Bukan Singa, Ini Predator di Afrika yang Bisa Bikin Semua Hewan Takut

6 Oktober 2023 15:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi singa. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi singa. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dengan cakarnya yang tajam, didukung otot kuat, mata tajam, refleks lincah, dan rahang yang bertaring tajam, singa jelas bukan predator yang asyik untuk diajak main. Terlebih mereka juga punya kepintaran berburu secara kelompok.
ADVERTISEMENT
“Singa adalah predator darat yang berburu secara berkelompok terbesar di planet ini, dan seharusnya menjadi yang paling menakutkan,” kata Michael Clinchy, ahli biologi dari Western University di Kanada.
Namun, lebih dari 10.000 rekaman satwa liar di sabana Afrika, 95 persen spesies yang diamati lebih takut mendengar suara predator ini ketimbang suara auman singa, predator itu adalah kita: Manusia. Manusia adalah monster yang bersembunyi di bawah tempat tidur mamalia lain.
“Ketakutan terhadap manusia sudah mendarah daging dan menyebar luas,” kata Clinchy. “Ada anggapan bahwa hewan-hewan ini akan terbiasa dengan manusia jika mereka tidak diburu. Namun kami telah membuktikan bahwa hal itu tidak terjadi.”
Dalam sebuah eksperimen, ahli ekologi Western University, Liana Zanette, dan rekannya memainkan berbagai vokal dan suara pada hewan di kubangan air di Taman Nasional Greater Kruger, Afrika Selatan, dan merekam respons hewan-hewan tersebut.
ADVERTISEMENT
Kawasan dilindungi ini adalah rumah bagi populasi singa (Panthera leo) terbesar yang tersisa di Bumi sehingga mamalia lain sangat menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh karnivora ini.
Dalam studi yang terbit di jurnal Current Biology, para peneliti memutar suara percakapan manusia dalam bahasa lokal, termasuk Tsonga, Sotho Utara, Inggris, Afrikaans, dan suara perburuan manusia, termasuk gonggongan anjing dan suara tembakan. Mereka juga memutar suara singa yang sedang berkomunikasi satu sama lain.
“Kuncinya adalah suara singa, suara mereka yang menggeram seolah-olah sedang berkomunikasi, bukan mengaum,” jelas Clinchy. “Dengan begitu, suara singa dapat dibandingkan secara langsung dengan suara manusia saat berbicara.”
Ketika eksperimen dilakukan di mana peneliti memutar suara singa di malam hari, bunyi itu membuat gajah sangat marah sehingga menghancurkan sumber suara.
ADVERTISEMENT
Sementara ketika peneliti memutar suara manusia sedang berbicara, hampir seluruh dari 19 spesies mamalia yang diamati dalam percobaan dua kali lebih mungkin meninggalkan lubang air dibanding saat peneliti memutar suara singa. Mamalia tersebut termasuk badak, gajah, jerapah, macan tutul, hyena, zebra, dan babi hutan.
“Suara manusialah yang memicu ketakutan terbesar,” tulis peneliti sebagaimana dikutip Science Alert. “Ini menunjukkan bahwa satwa liar mengenali manusia sebagai bahaya nyata, sedangkan gangguan seperti gonggongan anjing hanyalah pertanda kecil.”
Mengingat populasi manusia sekarang sudah menyebar ke hampir seluruh penjuru, melarikan diri dari kita hanyalah pilihan sementara untuk hewan. Artinya, mamalia itu akan terus berada dalam ketakutan saat manusia menginvasi wilayahnya.
Ini tentu saja bukan kondisi yang baik untuk spesies yang hidup di sabana, termasuk jerapah yang jumlahnya semakin berkurang. Seperti dalam studi sebelumnya, rasa takut yang terus datang bisa mengurangi populasi hewan dari generasi ke generasi.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, ahli biologi dapat memanfaatkan pengetahuan ini untuk membantu spesies terancam punah. Dengan memainkan suara obrolan manusia di daerah yang ada pemburu liar di Afrika, peneliti berharap bisa menggiring badak putih selatan yang terancam punah pergi menuju wilayah yang lebih aman.
“Saya rasa ketakutan yang meluas di kelompok mamalia sabana merupakan bukti nyata dampak lingkungan yang ditimbulkan manusia,” kata Zanette.
“Bukan hanya karena hilangnya habitat, perubahan iklim, dan kepunahan spesies, tapi juga keberadaan kita di habitat mereka sudah cukup menjadi sinyal bahaya. Mereka takut setengah mati pada manusia, lebih daripada predator alami.”