Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Bukan Indonesia, Ini Negara dengan Bahasa Paling Banyak di Dunia
4 Februari 2025 8:10 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Papua Nugini secara resmi memiliki tiga bahasa nasional: Hiri Motu, Tok Pisin, dan Inggris. Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa utama karena sejarah kolonialnya. Papua Nugini merupakan negara bekas jajahan Inggris pada abad ke-19, sebelum akhirnya diambil alih oleh Australia dan kemudian merdeka pada 1975.
Tok Pisin (secara harfiah berarti “bicara burung”) adalah bahasa Creole berbasis bahasa Inggris yang dikembangkan di bawah Kekaisaran Inggris. Bahasa ini diciptakan oleh kelompok buruh dari Melanesia, Malaysia, dan China yang datang ke Papua Nugini selama abad ke-19 untuk bekerja, terutama di sektor perkebunan tebu. Meski sangat dipengaruhi oleh bahasa Inggris, Tok Pisin menggabungkan kosakata dan struktur dari campuran bahasa Pribumi dan bahasa asing.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, Hiri Motu adalah variasi bahasa pidgin dari bahasa Motu, bahasa Austronesia yang awalnya digunakan di daerah sekitar ibu kota Port Moresby. Bahasa ini agak mirip dengan Tok Pisin, tapi kurang dipengaruhi oleh bahasa Inggris, lebih banyak akar bahasa Austronesia dengan tata bahasa dan kosakata yang sederhana untuk memudahkan komunikasi antara penutur bahasa ibu yang berbeda.
Selain tiga bahasa resmi, Papua Nugini juga memiliki ratusan bahasa lokal karena keragaman etnis dan budayanya yang sangat besar. Negara ini terdiri dari ratusan pulau yang terletak di Pasifik barat daya, di utara Australia. Medan pegunungan yang terjal dan hutan yang lebat secara historis telah membatasi migrasi lokal dan percampuran budaya, sehingga mendorong terbentuknya kelompok-kelompok Pribumi yang terisolasi.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, kelompok-kelompok ini tetap berada di satu wilayah dan tidak menjadi homogen, bahkan dengan munculnya pertanian sekitar 10.000 tahun lalu. Meski pernah berselisih dengan penjajah Inggris dan Jerman, keterpencilan dan geografis yang keras di Papua Nugini memungkinkan kelompok tertentu untuk melawan pengaruh asing dan mempertahankan identitas lama mereka.
Para ilmuwan mencatat sejarah yang unik di Papua Nugini tercermin secara jelas dalam keragaman genetik populasi, seperti yang ditunjukkan oleh sebuah penelitian yang terbit di jurnal Science pada 2017.
“Studi kami mengungkap bahwa perbedaan genetik antara kelompok orang di sana secara umum sangat kuat, bahkan sering kali jauh lebih kuat daripada perbedaan antara populasi besar di seluruh Eropa atau seluruh Asia Timur,” kata Anders Bergstrom, penulis utama studi dari Wellcome Trust Sanger Institute, mengutip IFL Science.
ADVERTISEMENT
“Hal ini masuk akal secara budaya, karena kelompok-kelompok dataran tinggi secara historis telah hidup menyendiri, tetapi penghalang genetik yang begitu kuat antara kelompok-kelompok yang secara geografis berdekatan masih sangat tidak biasa dan menarik," tambah Prof. Stephen.