Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kisah manusia ‘Hobbit’ seperti di film The Lord of the Rings, Frodo Baggins, ternyata bukan hanya fiksi belaka. Nyatanya, Hobbit benar-benar ada di dunia. Bahkan, lokasinya ada di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Lebih dari satu dekade yang lalu, para peneliti di sebuah gua kapur di Pulau Flores, Indonesia, menemukan tulang ras manusia purba mini. Fosil-fosil itu ditemukan tak jauh dari sungai berusia 700.000 tahun, dan kini para peneliti menyimpulkan bahwa tulang belulang itu milik nenek moyang makhluk yang disebut ‘Hobbit’.
Sebagian rahang bawah dan enam gigi diidentifikasi milik manusia dewasa dan dua anak-anak. Peneliti menduga, dahulu pulau tersebut dihuni oleh manusia kerdil yang berburu gajah kerdil dan komodo selama lebih dari setengah juta tahun lalu.
Tulang pertama manusia mini digali di dasar gua Liang Bua di Flores pada tahun 2004. Fosil berusia 50.000 tahun itu merujuk pada sekelompok manusia telah punah yang memiliki tinggi satu meter. Dinamai Homo floresiensis atau lebih sering disebut Hobbit, mereka membuat perkakas batu sederhana dan punya otak sangat kecil, sepertiga ukuran otak manusia modern.
Meski sudah ditemukan cukup lama, banyak yang belum diketahui tentang seluk beluk manusia kerdil ini, termasuk bagaimana spesies itu muncul di pulau Flores. Beberapa ahli berpendapat bahwa, Hobbit bukanlah spesies baru melainkan manusia modern yang pertumbuhannya terhambat oleh penyakit.
ADVERTISEMENT
Namun faktanya, fosil yang ditemukan di Mata Menge, sebuah cekungan besar yang dibayangi oleh gunung berapi di Flores tengah sekitar 50 kilometer timur Liang Bua, kembali mengesampingkan teori manusia modern. Individu kecil itu masih hidup dan membuat perkakas batu di Flores setengah juta tahun lalu sebelum manusia modern ada.
“Ini adalah bukti terakhir dari hipotesis manusia kerdil. 700.000 ribu tahun lalu di mana Homo sapiens belum ada,” kata pemimpin penelitian, Gert van den Bergh, dari Wollogong University di Australia.
Fosil tersebut memberi penjelasan lain tentang apa yang menjadi dugaan para ahli paleontologi. Peneliti menduga, populasi Homo erectus yang merupakan pendahulu manusia modern, terdampar di Flores tersapu oleh tsunami kuat yang menghantam wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Mereka terdampar di Flores dengan makanan yang sangat terbatas, berevolusi dengan lingkungan dan makhluk hidup yang lebih kecil. Lebih dari 300.000 tahun para pendatang baru itu dengan cepat kehilangan statusnya.
“Pulau itu kecil dan memiliki sumber makanan yang terbatas dan sedikit pemangsa, selain komodo, di bawah tekanan selektif mamalia bertubuh besar berevolusi mengurangi massa tubuh mereka. Menjadi besar tidak lagi menjadi keuntungan ketika kamu mencoba untuk bertahan hidup di lingkungan yang terisolasi dan menantang,” kata Adam Brumm dari Griffith University di Queensland, Australia, yang ikut dalam penggalian.
Tim dari Australia, Indonesia , dan Jepang bekerja sama dengan 140 orang penduduk Mata Menge kemudian melakukan penggalian untuk menemukan sisa fosil-fosil manusia kerdil. Mereka menemukan tulang rahang kecil, setidaknya 20 persen lebih kecil dari Hobbit Liang Bua.
ADVERTISEMENT
Hasil CT scan menunjukkan gigi bungsu yang telah tumbuh, sebuah tanda bahwa itu berasal dari manusia dewasa. Bentuk tulang rahang menyerupai versi yang lebih kecil dari Homo erectus, seperti halnya gigi molar. Di antara sisa-sisa fosil kuno, ditemukan pula tuang binatang, termasuk gajah kerdil, komodo, buaya, tikus raksasa, katak, dan burung. Mereka semua berbagi pulau dengan Hobbit.
Tikus raksasa hingga saat ini masih bertahan di sana, dengan ukuran sebesar kucing rumahan. “Itu hewan yang sangat lucu. Kalau bisa dijinakkan, mereka bisa dipelihara sebagai hewan peliharaan,” kata van den Bergh. “Mereka akan menjadi sumber daging yang murah bagi penduduk.”
Perkakas batu sederhana, juga ditemukan di situs tersebut, kendati tidak ada tanda-tanda penyembelihan pada tulang hewan. Anehnya, alat-alat perkakas di Mata Menge mirip dengan yang ditemukan di gua Liang Bua, tapi lebih sederhana dan kecil dari alat perkakas yang ditemukan di situs lebih tua di pulau bernama Wolo Sege.
ADVERTISEMENT
Diperlukan lebih banyak fosil untuk mengungkap misteri manusia kerdil di Flores, banyak pertanyaan yang belum terjawab, kata peneliti. Menurut Dean Falk, antropolog evolusi di Florida State University, AS, fosil baru akan membantu meyakinkan bahwa Homo floresiensis adalah spesies yang utuh dan benar adanya.
"Tidak menutup kemungkinan bahwa Homo erectus dan Homo floresiensis mungkin memiliki nenek moyang yang sama yaitu hominin bertubuh kecil dan berotak kecil yang tidak diketahui,” katanya.