Bisakah Vaksin TBC Hentikan Penyebaran Virus Corona?

8 April 2020 9:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kesehatan menggunakan alat pelindung membawa jenazah di luar rumah sakit Teodoro Maldonado Carbo, Guayaquil, Ekuador. Foto: REUTERS / Vicente Gaibor del Pino
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan menggunakan alat pelindung membawa jenazah di luar rumah sakit Teodoro Maldonado Carbo, Guayaquil, Ekuador. Foto: REUTERS / Vicente Gaibor del Pino
ADVERTISEMENT
Vaksin yang dikembangkan 100 tahun lalu untuk lawan penyakit tuberkulosis (TBC) di Eropa, kini tengah diuji pada COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona SARS-CoV-2.
ADVERTISEMENT
Vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) masih banyak digunakan di negara berkembang yang diklaim efektif untuk menangkal berbagai penyakit, terutama yang menyebabkan gangguan pernapasan.
Menurut peneliti, vaksin BCG secara aktif telah meningkatkan kekebalan tubuh manusia yang berfungsi untuk merespons berbagai infeksi, termasuk virus, bakteri, dan parasit. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa vaksin ini ampuh dalam mengobati infeksi yang disebabkan virus corona, kendati masih dibutuhkan uji klinis lebih lanjut.
Beberapa hari lalu, para ilmuwan di Melbourne, Australia, mulai memberikan vaksin BCG kepada ribuan dokter, perawat, dan staf kesehatan lainnya. Pemberian vaksin BCG bertujuan untuk melihat seberapa efektif vaksin ini dalam menangkal virus corona.
"Tidak ada yang mengatakan vaksin ini adalah obat mujarab," kata Nigel Curtis, seorang peneliti penyakit menular di University of Melbourne dan Murdoch Children's Research Institute yang menggagas uji coba. “Apa yang ingin kita lakukan adalah mempercepat kesembuhan para pekerja kesehatan yang terinfeksi atau sakit, sehingga mereka pulih dan dapat kembali bekerja lebih cepat.”
Ilustrasi vaksin Bacillus Calmette Guerin (BCG). Foto: Shutter Stock
Sebelumnya, otoritas kesehatan Belanda juga melakukan uji coba vaksin BCG kepada 1.000 perawat kesehatan yang ada di negara tersebut. Hal itu diungkapkan oleh Dr. Mihai G. Netea, seorang spesialis menular di Radboud University Medical Center di Nijmegen.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Denise Faustman, direktur imunobiologi di Rumah Sakit Umum Massachusetts, mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang mencari dana untuk memulai uji klinis vaksin BCG pada perawat dan staf kesehatan di Baston, Inggris. Hasil uji klinis diperkirakan akan keluar dalam waktu empat bulan.
“Kami memiliki data yang sangat kuat dari uji klinis pada manusia bahwa vaksin ini bisa melindungi orang dari infeksi virus dan parasit,” kata Dr. Faustman, seperti dikutip dari The New York Times. "Aku ingin memulai hari ini."
Vaksin BCG sendiri memiliki sejarah yang tidak biasa. Vaksin ini ditemukan oleh Dr. Albert Calmette dan Dr. Camille Guerin, pada tahun 1900-an dari mycobacterium bovis, suatu bentuk tuberkulosis yang menginfeksi hewan ternak sapi.
ADVERTISEMENT
Vaksin BCG pertama kali digunakan pada manusia sekitar tahun 1921 dan dipakai secara luas setelah Perang Dunia II. Kini, BCG banyak digunakan di negara berkembang dan di negara-negara lain di mana TBC masih lazim ditemukan. Saat ini, vaksin BCG telah diberikan kepada lebih dari 100 juta bayi per tahunnya.
Sama seperti vaksin lain, BCG punya kegunaan yang spesifik, yakni mengobati tuberkulosis. Namun, berdasarkan bukti klinis yang dikumpulkan di lapangan selama beberapa dekade terakhir, BCG juga efektif dalam mengurangi infeksi penyakit yang disebabkan virus, infeksi pernapasan, sepsis, dan tampaknya berguna dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Salah satu penelitian paling awal yang menunjukkan manfaat lebih dari vaksin BCG adalah uji coba klinis terhadap 2.320 bayi di Guinea-Bissau, Afrika Barat, yang studinya diterbitkan pada 2011 lalu. Dalam uji coba itu dilaporkan bahwa tingkat kematian di antara bayi baru lahir dengan berat badan rendah, berkurang secara drastis setelah vaksinasi.
ADVERTISEMENT
Sebuah percobaan lanjutan melaporkan, angka kematian penyakit menular pada bayi dengan berat badan rendah, mengalami penurunan lebih dari 40 persen setelah bayi-bayi itu menerima vaksin BCG. Studi epidemiologi lain, termasuk studi yang berlangsung selama 25 tahun terhadap 150.000 anak di 33 negara, telah melaporkan penurunan risiko infeksi saluran pernapasan bawah akut pada anak-anak yang menerima vaksin BCG hingga 40 persen.
Sementara sebuah studi yang dilakukan pada orang lanjut usia menemukan bahwa BCG dapat mengurangi infeksi saluran pernapasan atas akut. Sebuah tinjauan yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), juga menunjukkan bahwa BCG memiliki efek yang menguntungkan dalam mencegah infeksi penyakit.
Simulasi penanganan pasien yang diduga terinfeksi virus Corona di RSUP Sanglah Denpasar, Bali. Foto: Denita br Matondang/kumparan
"Vaksin ini telah menyelamatkan banyak nyawa seperti vaksin polio," kata Dr. Curtis, yang merancang dan meluncurkan uji coba BCG di Melbourne dalam waktu kurang dari sebulan dan berharap vaksin ini efektif dalam mengurangi infeksi virus corona.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, vaksin BCG tidak bisa diberikan ke semua orang, terutama pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang terganggu. Karena bagaimanapun, BCG memiliki kandungan tuberkulosis dalam jumlah yang sangat rendah.
Menurut Dr. Faustman, BCG tidak boleh diberikan pada pasien rawat inap dengan penyakit kronis, karena vaksin tidak akan bekerja secara efektif, dan dapat berkontraksi buruk ketika dilakukan dengan pengobatan lain.
Tidak semua ilmuwan yakin BCG bisa dipakai untuk mencegah infeksi virus corona. Domenico Accili, misalnya, seorang ahli endokrin di Columbia University, mengatakan bahwa upaya menggunakan vaksin BCG terhadap virus corona sama seperti mengharapkan sebuah keajaiban.
Menurut Accili, meski BCG bisa memperkuat sistem kekebalan tubuh manusia, perlu dilakukan pendekatan yang lebih khusus, terutama dalam kasus virus corona. Satu efek samping yang mungkin terjadi ketika pasien COVID-19 menggunakan vaksin BCG adalah terjadinya badai sitokin ketika sistem kekebalan tubuh pasien bereaksi secara berlebihan terhadap virus corona.
ADVERTISEMENT
Badai sitokin adalah suatu kondisi di mana zat peradangan yang biasanya membantu tubuh melawan penyakit mengalami malfungsi dan berbalik merusak jaringan yang terinfeksi.
Meski begitu, sebuah analisis tentang korban COVID-19 yang baru-baru ini diterbitkan di MedRxiv menyebutkan, negara-negara yang tidak menerapkan atau meninggalkan vaksinasi BCG memiliki lebih banyak infeksi virus corona per kapita dan kematian yang lebih tinggi, ketimbang negara yang masih mengadopsi vaksin BCG.
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!