Bisakah Gurun Sahara Kembali Hijau seperti Ribuan Tahun Lalu?

23 Maret 2023 17:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salju di Gurun Sahara Foto: Hamouda Ben Jerad via Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Salju di Gurun Sahara Foto: Hamouda Ben Jerad via Reuters
ADVERTISEMENT
Sekitar 11.000 hingga 5.000 tahun lalu, tepatnya setelah zaman es berakhir, Gurun Sahara adalah sebuah daratan hijau. Segala jenis tumbuhan hijau tumbuh subur di atas bukit pasir dan curah hujan yang tinggi mengubah gua gersang menjadi danau.
ADVERTISEMENT
Area seluas 9 juta kilometer persegi Afrika Utara yang kini menjadi gurun dahulu kala adalah wilayah yang subur. Ada banyak hewan yang hidup di sana, seperti kuda nil, antelop, gajah, auroch, mereka semua hidup makmur dengan tengah lebatnya pohon dan rerumputan.
Kini, surga hijau di Sahara sudah hilang, berubah menjadi gurun pasir gersang dan kering. Lantas, bisakah Gurun Sahara kembali hijau seperti ribuan tahun lalu? Jawaban singkatnya, bisa.
Kahtleen Johnson, profesor sistem Bumi di University of California Irvine, mengatakan Sahara yang hijau dikenal sebagai Periode Kelembaban Afrika. Ini disebabkan oleh rotasi orbit Bumi yang terus berubah di sekitar porosnya. Pola tersebut akan berulang setiap 23.000 tahun.
Pergeseran hijau Sahara sendiri terjadi karena kemiringan Bumi yang berubah. Kemiringan mulai bergerak dari sekitar 24,1 derajat ke 23,5 derajat pada 8.000 tahun lalu. Variasi kemiringan ini membuat perbedaan besar, salah satunya menyebabkan peningkatan radiasi Matahari di Belahan Bumi Utara selama bulan-bulan musim panas.
Grand Erg Oriental di Gurun Sahara Foto: Shutter Stock
Kenaikan radiasi Matahari memperkuat monsun Afrika, pergeseran angin musiman di wilayah tersebut yang disebabkan oleh perbedaan suhu antara daratan dan lautan. Panas yang meningkat di atas Sahara menciptakan sistem tekanan rendah yang mengantarkan uap air dari Samudra Atlantik ke gurun tandus.
ADVERTISEMENT
Kelembapan yang meningkat mengubah Sahara yang sebelumnya dipenuhi pasir menjadi padang rumput yang tertutupi semak belukar, papar National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Seiring dengan itu, daratan yang hijau mulai menjadi habitat makhluk hidup, termasuk manusia yang mendirikan peternakan seperti kerbau dan kambing. Namun, perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca akibat ulah manusia membuat Sahara tidak jelas kapan wilayah itu bisa kembali hijau.

Bumi Bergoyang

Kenapa kemiringan Bumi berubah? Untuk memahami perubahan monumental ini para ilmuwan melihat planet dekat Bumi di Tata Surya.
“Rotasi aksial Bumi terganggu oleh interaksi gravitasi dengan bulan dan planet-planet yang lebih masif. Ini menyebabkan perubahan periodik pada orbit Bumi,” ujar Peter de Menocal, direktur di Center for Climate and Life at Lamont-Doherty Earth Observatory di Columbia University di New York, kepada Nature.
Perhatikan bagaimana Belahan Bumi Utara lebih dekat ke matahari selama bulan-bulan musim dingin (kanan) daripada selama bulan-bulan musim panas. Foto: Shutterstock
Ia melanjutkan, salah satu perubahan tersebut adalah “goyangan” pada poros Bumi. Goyangan ini menyebabkan posisi Belahan Bumi Utara lebih dekat ke Matahari di musim panas setiap 23.000 tahun.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penelitian awal yang terbit di jurnal Science pada 1981, para ahli memperkirakan Belahan Bumi Utara mengalami peningkatan radiasi Matahari sebesar 7 persen selama Sahara Menghijau ketimbang saat ini. Menurut studi lanjutan yang terbit di jurnal Science pada 1997, peningkatan ini dapat meningkatkan curah hujan monsun Afrika sebesar 17 hingga 50 persen.
Yang menarik ilmuwan adalah, bagaimana iklim Sahara Hijau bisa tiba-tiba muncul dan menghilang dengan cepat. Perubahan Sahara dari hijau menuju gersang hanya membutuhkan waktu 200 tahun. Perubahan radiasi Matahari terjadi secara bertahap, tapi lanskap berubah dengan sangat cepat.
“Ini adalah contoh perubahan iklim mendadak dalam skala yang dapat dilihat oleh manusia,” kata Johnshon sebagaimana dikutip Live Science. “Catatan dari sedimen laut menunjukkan bahwa Sahara Hijau terjadi berulang kali.”
ADVERTISEMENT
Peneliti memprediksi Gurun Sahara akan kembali hijau sekitar 10.000 tahun dari sekarang, tepatnya pada tahun 12.000 atau 13.000 Masehi. Namun, prediksi ini bisa melenceng karena gas rumah kaca akan memengaruhi siklus iklim saat ini. Sebab, gas rumah kaca yang meningkat telah berdampak pada tanah Sahara yang semakin menghijau.
Intinya, Gurun Sahara sangat mungkin menjadi padang rumput yang luas seperti ribuan tahun lalu. Soal kapan itu terjadi? Tentunya tidak dalam waktu dekat ini.