Bulan Menghilang Secara Misterius 900 Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?

20 Mei 2020 14:03 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bulan. Foto: Andrew McCarthy (@cosmic_background) via Instagram
zoom-in-whitePerbesar
Bulan. Foto: Andrew McCarthy (@cosmic_background) via Instagram
ADVERTISEMENT
Tahun 1110 Masehi atau sekitar 900 tahun yang lalu, seorang pengamat langit di Inggris menuliskan kesaksiannya tentang apa yang terjadi pada Bumi. Kala itu, dunia dilanda kekacauan yang sangat parah, hujan lebat menghancurkan panen, kelaparan mengintai umat manusia. Seakan tak cukup, saat gerhana tiba di suatu malam bulan Mei, cahaya Bulan tiba-tiba tidak kembali, ia menghilang begitu saja dari langit.
ADVERTISEMENT
“Pada malam kelima di bulan Mei, muncul Bulan yang bersinar sangat terang di malam hari, dan sedikit demi sedikit cahayanya redup,” tulis pengamat tersebut dalam naskah Anglo-Saxon yang dikenal dengan sebutan Peterborough Chronicle. “Begitu malam semakin larut, semuanya benar-benar padam, sehingga tidak ada cahaya atau apa pun yang terlihat. Sampai hampir seharian, dan kemudian muncul lagi bersinar terang benderang.”
Tidak diketahui kenapa Bulan tiba-tiba menghilang dan itu akhirnya menjadi misteri yang tidak terpecahkan selama berabad-abad lamanya. Padahal saat itu tidak ada awan yang menghalangi Bulan. Ratusan tahun berlalu, para peneliti dari University of Geneva kemudian melakukan serangkaian penelitian untuk mengungkap jawabannya dan mereka menemukan secercah petunjuk.
Berdasarkan temuan yang diterbitkan dalam Scientific Reports, menghilangnya Bulan 900 tahun lalu kemungkinan besar disebabkan oleh lapisan debu vulkanik dari letusan gunung berapi yang “terlupakan”. Disebut letusan gunung terlupakan karena memang tidak ada catatan terkait peristiwa letusan tersebut.
Gerhana Bulan di Novi, Montenegro Foto: Marko Djurica/Reuters
Untuk membuktikan hal itu, para peneliti mengamati lingkaran tahun pohon dan inti es serta mempelajari beberapa arsip sejarah. Para peneliti lantas melihat inti es dari Greenland dan Antartika yang dapat mengungkap seperti apa iklim global saat itu. Tim peneliti melihat adanya peningkatan aerosol sulfat (komponen abu vulkanik) antara tahun 1108 M dan 1110 M. Ini artinya, pada tahun-tahun itu stratosfer ditaburi dengan asap dari letusan gunung berapi.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, tim juga menemukan bukti tentang aktivitas vulkanik di lingkaran pohon yang berasal dari periode yang sama. Cincin pohon tampak lebih tebal sebagai respons terhadap pola iklim. Ini mengungkapkan bahwa pada 1109 adalah tahun yang sangat dingin dan basah di Eropa Barat, suatu anomali yang cocok dengan efek dari beberapa letusan gunung berapi lainnya.
Awan abu vulkanik yang dihasilkan dari letusan gunung diduga telah melakukan perjalanan ke seluruh dunia selama bertahun-tahun. Tidak hanya menghalangi cahaya Bulan, dampak dari abu vulkanik juga bisa mengubah iklim global yang menyebabkan musim dingin berkepanjangan.
Ilustrasi bulan purnama. Foto: pixabay
Tim juga melacak 13 manuskrip sejarah tentang cuaca buruk, gagal panen, dan kelaparan dari periode waktu yang sama untuk mendukung lebih lanjut hipotesis para ilmuwan bahwa serangkaian letusan telah menghantam iklim Eropa.
ADVERTISEMENT
“Sumber-sumber letusan ini masih belum diketahui,” tulis peneliti seperti dikutip dari Live Science. “Namun, ada satu letusan yang pernah terjadi pada periode ini, yakni dari Gunung Asama di Jepang.”
Berdasarkan catatan harian yang ditulis antara tahun 1062 dan 1141 oleh seorang negarawan Jepang, letusan Gunung Asama di Jepang sudah dimulai pada akhir Agustus 1108 hingga Oktober di tahun yang sama.
Kendati begitu, para peneliti mengakui penjelasan ini tidak bersifat mutlak. Hanya saja, hal paling logis untuk menjelaskan kenapa Bulan bisa menghilang pada saat itu, adalah karena dampak dari letusan gunung berapi.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.
ADVERTISEMENT