Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Bisakah Pesawat Tetap Terbang jika Mesinnya Mati?
9 November 2018 7:55 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Pada 2001 lalu, pesawat Air Transat Flight 236 tujuan Lisbon, Portugal, yang membawa 293 penumpang dan 13 kru mengalami mati mesin di atas Samudra Atlantik. Telegraph melaporkan bahwa hal tersebut akibat bocornya bahan bakar pesawat saat ia lepas landas dari Toronto, Kanada.
ADVERTISEMENT
Kapten Robert Piche mengumumkan kondisi darurat bahan bakar dan kemudian melaporkan kepada menara ATC di Lisboa bahwa mereka akan melakukan pendaratan darurat di Kepulauan Azores, 1.500 kilometer dari Lisbon.
Piche dan kopilotnya, Dirk de Jager, memiliki pengalaman terbang lebih dari 20 ribu jam. Mereka kemudian melanjutkan menerbangkan pesawat Airbus A330 dengan mesin mati selama 19 menit. Pesawat berhasil terbang sejauh sekitar 120 kilometer hingga akhirnya mendarat darurat di pangkalan udara Lajes Air Base di Azores.
Pesawat itu terpaksa harus melakukan beberapa kali putaran untuk mengurangi ketinggiannya, dan kemudian bisa mendarat dengan "kasar" di landasan hingga berhenti total. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu dan penerbangan pesawat jet komersial tanpa mesin itu tercatat sebagai yang terlama dalam sejarah.
ADVERTISEMENT
Kisah tersebut mengingatkan kita bahwa meski kedua mesin pesawat mati, masih ada kemungkinan semua penumpang termasuk kru pesawat bisa mendarat dengan aman.
Bagaimana pesawat bisa tetap terbang dengan kondisi mesin mati?
"Mungkin hal ini akan mengejutkan Anda, tapi sangat biasa bagi jet untuk turun dalam kondisi, yang para pilot sebut 'flight idle' dengan mesin yang perlahan kembali ke kondisi tanpa dorongan," kata Patrick Smith, pilot dan penulis buku Cockpit Confidential, sebagaimana dikutip dari Telegraph.
"Mesin masih beroperasi dan memberikan tenaga pada sistem-sistem krusial, namun tidak memberikan dorongan. Jadi tanpa Anda sadari, Anda sering terbang tanpa dorongan mesin. Hal ini terjadi nyaris pada setiap penerbangan," tambahnya.
Smith menjelaskan, situasi tersebut mirip dengan kondisi mobil menuruni sebuah turunan dalam keadaan mati mesin dan tanpa rem tangan.
ADVERTISEMENT
Setiap pesawat memiliki rasio terbang yang berbeda, artinya mereka akan kehilangan ketinggiannya dalam tingkat yang berbeda-beda. Hal ini mempengaruhi seberapa jauh pesawat bisa terbang tanpa dorongan mesin.
Contoh, jika sebuah pesawat memiliki rasio angkat dan tarikan 10:1, maka untuk setiap 10 mil (16 kilometer) pesawat kehilangan ketinggian satu mil (1,6 kilometer). Pesawat biasanya terbang di ketinggian 36 ribu kaki atau sekitar 10 kilometer, jadi pesawat yang kehilangan kedua mesinnya masih bisa terbang sejauh sekitar 112 kilometer sebelum sampai ke permukaan tanah.
Smith berkata, kemungkinan pesawat kehilangan kedua mesinnya saat terbang sangat kecil.
"Salah satu penyebabnya adalah kehabisan bahan bakar, abu vulkanik, dan tabrakan dengan burung. Di beberapa kejadian tersebut, kru telah berhasil terbang tanpa dorongan hingga berhasil mendarat tanpa cedera maupun korban jiwa," tulis Smith.
ADVERTISEMENT
Pesawat modern mati mesin
Tahun 2017 lalu, pesawat penumpang terbesar di dunia, Airbus A380 milik Air France pernah mengalami kejadian hampir serupa dengan kondisi kala itu salah satu mesinnya mati. Pesawat terpaksa melakukan pendaratan darurat di Kanada. Kemampuan A380 itu untuk terbang dengan tiga mesin kembali diuji ketika pesawat itu dipulangkan untuk perbaikan.
Namun, kejadian paling terkenal dengan matinya mesin pesawat modern adalah "Miracle on the Hudson" pada Januari 2009. Kala itu, Kapten Chesley “Sully” Sullenberger mendaratkan Airbus A320 secara darurat di Sungai Hudson, New York, setelah kedua mesinnya mati akibat ditabrak angsa.
"Apa yang dilakukan Sully dan ko-pilot Jeffrey Skiles tidak mudah, dan belum ada garansi hal itu bisa berhasil," puji Smith kepada Sully.
ADVERTISEMENT
"Tapi mereka melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan, apa yang mereka dilatih untuk lakukan, dan apa yang mungkin dilakukan kru lain di situasi yang sama," tambah dia.
Menurut Smith, pesawat terbang juga didesain untuk bisa mendarat hanya dengan satu mesin saja.
"Pesawat yang lebih besar memiliki mesin yang lebih kuat dan alat pengangkat yang membuat mereka bisa lepas landas dan mendarat dalam kecepatan rendah," kata Smith.