Berapa Banyak Air Liur yang Kamu Hasilkan Seumur Hidup?

11 Maret 2023 10:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
bayi main ludah Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
bayi main ludah Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu bertanya berapa banyak air liur yang dihasilkan dalam satu jam? Bagaimana kalau sehari? Atau setahun? Kalau seumur hidup gimana? Daripada nanya terus tapi enggak bisa jawab, mari kita bahas lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan IFL Science, pada hari normal, rata-rata orang menghasilkan air liur antara 0,5 hingga 1,5 liter. Itu setara satu liter susu. Jadi, jika kita mengambil rata-rata, katakanlah 0,7 liter per hari, maka dalam satu tahun manusia bisa menghasilkan air liur sekitar 255,5 liter. Jika rata-rata hidup manusia 80 tahun, maka air liur yang dihasilkan sekitar 20.440 liter, setara dengan kolam renang kecil yang dipenuhi air liur.
Ludah diproduksi oleh tubuh untuk alasan yang baik. Air liur adalah biofluida kompleks yang memainkan peran penting di mulut manusia. Misalnya, ludah mengandung enzim amilase yang memecah pati, menyediakan kalsium dan fosfat untuk membantu remineralisasi enamel gigi dan merupakan penjaga gerbang utama dalam pertahanan melawan mikroorganisme atau patogen yang masuk dalam tubuh melalui rongga mulut.
ADVERTISEMENT
Air liur terdiri dari 99 persen air dan campuran protein, elektrolit, serta 1 persen enzim pencernaan. Ludah diproduksi oleh berbagai kelenjar, tiga kelenjar besar dan banyak kelenjar kecil yang terletak di mulut. Tiga kelenjar utama, yakni kelenjar parotid, submandibular, dan sublingual glands, menyumbang 90 persen dari total air liur yang diproduksi. Sedangkan 10 persennya disekresikan oleh kelenjar minor.
Dalam keadaan tidak terstimulasi–keadaan istirahat saat kamu tidak makan–, sekitar dua pertiga dari total volume air liur diproduksi oleh kelenjar submandibular. Kelenjar parotid berperan saat dirangsang–seperti mengunyah atau mencicipi rasa makanan– dan bertanggung jawab atas sekitar 50 persen air liur di mulut dalam keadaan istirahat. Sementara kelenjar sublingual menyumbang persentase kecil air liur baik dalam keadaan tidak terstimulasi maupun terstimulasi.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi lidah wanita. Foto: Shutter Stock
Air liur telah digunakan dalam tradisi medis di seluruh dunia selama lebih dari 2.000 tahun. Praktisi pengobatan Tiongkok kuno percaya, air liur dan darah “bersaudara”, karena keduanya berasal dari sumber yang sama di dalam tubuh.
Di dalam Injil diceritakan bahwa Yesus pernah meludahi mata orang buta untuk memulihkan penglihatannya (Markus 8:23) atau mengoleskan ludah ke lumpur untuk membuat pasta yang kemudian digunakan untuk mengurapi mata orang buta (Yohanes 9:6).
Pemikir terkenal seperti Pliny the Elder dan Albert the Great, memuji kehebatan air liur karena bermanfaat untuk menangkal ular dan nasib buruk, serta mempromosikannya sebagai obat. Bahkan, hingga abad ke-19, khasiat penyembuhan air liur masih digunakan oleh beberapa dokter.
Di zaman modern, sebagian besar dari kita mungkin tidak memercayai lagi khasiat air liur sebagai zat penyembuh. Namun, bukan berarti tidak ada gunanya dalam pengobatan modern.
ADVERTISEMENT
Saat ini, ludah memainkan peran penting sebagai alat diagnostik karena dapat memberikan informasi penting tentang kondisi kesehatan tubuh seseorang. Karena terdiri dari banyak komponen, air liur bisa mengandung berbagai biomarker sinyal penyakit yang berguna untuk mengidentifikasi penyakit serta memantau dan memprediksi perkembangan penyakit.
Tidak seperti darah, ludah juga dapat diambil sampelnya melalui metode non-invasif. Ini membuat mereka mudah dianalisis. Seiring berkembangnya ilmu kedokteran, saat ini ludah bisa digunakan untuk mendiagnosis kanker prostat.