BMKG: Potensi Gempa 8,7 di Megathrust Selatan Jawa Bukan Ramalan

1 Agustus 2022 8:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gempa di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Foto: BMKG
zoom-in-whitePerbesar
Gempa di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Foto: BMKG
ADVERTISEMENT
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa risiko gempa dan tsunami di megathrust selatan Jawa bukanlah ramalan, tapi potensi. Mitigasi yang kuat penting untuk menekan korban jiwa.
ADVERTISEMENT
Hal ini diungkapkan oleh Kepala BMKG Dwikora Karnawati di kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi Kabupaten Cilacap Tahun 2022 pada Rabu (27/7).
“Kita ini di wilayah Indonesia yang rawan gempa bumi, termasuk juga di Kabupaten Cilacap,” ungkanya, seperti dikutip Antara. “Ini bukan prediksi, bukan ramalan, belum tentu terjadi. Itu bukan hanya analisis pakar gempa bumi dan tsunami dengan memperhitungkan kemungkinan terburuk.”
Ia mengungkapkan bahwa lokasi geografis daerah Cilacap yang langsung menghadap pantai selatan Jawa, dan langsung menghadap zona tumbukan antara lempeng Samudra Hindia dan lempeng Eurasia, memiliki risiko yang tidak bisa diabaikan. Mitigasi yang kuat sangat dibutuhkan.
Ilustrasi gempa bumi. Foto: Inked Pixels/shutterstock
Skenario terburuk yang terjadi di megathrust ini adalah terjadinya gempa dengan kekuatan mencapai M 8,7. Menurut Dwikora, ini harusnya menjadi acuan untuk tindakan mitigasi.
ADVERTISEMENT
Masyarakat harus sudah siap jika sewaktu-waktu terjadi gempa atau tsunami, mulai dari keterampilan menyelematkan diri, jalur evakuasi, hingga tempat-tempat evakuasi. Dengan ini korban jiwa dapat dihindarkan.
Pihaknya juga memohon kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), khususnya BPBD Kabupaten Cilacap, untuk lebih sering menggelar latihan atau gladi evakuasi.
“Agar bila sewaktu-waktu terjadi, masyarakat sudah paham terhadap apa yang harus dilakukan sehingga tidak panik dan bisa melakukan evakuasi dengan cekatan dan terampil,” tambah Dwikora.
Sementara Bupati Cilacap, Tatto Siwarto, juga berpendapat senada. Ia mengatakan bahwa tidak ada yang bisa memprediksi bencana, namun semuanya harus siap ketika terjadi.
“Jadi, mau tidak mau, suka tidak suka, semuanya harus siap. Tapi siapnya bukan sekadar siap,” katanya.
ADVERTISEMENT