Benarkah Pandemi Virus Corona Akan Berakhir saat Musim Panas?

25 Maret 2020 12:24 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjual koran dan majalah di Italia yang masih buka di tegah ancaman virus corona. Foto: REUTERS/Manuel Silvestri
zoom-in-whitePerbesar
Penjual koran dan majalah di Italia yang masih buka di tegah ancaman virus corona. Foto: REUTERS/Manuel Silvestri
ADVERTISEMENT
Seperti beberapa virus pernapasan lainnya, satu pertanyaan yang belum terjawab, apakah suhu udara bisa memengaruhi penyebaran virus corona SARS-CoV-2? Di mana beberapa orang menyebut bahwa semakin panas suhu di suatu tempat, semakin sedikit kemungkinan virus corona menyebar.
ADVERTISEMENT
Pernyataan itu bisa jadi benar adanya, karena studi baru SARS-CoV-2 menunjukkan bahwa penyebaran virus corona di cuaca yang lebih hangat dan lembab tampaknya tidak menyebar semasif di wilayah yang lebih dingin. Kendati analisis awal ini masih perlu dikaji, namun setidaknya telah memberikan gambaran kasar tentang apa yang mungkin terjadi di musim panas mendatang.
Diterbitkan dalam jurnal Social Science Research Network, Qasim Bukhari dan Yusuf Jamel, ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology, menganalisis pandemi COVID-19 (penyakit yang disebabkan SARS-CoV-2) yang kini tengah mewabah di seluruh dunia.
Mereka menemukan bahwa 90 persen infeksi terjadi di daerah yang memiliki suhu antara 3 hingga 17 derajat Celcius dengan kelembaban absolut 4 hingga 9 gram per meter kubik (g/m3)--kelembaban absolut ditentukan oleh seberapa banyak uap air di udara, terlepas dari suhu.
Warga mengantre untuk membeli bahan makanan di Makro Store, di Strubens Valley jelang lockdown. Foto: REUTERS / Siphiwe Sibeko
Di negara-negara dengan suhu rata-rata lebih dari 18 derajat Celcius dan kelembaban absolut di atas 9g/m3, jumlah COVID-19 kurang dari 6 persen dari kasus global. Ini menunjukkan bahwa penularan virus corona di negara beriklim lembab tidak terlalu efektif jika dibandingkan dengan negara beriklim yang lebih dingin.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, kelembaban dinilai berperan penting dalam menghambat penyebaran virus corona, mengingat jumlah kasus COVID-19 di negara yang lebih dingin cenderung lebih tinggi.
Kendati begitu, bukan berarti ketika musim panas tiba social distancing atau jaga jarak sosial menjadi tidak berarti lagi, di mana orang-orang kembali mulai menggelar pesta dan acara-acara seremonial lainnya. Itu adalah anggapan yang salah, karena bagaimanapun, social distancing tetaplah penting selama wabah masih ada di suatu daerah, bahkan dalam jumlah sedikit sekalipun.
Berdasarkan hasil penelitian, penyebaran beberapa virus pernapasan, seperti virus influenza, berkurang saat suhu cuaca menjadi hangat, atau tingkat kelembaban mulai bertambah. Tidak jelas kenapa suhu dan kelembaban bisa mempengaruhi virus influenza atau virus musiman lainnya.
ADVERTISEMENT
“Ketika orang yang terpapar virus menghembuskan napas, beberapa virus di bagian belakang tenggorokan akan terdorong ke udara. Jika kita menggunakan mikroskop dan melihat virus tersebut, kita akan menemukan bahwa virus dikelilingi oleh bola kelembaban,” ujar Dr. William Schaffner, seorang spesialis penyakit menular di Vanderbilt University di Tennessee, kepada Live Science.
“Ketika kelembaban di suatu daerah tergolong rendah karena musim dingin, bola kelembaban cenderung menguap, yang berarti virus dapat terbang di udara untuk jangka waktu yang lebih lama karena gravitasi tidak akan menariknya ke tanah.”
Namun ketika musim panas tiba dan seseorang mengeluarkan partikel virus dari mulutnya, tetesan di sekitarnya tidak akan menguap, yang berarti membuat virus tidak bisa terbang lebih jauh. Ini artinya, risiko penyebaran virus akan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan musim dingin.
ADVERTISEMENT
Begitupun dengan virus flu, penurunan jumlah kasus influenza terjadi cukup signifikan kala memasuki musim panas. Jadi, menurut William, penyebaran virus memang cenderung menurun saat cuaca mulai menghangat.
Kendati begitu, bukan berarti kita membiarkan virus terus menyebar sembari menunggu musim panas tiba. William mengimbau, orang-orang harus tetap waspada dan berhati-hati, serta senantiasa menerapkan protokol pencegahan agar terhindar dari virus corona.