Bukan Hanya 2 Jenis, Diabetes Kini Ada 5 Jenis

5 Maret 2018 20:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi diabetes (Foto: StevePB/pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi diabetes (Foto: StevePB/pixabay)
ADVERTISEMENT
Diabetes adalah penyakit yang menyerang banyak manusia dengan gaya hidup modern, terutama karena buruknya pola makan dan kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga. Sebanyak 90 persen penderita diabetes memiliki diabetes tipe 2, yakni diabetes yang disebabkan karena gaya hidup.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, menurut Kementerian Kesehatan RI, diabetes adalah penyakit penyebab kematian terbesar di Indonesia dengan jumlah kematian mencapai 6,7 persen setelah stroke (21,1 persen), dan jantung koroner (12,9 persen).
Kalau semula kita hanya mengenal dua tipe diabetes, kini tipe diabetes berubah menjadi lima kluster, berdasarkan studi yang dipublikasikan oleh jurnal The Lancet Diabetes and Endolcrinology.
Dr. Kathleen Wyne, ahli endokronologi dari Wexner Medical Center di The Ohio State University mengatakan penting untuk mengetahui kelima jenis diabetes ini. Namun begitu, ia juga tidak menyarankan agar kita melupakan dua tipe diabetes terdahulu.
“Hal ini tidak akan mengubah diagnosis atau terminologi untuk diagnosis,” kata Wyne kepada Live Science.
Lalu, apa saja kelima jenis diabetes berdasarkan pembagian yang baru dan apa saja perbedaannya?
ADVERTISEMENT
Diabetes Kluster 1
Diabetes pada anak. (Foto: Thinkstock )
zoom-in-whitePerbesar
Diabetes pada anak. (Foto: Thinkstock )
Disebut sebagai ‘severe autoimmune diabetes’. Diabetes semacam ini sama dengan diabetes tipe 1. Penderita diabetes ini biasanya mulai terkena diabetes di usia muda dan tidak mengalami kelebihan berat badan.
Penyebab diabetes ini adalah karena penyakit yang menyebabkan sistem imun mereka tidak mampu menghasilkan insulin.
Diabetes Kluster 2
Disebut juga ‘severe insulin-deficient diabetes’, diabetes ini terjadi sama seperti kluster 1. Namun yang membedakan adalah, para penderita diabetes kluster 2 tidak memiliki penyakit yang membuat insulin mereka tidak bisa memporduksi insulin.
Peneliti belum tahu pasti mengapa diabetes macam ini bisa terjadi, namun mereka memperkirakan penderita diabetes ini memiliki kekurangan sel yang dapat memproduksi insulin.
ADVERTISEMENT
Diabetes Kluster 3
Ilustrasi Obesitas (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Obesitas (Foto: Thinkstock)
Disebut ‘severe insulin-resistant diabetes,’ diabetes ini terjadi pada orang yang kelebihan berat badan dan memiliki resistensi tinggi terhadap insulin. Hal ini berarti tubuhnya bisa memproduksi insulin, tetapi sel tubuhnya tidak bisa merespons insulin.
Diabetes Kluster 4
Disebut ‘mild obesity-related diabetes’, diabetes ini dialami oleh orang-orang yang kelebihan berat badan namun masalah penyakitnya tidak seberat penderita diabetes kluster 3.
Diabetes Kluster 5
Lansia di Jepang (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Lansia di Jepang (Foto: Thinkstock)
Disebut ‘mild age-related diabetes’, diabetes ini mirip seperti kluster 4, namun penderitanya kebanyakan adalah orang lanjut usia. Ketika dilakukan studi mengenai diabetes, diabetes jenis ini adalah yang paling banyak ditemukan karena dialami oleh 40 persen peserta studi.
Ancaman yang Mengintai
Mereka yang menderita diabetes kluster 3 memiliki risiko penyakit ginjal yang lebih besar akibat komplikasi diabetes, sementara penderita kluster 2 memiliki ancaman retinopati, komplikasi diabetes yang menyebabkan kebutaan.
ADVERTISEMENT
Baik kluster 2 maupun kluster 3 adalah macam diabetes yang berbahaya. Orang yang menderita diabetes ini harus diobati dengan perawatan intensif untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Kelima subtipe diabetes tersebut mungkin akan mengubah cara dokter meresepkan obat untuk penderita diabetes, kata Wyne.
Saat ini, pasien diabetes biasanya diberi obat yang dinamakan metformin dan obat tambahan lainnya bila obat tersebut tidak bekerja. Dengan mengenali subtipe diabetes yang baru ini, maka dokter bisa lebih tepat memberikan obat.
Para peneliti mengatakan studi mereka belum bisa mengkonfirmasi apakah kelima kluster diabetes tersebut memiliki penyebab yang berbeda, atau apakah kluster diabetes seseorang dapat berubah. Oleh karena itu, menurut mereka, masih butuh penelitian lebih lanjut untuk menjawab hal-hal semacam ini.
ADVERTISEMENT