Benarkah Cukur Rambut Kemaluan Sebabkan Penyakit Kelamin?

9 September 2019 7:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rambut kemaluan. Foto: Herun Ricky/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rambut kemaluan. Foto: Herun Ricky/kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah penelitian, sempat muncul diagnosis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara mencukur rambut kemaluan atau waxing, dengan peningkatan risiko penyakit kelamin atau penyakit infeksi menular seksual (IMS).
ADVERTISEMENT
Namun, penelitian tersebut masih diragukan keabsahannya, sebab para peneliti lebih mengandalkan laporan diagnosis terhadap penyakit menular seksual daripada diagnosis yang dikonfirmasi dengan tes laboratorium. Lalu, benarkah mencukur rambut kemaluan atau waxing, berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kelamin?
Perlengkapan waxing. Foto: Shutterstock
Dalam sebuah hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal PLOS ONE pada 4 september 2019, para peneliti menemukan bahwa mencukur rambut kemaluan mungkin tidak meningkatkan risiko terkena IMS.
Dalam penelitiannya, para peneliti menganalisis informasi dari 200 mahasiswi yang menjalani tes IMS untuk penyakit klamidia dan gonore, dua penyakit kelamin paling umum di Amerika Serikat. Para peserta diminta menjawab pertanyaan "tentang praktik perawatan rambut kemaluan".
Mereka dianggap “groomer ekstrem” jika melakukan pencukuran rambut kemaluan setidaknya setiap minggu selama setahun terakhir, atau lebih dari enam kali dalam 30 hari terakhir.
ADVERTISEMENT
Hampir semua peserta melaporkan telah merawat dan mencukur rambut kemaluan mereka dengan menggunakan pisau cukur. Lebih dari 50 persen melaporkan telah menghilangkan semua rambut kemaluan setidaknya setiap minggu. Lalu 18 persen melaporkan menghilangkan semua rambut kemaluan setidaknya enam kali dalam sebulan terakhir
Ilustrasi penyakit kelamin pada wanita. Foto: Shutterstock
Hasilnya, sekitar 10 persen dari peserta tes positif mengalami klamidia atau gonore. Namun, peserta yang rajin mencukur rambut kemaluannya tidak didiagnosis dengan klamidia atau gonore ketimbang mereka yang sama sekali tidak mencukur kemaluannya.
Sedangkan dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh para peneliti dari University of California pada akhir 2016, mereka melaporkan bahwa terdapat lebih dari 7.500 orang yang terjangkit IMS sebagai akibat dari mencukur rambut kemaluan.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Sexually Transmitted Infections ini secara detail menjelaskan bahwa orang yang menghilangkan rambut kemaluannya, 80 persen lebih berpeluang tertular IMS ketimbang mereka yang tidak pernah mencukur rambut kemaluan.
ADVERTISEMENT
Namun, saat itu para peneliti mengingatkan, bahwa penelitiannya bisa saja tak akurat. Khususnya dalam membuktikan hubungan mencukur rambut kemaluan secara langsung bertanggung jawab atas peningkatan risiko penyakit menular seksual.
Secara kritis, penelitian tersebut bahkan tidak memperhitungkan seberapa sering para partisipan terlibat dalam aktivitas seksual. Bisa jadi, mereka yang melakukan perawatan ekstrem ternyata sering melakukan hubungan seksual. Oleh sebabnya lebih berisiko besar tertular IMS.
Kendati penelitian baru ini berupaya memperbaiki hasil riset dari University of California, dengan lebih memperhitungkan seberapa sering partisipan melakukan hubungan seksual, namun penelitian terbaru masih memiliki keterbatasan.
Para partisipan hanyalah sejumlah kecil wanita, yang terkena IMS, dan semuanya berasal dari satu universitas di Midwest. Sehingga hasilnya tidak jelas. Apakah dapat berlaku untuk pria atau populasi lainnya?
ADVERTISEMENT
Jadi, dapat kita simpulkan kabar baiknya, hingga saat ini masih belum ada penelitian akurat yang membuktikan hubungan antara waxing dengan IMS. Sementara itu, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat, seseorang dapat mengurangi risiko IMS dengan menggunakan kondom secara konsisten dan benar selama aktivitas seksual, juga mengurangi jumlah pasangan seksual dan berada dalam hubungan monogami.
Demi mengantisipasi IMS, bukan menghilangkan bulu kemaluan yang harus dikhawatirkan, karena kita mesti lebih fokus akan kebiasaan tindakan seksual.