Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Berapa Lama Tubuh Manusia Membusuk hingga Jadi Tulang Setelah Meninggal Dunia
4 Januari 2023 7:01 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Ketika seseorang meninggal dunia , mayatnya akan mulai rusak karena sel-sel tubuh sudah tidak berfungsi. Kerusakan diperparah dengan bakteri yang menggerogotinya. Kira-kira, berapa lama yang dibutuhkan tubuh untuk membusuk sepenuhnya?
ADVERTISEMENT
Dikutip Live Science, proses dekomposisi pada tubuh manusia dimulai beberapa menit setelah kematian. Namun, ada sejumlah variabel yang bisa memengaruhi pembusukan, termasuk suhu, keasaman tanah, dan bahan peti mati.
Menurut Daniel Wescott, direktur Pusat Antropologi Forensik di Texas State University, rata-rata jenazah yang terkubur dalam peti mati akan rusak dalam waktu satu tahun dan membutuhkan waktu hingga satu dekade untuk terurai sepenuhnya–menjadi tulang belulang.
Sementara tubuh yang terkubur tanpa peti mati dan perlindungan dari serangga atau elemen lain, biasanya akan menjadi kerangka dalam waktu lima tahun, menurut Nicholas Passalacqua, profesor di Forensic Osteology Research Station di Western Carolina University.
Dekomposisi sendiri mudah terjadi pada tubuh manusia. Dijelaskan The Cell: A Molecular Approach, begitu seseorang meninggal dunia, darah akan berhenti mengalir dan sel akan mati. Proses ini disebut autolisis.
Menurut buku “Evaluation of Postmortem Changes”, pembusukan atau dekomposisi oleh bakteri, jamur, atau orgasme lain bisa mengubah bagian kulit menjadi hijau dalam waktu 18 jam setelah kematian. Hal ini terjadi secara bersamaan, karena bakteri di perut berkembang biak dengan cepat, menciptakan gas yang menyebabkan tubuh kembung dan bau.
ADVERTISEMENT
Laju pembusukan akan semakin cepat saat tubuh berada di lingkungan panas. Inilah sebabnya jenazah sering disimpan di ruangan dingin seperti lemari es untuk memperlambat pembusukan sebelum akhirnya dikuburkan.
Selama proses kembung, kulit akan melepuh dan terjadi marbling, di mana pembuluh darah berwarna hitam kehijauan dapat terlihat melalui kulit dalam waktu sekitar 24 hingga 48 jam pasca-kematian. Tahap selanjutnya adalah proses yang dikenal sebagai pembusukan hitam, organ dan jaringan tubuh akan melunak, kehidupan baru seperti serangga atau mikroba muncul dan memakan jaringan lunak yang tersisa sehingga meninggalkan sisa-sisa kerangka.
“Dekomposisi melambat secara signifikan pada tahap (kerangka) ini, dan dibutuhkan waktu bertahun-tahun atau dekade untuk kerangka hancur,” tulis peneliti di Evaluation of Postmortem Changes.
ADVERTISEMENT
Untuk menunda pembusukan, mumifikasi atau pembalseman bisa dilakukan. Bahan kimia yang terkandung dalam balsem berfungsi sebagai pengawet, menghentikan aktivitas bakteri yang merusak tubuh. Meski pembalseman adalah praktik yang umum dilakukan di seluruh dunia, tapi beberapa kebudayaan dan agama melarangnya, termasuk Islam.
Tapi bagaimanapun, pembalseman ini telah banyak membantu manusia dalam beberapa hal. Salah satunya dalam kasus pembunuhan. Sebagai contoh, kasus pembunuhan pemimpin hak-hak sipil Medgar Evers yang mayatnya dibalsem dan dimakamkan pada 1963.
Ketika kuburan Evers digali lagi guna proses persidangan pada 1961, Wescott menyebut tubuh Evers masih sangat terawat. Bagi mereka yang meninggalnya dibalsem dan dikubur bersama peti mati, jenazah bisa membusuk dalam waktu 5 hingga 10 tahun. Pada saat itu, jaringan akan hilang dan menyisakan kerangka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, lokasi juga berpengaruh dalam proses dekomposisi. Jika peti mati dikubur di tanah asam, peti mati akan terkikis lebih cepat, membuat tubuh terpapar organisme lain seperti serangga atau hewan pengurai lainnya yang mendukung proses pembusukan.
Fakta lain soal dekomposisi adalah, orang gemuk ternyata lebih cepat membusuk pada tahap awal kematian. Namun akan melambat seiring berjalannya waktu. Ini karena belatung lebih memilih makan jaringan otot ketimbang lemak. Kemoterapi dan konsumsi antibiotik sebelum meninggal juga bisa berdampak besar pada pembusukan, karena keduanya dapat membunuh bakteri yang membantu proses dekomposisi.
Lapisan peti mati juga berpengaruh pada laju dekomposisi. Wescott mengatakan, beberapa bahan untuk membuat peti mati dapat menghilangkan cairan dari tubuh sehingga mayat mengering. Alih-alih membusuk, mayat justru bisa jadi mumi. Namun, jika bahan peti mati menahan kelembaban, tubuh bisa terendam dalam cairan yang keluar dan membusuk lebih cepat.
ADVERTISEMENT