BMKG: Masyarakat Lebih Peduli Atta-Aurel daripada Peringatan Dini Cuaca Ekstrem

26 April 2021 14:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peta Siklon Tropis SURIGAE.
 Foto: BMKG
zoom-in-whitePerbesar
Peta Siklon Tropis SURIGAE. Foto: BMKG
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa hari terakhir, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), terus mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Ini dilakukan agar publik tetap waspada jika keadaan semakin memburuk.
ADVERTISEMENT
Namun faktanya, Kepala BMKG Dwikorita mengatakan bahwa lembaganya masih menghadapi tantangan berat dalam upaya penyebaran informasi peringatan dini agar masyarakat lebih waspada.
Dwikorita mengatakan, peringatan dini yang dikeluarkan pihaknya tidak selalu menarik maupun dapat perhatian masyarakat, contohnya saat mengeluarkan peringatan dini dampak siklon tropis seroja.
“Ada pakar sosial media yang menganalisis saat peringatan dini dikeluarkan, menjadi tren yang naik. Tapi kemudian kalah dengan trending-nya pernikahan Atta-Aurel. Jadi peringatan dini dianggap tidak menarik,” kata Dwikorita sebagaimana dikutip ANTARA.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati Foto: Sayid Muhammad Mulki Razqa/kumparan
Sebagaimana diketahui, sebelum banjir bandang menghantam wilayah Nusa Tenggara Timur pada Minggu (4/4), BMKG telah mengeluarkan peringatan dini akan adanya bibit siklon tropis di selatan NTT sejak dua hari sebelumnya, Jumat (2/4).
Bibit siklon tersebut memang akan menyebabkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah, termasuk NTT yang saat itu disampaikan akan terjadi hujan dengan intensitas tinggi disertai petir dan kilat.
ADVERTISEMENT
Faktanya, peringatan dini yang dikeluarkan BMKG tidak membuat masyarakat lebih waspada. Dampak siklon tropis seroja yang menyebabkan banjir bandang di sejumlah wilayah NTT itu telah memakan korban jiwa lebih dari 180 orang dan ribuan kepala keluarga kehilangan tempat tinggal.
Kasus lainnya, saat BMKG mengeluarkan peringatan dini akan terjadi cuaca ekstrem di Jakarta, namun tidak mendapat perhatian masyarakat meski telah diumumkan baik seminggu maupun tiga hari sebelum hujan lebat terjadi.
“Tetapi begitu Kedutaan Amerika menggunakan data BMKG untuk memberikan peringatan dini dengan karena bahasa Inggris, semuanya tertarik,” keluh Dwikorita.