Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Sebuah formasi geologi di Turki diyakini banyak orang sebagai tempat terdamparnya bahtera legendaris Nabi Nuh setelah banjir besar melanda seluruh dunia. Cerita itu dijelaskan dalam Al Quran dan Alkitab.
ADVERTISEMENT
Tim yang melakukan penggalian di area formasi geologi Durupinar meyakini telah memiliki bukti yang mengonfirmasi bahwa kapal kuno tersebut memang mendarat di sana.
Dalam Alkitab diceritakan, banjir yang melanda seluruh dunia itu menenggelamkan semua orang jahat dan berdosa, termasuk mereka yang tidak percaya pada kenabian Nuh. Sementara Nuh bersama para pengikutnya--termasuk hewan-- selamat berkat bahtera raksasa. Saat banjir surut, bahtera Nuh terdampar di sebuah tempat di puncak pegunungan Ararat.
Bahtera dilansir IFLScience memiliki panjang 300 hasta, lebar 50 hasta, dan tinggi 30 hasta, atau sekitar 134 x 22 x 13 meter. Ada berbagai alasan numerologis untuk ukuran bahtera tersebut, tapi jika itu nyata, kapal memiliki ukuran yang sangat besar. Dengan ukuran sebesar ini, tentu saja akan meninggalkan bukti arkeologis yang jelas mengenai keberadaannya.
ADVERTISEMENT
Di sinilah formasi Durupinar berperan. Formasi ini terletak di Doğubayazıt, di Provinsi Ağrı, Turki, dan dianggap sebagai tempat peristirahatan paling potensial perahu Nuh sejak diidentifikasi pada 1956. Ini karena formasi tersebut mempunyai lubang tidak biasa yang tampak dibuat oleh suatu benda sangat besar dan berbentuk bahtera.
Kini, tim peneliti yang memfokuskan dirinya mencari bahtera Nuh sejak 2021 yakin telah menemukan lebih banyak bukti. Tim yang terdiri peneliti Turki dan Amerika menganalisis sampel batuan dan tanah yang diyakini mengandung sisa-sisa kapal.
Menurut penelitian mereka, tanah di formasi geologi yang menyerupai bahtera di Gunung Ararat menunjukkan tanda-tanda bahan tanah liat, zat laut, dan makanan laut yang berasal dari antara 5.000 dan 3.000 SM. Ini menunjukkan adanya aktivitas manusia di pegunungan pada saat banjir terjadi, kata Faruk Kaya, wakil rektor dan profesor dari Universitas Ağrı İbrahim Çeçen.
ADVERTISEMENT
“Banjir Nabi Nuh diketahui terjadi 5.000 tahun lalu,” kata Kaya sebagaimana dikutip Daily Mail. “Dari segi penanggalan disebutkan bahwa ada kehidupan di wilayah ini juga. Hal ini terungkap dalam hasil laboratorium.”
Namun, bukti adanya aktivitas manusia di sana tidak sama dengan bukti adanya bencana banjir bandang atau keberadaan perahu kayu raksasa. Artinya, peneliti belum menemukan bukti adanya banjir bandang pada 5.000 tahun lalu.
Hal ini bisa memberikan jeda bagi para peneliti untuk berpikir ulang tentang benarkah formasi geologi di Ararat adalah Bahtera Nuh. Sebab, selama ini gagasan formasi Durupinar sebagai tempat peristirahatan bahtera Nuh berkali-kali terbukti salah.
Kendati begitu, formasi Durupinar memang memiliki tanda-tanda fisik yang tampak seperti sebuah bejana besar. Namun, itu sepenuhnya terbentuk secara alami. Ini telah dibuktikan berkali-kali oleh para arkeolog.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya pencarian Bahtera Nuh mengalami masalah yang sama seperti pencarian Atlantis yang hilang. Sampai saat ini bahtera Nuh masih menjadi misteri dan belum ada bukti meyakinkan yang bisa menunjukkan di mana tempat sebenarnya bahtera Nuh bersemayam.
Jadi, tak usah pusing memikirkan hal itu. Sebab kita cukup mengimaninya saja.