hal yang sama juga diucapkan oleh peneliti lain Dr. Frank Rühli, dekan fakultas kedokteran di University of Zurich.
"Rekonstruksi yang sempurna masih memiliki ketidakpastian, seperti kerutan, warna mata, warna rambut, warna kulit dan bekas luka kecil,” ujar Rühli.
Rühli telah mempelajari mumi Mesir, termasuk Tutankhamun dan menemukan rata-rata jaringan mumi menyusut 53% sejak orang itu masih hidup. Mumi Tut juga berubah secara signifikan dari semasa dia hidup sampai dia menjadi mumi sehingga sulit untuk mencoba merekonstruksi seperti apa rupa firaun. Selain itu, CT Scan mumi Tutankhamun tidak memberitahu banyak hal.
ADVERTISEMENT
Sementara menurut Ashrafian, beberapa patung Tutankhamun yang dibuat pada masa Firaun mungkin merupakan representasi terbaik dari rupa Tutankhamun.
"Orang-orang tidak selalu memberikan kredit yang cukup untuk sumber-sumber kuno," kata Ashrafian.